Bab 24

697 110 45
                                    

'Suamiku semakin menjadi
Rasanya capeeek banget
Udah pas main seenaknya
Ini tadi baru aja aku sampe rumah
Dia langsung suruh aku cebokin anak
Padahal aku belum lepas jaket belum taruh belanjaan
Aku masih kesel sama nafkah 200.000 dia
Masa iya dia bakal kayak gini terus?
Aku rasanya capek mau ribut-ribut sama dia.'

Ha?

Oka menaikkan kedua alis saat baru membaca curhatan Oki yang sudah diposting sejak tiga jam lalu. Senyumannya tergelincir begitu saja. Malam sudah larut tapi ia masih merokok di lantai dua, sambil menikmati kopi hitam yang masih ada setengah gelas.

'Padahal libur Idul Adha ini aku pingin ajak Zayyan jalan2
Bosen di rumah, rasanya pingin staycation di Batu
Tapi suamiku itu nggak suka staycation2 gitu

Belum-belum Oka sudah malas membayangkan kemacetan tiap kali libur panjang, terutama saat arus balik.

Lagian ngapain staycation di Batu? Buang-buang duit!

'Aku nggak nyangka, masalah Idul Adha bisa jadi sepanjang ini
Suamiku makin cuek, makin seenaknya, makin semena-mena
Aku ngerasa dia benci sama aku...'

Memang! Aku benci sama kamu! Perempuan gatel! Oka menyesap rokoknya.

Kemarin sebelum mendatangi Oki, ia sempat mengecek sebentar ponsel yang tergeletak di samping bantal, mumpung Oki sudah tidur. Ia sempat mengecek chat Oki di WhatsApp dan tidak menemukan hal-hal mencurigakan. Ia malah menemukan Oki yang bertanya-tanya pada admin perihal menjadi member pilates. Entah apa itu pilates, Oka tidak mengerti. Ia menangkap semacam kegiatan senam.

Hatinya semakin dongkol. Ia tidak juga menemukan bukti-bukti perselingkuhan, tidak tahu apa-apa tentang siapa pria itu, dan Oki semakin gatal saja. Tidak biasanya Oki tertarik ikut senam. Oka curiga jika si pria baru itu yang menjadi inspirasi Oki.

Oka belum lupa, bagaimana Oki menggambarkan pria itu dalam sebuah postingan.

'Orangnya ganteng, tinggi, putih...
Atletis....
Badannya tegap gitu, gagah...
Bisepnya itu keliatan dari balik lengan kemeja
Bisa bagus gitu proporsi badannya
Tapi wajahnya dia itu innocent
Cute gitu...'

Biasanya yang wajahnya polos-polos gitu emang penjahat kelamin! Semburnya hanya di dalam hati. Penggambaran Bisma membuat ingatan Oka terbawa pada Rafli, kakak nomor dua yang paling playboy. Dari Haikal, Rafli, dan dirinya, wajah Rafli yang terlihat paling polos, menurun wajah lugu ibunya. Haikal juga playboy, tapi tidak separah Rafli.

Meski begitu, kedua kakaknya itu tidak pernah mendekati istri orang. Mereka berdua memang nakal, memang berengsek, tapi tidak pernah mengganggu istri orang.

Oleh sebab itu, Oka berkesimpulan hanya laki-laki bajingan yang tertarik mendekati istri orang.

Mungkin untuk mencari pengalaman seks? Mencari validasi? Memang ada jenis laki-laki yang suka sekali mencobai istri orang. Lebih tengik lagi, jika istri orang itu hamil, laki-laki bajingan itu tidak perlu bertanggung jawab karena si suami akan mengira anak di dalam kandungan istrinya adalah anaknya. Lalu suami tertipu itu akan membesarkan anak bajingan itu dengan seluruh daya dan upaya.

Bajingan bukan?

Suami mana yang mau tertipu seumur hidup seperti itu? Sudah diselingkuhi, terlanjur membesarkan anak hasil zina dengan pria lain.

Tapi Oki, menikmati. Oki menikmati memandangi pria itu, larut dalam obrolan, hingga berhalusinasi. Kepalanya mendidih tiap kali mengingat puja-puji menjijikkan itu. Puja-puji yang membuatnya merasa bagai pecundang saat menyentuh Oki. Pantas Oki malas-malasan. Apalah perut buncitnya dibanding tubuh pria lain yang atletis dan lebih menggiurkan.

TULANG RUSUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang