Bab 8

901 126 63
                                    

"Aku kemarinan nyoba bikin plecing kangkung kayak di restoran-restoran...."

Sambil menikmati hidangan penutup, Bisma kembali menceritakan kisah keseharian lainnya.

Material bebatuan pada dinding restoran fine dining ini mengingatkannya dengan bangunan kastil di luar negeri, meski tidak sepenuhnya mirip. Lampu kekuningan menyinari beberapa area di luar, membuat suasana syahdu di dataran tinggi ini semakin menyatu dengan mendung di langit. Ia sempat mengira jika salah satu kafe milik nasabah di Kota Batu ini menyajikan menu-menu western. Ternyata restoran ini menyajikan menu-menu tradisional. Tadi mereka memesan Mi Celor, Sepat Udang Sumbawa, Steak Daging Maranggi, dan Krengsengan Kroket yang kini sudah habis tak bersisa.

Oki tidak bisa tidak takjub saat mendengar penuturan barusan. Setelah recook resep roti tawar isi ubi ungu yang tadi langsung ia santap, Bisma kini bercerita jika memasak plecing kangkung. Kenapa bukan laki-laki seperti ini saja yang menjadi suaminya? Laki-laki yang bangun lebih pagi demi membuat sarapan yang lezat untuk ia nikmati.

"Rotinya lebih enak dimakan anget-anget Mbak Ki. Maaf ini udah dingin." Tadi sebelum mereka meeting, Bisma memberikan wadah styrofoam berisi dua potong roti. Tanpa menunggu lama ia segera menyantap roti itu di pantry meski tidak terbiasa sarapan.

"Gimana Mbak Ki? Enak?" Kedua mata Bisma yang bulat menatap dengan cerah.

Bagaimana bisa ia tidak jatuh cinta? Roti buatan Bisma sangat enak. Bukan karena Bisma tampan, tapi sungguh rotinya memang enak.

Bisma setinggi Oka, tapi dengan kulit putih yang menyajikan jenis ketampanan berbeda. Tubuh Bisma terbentuk atletis yang sungguh berkebalikan dengan wajah polos itu. Meski tersembunyi di balik kemeja, bentukan tubuh prima itu sungguh terlihat.

Tidak heran karena di akhir pekan Bisma biasa mengisi waktu luangnya dengan berolahraga dan membersihkan rumah barunya yang berada di kawasan strategis kota Malang. Bisma memang menyukai aktivitas fisik. Akhir-akhir ini Bisma mengaku lebih rajin nge-gym ketimbang bersepeda.

Namun pesona Bisma tidak cukup sampai di situ. Bisma memiliki hobi yang terdengar kurang familiar jika dilakukan oleh pria.

Bisma sangat suka mencoba resep aneka menu masakan. Seumur-umur, baru kali ini di dunia nyatanya Oki menemukan lelaki yang suka memasak.

Wanita mana yang tidak beruntung mendapatkan pria dengan kualitas seperti itu? Pria tampan yang bugar, mapan, dan hobi recook. Maksud Oki, sungguh kualitas yang terlalu bagus.

Meski begitu, Bisma masih nyaman sendiri dan mengaku tidak terlalu memikirkan jodoh. Bisma berkata jika belum tertarik menikah.

Bagaimana bisa?

Maksud Oki, bagaimana bisa ada pria seperti ini? Oki yakin Bisma bukan bajingan. Rasanya sungguh tidak mungkin Bisma yang pemalu itu bajingan. Saat dipandang-pandangi perempuan saja Bisma memilih menunduk karena risih.

Terbesit penasaran. Apa iya Bisma yang semenarik ini tidak punya pacar?

Oki memilih percaya meski sedikit sangsi. Namun bisa saja Bisma memang berkata yang sebenarnya, mengingat Oka dulu juga mengaku jarang dekat dengan lawan jenis. Melihat sikap Oka yang cuek, rasanya hal itu mungkin saja. Bisma juga terlihat sama. Bedanya, Bisma jarang dekat dengan lawan jenis karena pemalu.

Mengapa cinta datang terlambat?

Oki hanya bisa menyesali keadaan. Bolehkah ia menilai perhatian Bisma sebagai wujud dari perasaan cinta? Dari semua manajer yang ikut rapat, hanya Bisma yang membawakan sarapan untuknya. Oki sungguh menyadari seiring waktu berjalan, mereka sudah menjadi partner kerja yang akrab.

TULANG RUSUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang