Bab 26

623 99 42
                                    

'Mbak, aku adalah salah satu pembaca kisahmu
Maaf aku memilih mengirim dukungan melalui DM karena aku merasa kita sangat senasib.'

Oki baru sempat membuka DM yang masuk di Instagram itu setelah Bisma meninggalkan ruangannya. Pesan dari nurlaeli.rohiyaa yang berderet memanjang ke bawah itu langsung merebut minatnya.

'Kebetulan, aku juga wanita karir
Selama ini aku juga memenuhi kebutuhan diriku sendiri, aku nggak menuntut lebih pada suamiku
Tapi bukannya pengertian yang aku dapatkan, suamiku malah semakin keras
Sampai akhirnya, aku nggak tahan lagi.'

Seketika Oki masuk ke dalam kisah yang terasa sesuai dengan kehidupannya saat ini.

'Kita selalu ribut dan nggak pernah ketemu yang namanya sepakat
Dari hal kecil, bisa jadi hal besar
Aku selalu dipaksa mengikuti kemauan dia
Sampai suatu hari kita ribut besar dan aku memutuskan keluar dari rumah....'

Selintas bayangan itu muncul lagi. Oki membayangkan ia membawa Zayyan keluar meninggalkan rumah Oka. Bayangan yang hanya terwujud dalam harapan putus asanya.

'Aku bawa anak-anakku dan aku keluar dari rumah suamiku
Aku merasa hubungan kami sudah tidak sehat dan nggak ada gunanya dipaksakan
Mental anak-anak taruhannya
Setelah pisah rumah, hubungan kami semakin memburuk
Suamiku malah semakin keras dan aku semakin muak
Lalu keputusan itu datang. Aku nekat menggugat cerai.'

Oki tercengang menatap layar. Sungguh keputusan yang berani.

'Benar Mbak, aku ceraikan dia
Akhirnya setelah proses yang panjang dan melelahkan, tiga bulan lalu aku resmi menyandang status janda.'

Seketika ia turut merasa lega.

'Mbak tahu? Setelah sekian lama, hari itu aku merasa sangat bahagia. Sangat lega. Beban sangat berat itu terangkat dari pundakku. Aku mendapatkan kembali diriku sendiri.'

My God. Oki membatin takjub. Sebelah tangan memangku pipi saat semakin tenggelam antusias.

'Dan kamu tahu apa Mbak? Ternyata hubungan kami setelah cerai berangsur membaik. Kami sudah saling mengikhlaskan dan kami sepakat mengatur jadwal dengan anak-anak, agar mereka tidak kehilangan kami sebagai orang tuanya.
Ternyata kami hanya bisa cocok saat menjadi orang tua anak-anak, tapi tidak saat menjadi suami istri
Saya tidak perlu menyiksa diri sendiri hanya demi memanjakan ego dia, dan dia tidak perlu mengatur saya sedemikian kerasnya hanya supaya merasa powerfull menjadi suami....'

'Mbak, mungkin kamu masih takut. Tapi jika suami kamu semakin semena-mena, tegas Mbak.
Tegas lah Mbak.
Jangan kamu seret orang ketiga. Kamu bisa cari laki-laki lain setelah bercerai dari suami
Kamu bekerja, kamu punya uang, kamu berdaya.
Hidupmu tanpa suami akan tetap baik-baik saja.
Angkat kaki dan pergi Mbak, demi kewarasanmu dan kebahagiaanmu.
Anakmu butuh orang tua yang waras.'

'Sebagai tambahan, hidup saya sekarang sudah terasa lebih tenang dan damai.
Tidak ada drama, dan tidak ada ribut-ribut. Sekarang semuanya saya lakukan demi anak, bukan demi laki-laki yang cuma bisa nyusahin hati.
Semangat Mbak.'

Oki termenung menatap layar ponselnya. Sekali lagi membaca kisah yang begitu mengagumkan.

Selama ini, ia hanya bisa berangan-angan.

Keinginan bercerai itu sudah lama terpikirkan, tapi tidak pernah benar-benar ia pertimbangkan. Namun sekarang keadaan rumah tangganya sudah semakin pelik. Sikap Oka semakin menjadi dan ia sudah putus asa dengan keadaan.

TULANG RUSUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang