Aku nggak seharusnya diperlakukan kayak gini.
Pertentangan batin tersebut membawanya mengunjungi rumah kedua orangtua-nya. Siang itu Oki menyempatkan mampir di sela-sela jadwalnya, sekalian makan siang. Kebetulan hari ini ibunya memasak pepes dan sayur asam.
"Enak Bu pepesnya..." Oki selalu setia memuji rasa pepes yang terasa paling nikmat di lidahnya. Sedikit pedas dan tidak amis. Sampai sekarang, ia masih tidak bisa membuat pepes yang seenak buatan ibunya meski sudah diberitahukan resepnya berkali-kali. Sejujurnya, juga malas membuat menu masakan yang ribet. Ia lebih suka memasak ikan goreng dengan bumbu instan saja.
"Ayah sudah makan Bu?" Oki menanyakan keberadaan ayahnya yang sejak tadi tidak tampak. Ia menyimpulkan mungkin ayahnya sedang mengantar pesanan rujak. Sejak pensiun, ayahnya ikut mengurus usaha rujak bersama ibunya.
"Sudah tadi, habis pepes dua." Rahmi menarik kursi di hadapan Oki dan menatap lembut putri sulungnya yang lahap menyantap makanannya. Nasi yang hanya satu centong itu sudah ludes. Memang semenjak diet hingga berhasil langsing kembali seperti masih gadis, Oki setia menjaga pola makan dengan mengontrol takaran nasi.
Rahmi juga menilai semenjak menjadi Pimpinan Cabang, Oki juga semakin cantik saja. Tak dipungkiri, kesuksesan Oki yang menginspirasi Lely turut gigih mengejar karir di bidang perbankan. Tentu saja ia mendukung karir kedua putrinya. Sempat terbesit cemas, jika Oki dimutasi ke luar kota. Risiko itu memang selalu ada, terutama dalam level manajer ke atas. Tentu ia pernah menanyakan pada Oki mengenai pertimbangan Oka.
"Gimana kalo kamu dimutasi ke luar kota? Oka bisa terima?" Ia sempat menanyakan hal tersebut sebelum Oki diangkat menjadi Pimpinan Cabang.
"Kalau Pinca itu, biasanya cuma di wilayah Malang-Surabaya aja sih Bu." Rahmi masih mengingat jawaban Oki saat itu. "Tapi seandainya besok dimutasi, mungkin aku nego minta tetep di Malang aja. Selama kita berhubungan baik sama atasan, kayaknya semua itu bisa diatur. Kalo mentok, ya udah resign. Tapi aku baru diangkat jadi Pinca. Aku liat-liat, manajer-manajer yang perempuan juga awet di sini. Tapi ya gitu, mentok jadi Pinca, nggak naik lagi. Gitu terus. Aku nggak pa-pa sih, sekalian ngumpulin modal buat bisnis. Jadi kalau misal aku harus resign, aku udah punya cukup modal buat bisnis."
"Emang mau bisnis apa?"
"Misal resign, aku pingin bisnis toko baju. Ya butik gitu Bu. Cuma sekarang fokus aku karir dulu. Itu nanti."
Jawaban Oki membuatnya sedikit tenang. Rahmi tidak bisa membayangkan, bagaimana keluarga Oki jika putri sulungnya itu harus dimutasi ke luar kota?
Rahmi menyadari pilihan mengejar karir, tidak pernah mudah bagi seorang istri dan ibu seperti Oki. Istri yang bekerja, harus menerima menjalani peran ganda sebagai pekerja juga sebagai pengurus rumah tangga.
Keadaan perempuan yang bekerja sangat berbeda dengan laki-laki yang bekerja. Selama ini telah terbentuk anggapan jika laki-laki berperan sebagai kepala keluarga dan menafkahi keluarga. Laki-laki hampir tidak pernah dituntut terlibat dalam mengurus rumah tangga juga mengurus anak. Sebaliknya, perempuan selalu diberi tugas rumah tangga. Ketika perempuan memilih bekerja, perempuan juga masih dituntut untuk melakukan tugasnya.
Namun, hal demikian sudah terlalu lumrah. Rahmi melihat, banyak tetangganya yang perempuan bekerja juga memiliki kehidupan yang sama dengan Oki. Setelah letih bekerja, masih harus mengurus rumah. Mereka juga sepertinya sudah menganggap kehidupan yang seperti itu sangat biasa dan bukan hal yang sulit.
"Oka sudah tahu soal rencana kamu itu?" tanyanya lagi.
"Belum. Mending Mas Oka nggak usah tahu dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
TULANG RUSUK
RomanceSelama ini Oka mengira pernikahannya sempurna dan baik-baik saja sampai ia mengetahui istrinya diam-diam mengagumi lelaki lain dan mengunggah semua kejelekannya. Istrinya bercerita melalui akun samaran, jika telah kehilangan rasa cinta dan hanya ber...