Bab 18

836 126 42
                                    

Sepertinya, ini memang masih soal kurban. Apa ego Oka sedemikian rapuhnya, sehingga masalah kurban merembet pada urusan nafkah?

'Oke Bu Pinca. Gaji kamu emang udah gede, dua digit. Salut.'

Oki membaca ulang chat dari Oka, saat mereka berselisih kecil di kolom chat beberapa waktu lalu. Jadi seperti ini kah cara Oka menaikkan kembali ego-nya?

Bersikap seperti bocah dengan enggan menghadiri acara di rumah Menur tidak mempan pada dirinya, sehingga Oka menggunakan cara yang lebih keras. Tapi sampai mengurangi nafkah bulanan? Bahkan ini merosot kelewat jauh dari yang biasanya diberikan Oka. Mau tidak mau, ia harus menambal kekurangan dengan uangnya sendiri.

Sudah jelas, Oka sedang membalas sikapnya.

Ia ingin sekali menolak keputusan Oka, tapi sedang tidak punya energi untuk ribut-ribut. Membayangkannya saja sudah malas, meski kini hatinya menyimpan dongkol yang amat sangat besar. Oki sudah tahu ribut-ribut tidak akan membawa perubahan apa pun, hanya akan menempatkannya dalam kesakitan yang lebih lama. Alih-alih melihatnya sebagai istri, Oka akan menganggapnya seperti musuh. Oka tidak akan mendengarkan, apalagi merubah apa pun. Selama ini Oka selalu bertahan dengan pendapat dan keputusannya sendiri. Semuanya akan percuma dan ia hanya mendapat lelah saja.

Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanya diam dan menerima keadaan.

Ya Tuhan, aku rasanya nggak kuat. Oki mengusap pelan air mata yang menetes di pipinya. Jika sudah teramat kesal begini, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menangis. Entah harus berapa banyak lagi kecewa yang harus ia telan. Sejak kemarin ia sudah berusaha sabar mengendalikan situasi. Tapi yang terjadi, Oka malah semakin memancing kesabarannya.

Oki melirik Zayyan yang terlelap di sampingnya. Jika sudah begini, pertolongan pertama bagi jiwanya yang luka hanyalah lari ke akun tulangrusuk.

                                                                                                   ***

'Ya Tuhan
Sungguh kebangeten, rasanya aku nggak kuat lagi.'

Senyuman kecil otomatis mengembang, saat membaca curhatan di akun tulangrusuk yang baru saja diposting dua menit lalu.

Rasain!

Oka membuang asap rokok dengan seluruh perasaan menang.

'Dia memang sengaja cari gara-gara
Ternyata memang akarnya masalah kurban
Memang nggak biasanya, aku kurban sendiri
Tapi apa nggak boleh aku kurban sendiri?
Lagian itu uang-uang aku sendiri.'

Senyuman di wajahnya semakin lebar. Ia akan membiarkan Oki salah paham dan kebingungan sendiri, sampai waktu pembalasan yang sebenarnya tiba. Rasanya ini semua terlalu lucu.

Sebenarnya kurban itu sudah bukan masalah baginya. Tapi dari situ sudah terlihat bahwa Oki tidak lagi menghormatinya. Oki memutuskan sendiri tanpa berdiskusi dulu dengannya. Oki membuatnya merasa bodoh saat mengisi daftar list kurban. Oki jumawa, merasa hebat karena sudah berpenghasilan besar.

Lucunya, Oki yang merasa sudah hebat masih menuntut nafkah yang layak darinya, tapi di saat yang sama merendahkannya. Oka tahu sebenarnya menafkahi itu adalah kewajibannya. Tapi untuk apa ia menafkahi istri gatal yang diam-diam mencintai pria lain dan sudah tidak bisa menghormatinya? Ia sudah kehilangan cinta dan hormat dari Oki. Ia memilih membalas demi harga dirinya.

'Sejak kita berdebat itu dia memang cari gara-gara
Sikapnya jadi makin cuek, silent treatment terussss
Susah banget diajak komunikasi!
Tiba-tiba sekarang dia kasih aku uang seadanya.'

TULANG RUSUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang