***
Arga merenggangkan otot-otot pergelangannya setelah empat jam lamanya dia berkutat dengan pekerjaan di laptopnya. Dan sekarang jam di dinding kantor menunjukkan pukul 12 lewat lima menit, waktu dimana untuk rehat sejenak dari rutinitas.
"Mas arga, mau ikut makan siang juga gak, sudah waktunya loh mas!" Ajak pak Ibnu, yang sudah bersiap-siap untuk pergi.
"Bener mas, kita makan siangnya di restoran sebelah aja, sudah bosan soalnya sama makanan kantin," sahut teman kantor Arga yang lain bernama Beno.
"Boleh pak Ibnu, mas Ben. Kebetulan saya juga sudah lapar. Kalau tempatnya saya ikut saja."
Arga yang mendapat ajakan dari kedua rekannya menyetujui. Dia segera beranjak berdiri dan meninggalkan tempatnya untuk sekedar mengisi perut.
Hanya menempuh perjalanan kurang lebih lima menit saja dengan berjalan kaki, Arga beserta pak Ibnu dan mas Beno sudah berada di lokasi tujuan.
Tepatnya di salah satu restoran Mediterania yang ada di jl Setiabudi. Restoran tersebut cukup terkenal sehingga pengunjungnya pun bisa dibilang lumayan ramai, terbukti dengan banyaknya orang yang makan disana saat ini dan hanya beberapa kursi saja yang terlihat kosong.
"Silahkan pak, mau pesan apa?" Sapa seorang pelayan wanita dengan ramah begitu mereka sudah melungguh di salah satu kursi yang tersedia.
"Saya mau ..."
Disaat kedua rekannya sibuk memilih menu makanan, tanpa sengaja perhatian Arga justru tertuju pada seorang wanita muda di meja seberang, tidak jauh dari tempatnya saat ini berada. Wanita itu tidak sendiri, melainkan bersama seorang pria.
Arga tidak mungkin salah. Walau tak bisa melihat wajahnya karena posisi orang tersebut membelakangi, namun dari potongan rambutnya yang cepak pendek saja, dia sudah bisa menebak kalau itu pria.
Tanpa diduga ternyata wanita berjilbab dusty itupun, juga menyadari kehadirannya dan tampak canggung. Namun kemudian mengalihkan pandangan, berbeda halnya Arga, masih mengamati dengan ekspresi yang sulit untuk ditebak.
"Gimana, makannya, enak? Aku nggak salah kan Rhe, ngajak kamu kesini. Aku sudah sering makan disini soalnya, jadi tahu menu apa saja yang jadi andalan," Sahut Aldo, begitu menikmati Wagyu beef cheek nya. Merasa tidak ada sahutan dari Rhea, Aldo menoleh.
"Kamu kenapa, Rhe?"
"Eh, apa? Nggak apa-apa kok, do."
Rhea berusaha bersikap biasa, dan kembali memasukkan spring chicken kedalam mulutnya, tanpa mengatakan apapun lagi.
Dalam hatinya Rhea menggerutu kesal pasalnya harus dipertemukan dengan si kutub dalam keadaan seperti ini. Dan kenapa juga dia bisa lupa kalau resto yang ditempatinya makan sekarang berdekatan dengan kantor pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗜𝗺𝗽𝗿𝗼𝗽𝗲𝗿 𝗠𝗮𝗿𝗿𝗶𝗮𝗴𝗲 [ TERBIT ]
SpiritualPernikahan harusnya menjadi momen sakral membawa kebahagiaan bagi dua insan manusia yang akan menjalani babak baru dalam sebuah hubungan serius. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku bagi Argadana Bramantyo dan Rheana Elmira yang justru menganggap i...