"Yahh kena baju". Gerutu Shan saat es krimnya meleleh mengenai kaos yang dia pakai.
"Hahh.. sini Deva bantu bersihin".
Shan menggeleng. "Oh iya Deva, kamu bisa cari sepupuku duluan gak? Orangnya tinggi, lebih tinggi dariku, kulitnya putih, rambutnya warna hitam kecoklatan, umm .. mungkin dia membawa banyak barang?". Suruh Shan pasalnya Ganesh tidak berhenti mengomelinya. Wajar saja, sesampai di stasiun bukannya langsung menemui Ganesh, Shan menghabiskan waktu untuk kencan dengan Deva, tentu saja ini hanya dari sudut pandang Shan.
Deva mengangguk. "Oke Shan".
"Oh iya bawa hpku untuk jaga-jaga kalau kamu ga ketemu dia". Suruh Shan lalu dia bergegas pergi mencari toilet.
Deva pun juga masuk ke dalam stasiun yang lumayan ramai karena banyak orang-orang yang ingin berangkat ke kota. Matanya menyapa segala objek penglihatannya untuk mencari seseorang yang kriterianya sudah disebutkan oleh Shan. Beruntung stasiun desa tak sebesar stasiun di kota. Jadi dari kejauhan Deva bisa melihat seseorang dengan tinggi yang mencolok. Dia memakai pakaian denim di atas denim. Posisi orang itu tengah membelakangi Deva jadi Deva tidak bisa melihat wajahnya. Perlahan Deva mendekat, samar-samar terdengar gerutu kecil dari orang tersebut tapi tak tertangkap apa yang sedang diucapkannya. Dengan hati-hati Deva menusuk sedikit pinggang orang itu. Bukan sengaja menusuk pinggang, hanya saja karena tinggi mereka sangat kontras perbedaannya jadi jari Deva jatuhnya menusuk pinggang lelaki tinggi itu.
"Permisi, kamu Ganesh?". Tanya Deva pelan.
Sosok itu berbalik memasang wajah kesal namun seketika memasang wajah heran. "Siapa si eh adik manis?".
Deva menggigit bibir bawahnya takut salah orang.
"Kenapa dek? Tersesat yaa? Orangtuanya kemana?". Tanya Ganesh agak panik karena ada kecil yang seperti meminta perlindungan darinya.
Deva menggeleng ribut. "Kamu Ganesh?". Tanya Deva sekali lagi memastikan.
Ganesh terkejut, berarti pendengarannya di awal tadi tidak salah. Bagaimana bisa anak kecil ini tahu namanya. Dia mengangguk.
"Tadi Shan meminta Deva untuk menemui orang bernama Ganesh". Lucu sekali. Pantes si jingan itu betah di sini.
"Hm masa? Terus si anjingnya kemana?". Tanya Ganesh. Tak tau saja yang ditanya hanya planga plongo tak mengerti.
"Anjing? Deva ga punya anjing".
"Hahaha. Si Shan nya kemana?". Ulang Ganesh lagi, dia malu sebenarnya.
"Ohh Shan tadi ke toilet. Oiya sini Deva bantu bawain barangnya".
Ganesh langsung menghalangi Deva yang ingin membantu mengangkat tas jinjing miliknya. "Jangan. Nama kamu tadi siapa? Deva ya.. Ini berat, biar aku aja yang bawa".
Deva menggeleng ribut. "Gak Ganesh, Deva kuat, Deva bisa bantu kok".
"Gausah manis, ini tugas cowok". Shan datang dari belakang dan langsung mengangkat tas jinjing itu ke pundaknya. Dia berjalan diikuti Ganesh yang mendorong kopernya di belakang.
"Huhh tapi Deva juga cowok". Bibirnya mengerucut sebal.
Shan cuma terkekeh lalu menyamakan langkahnya dengan si manis yang sekarang sudah bisa merajuk.
Semua itu tentu tak luput dari atensinya Ganesh. Apa benar yang di depannya ini Shankara yang sama? Sejak kapan terakhir kali Shan tersenyum tulus seperti sekarang. Sebenarnya Ganesh ingin bertanya langsung tentang adek manis yang kini sedang dibujuk oleh Shan, tapi lebih baik membiarkan saja dulu. Menikmati pemandangan saat ini lebih penting.
"Akhirnya lo bisa senyum lagi Shan".
.
.
Setelah drama perdebatan Shan dan Ganesh perihal kamar akhirnya keduanya sudah duduk manis menikmati makanan yang dimasak oleh Deva tentunya. Bagi Deva ketenangan Shan dan Ganesh ketika diberi makan itu seperti seekor anak kucing dan seekor anak anjing.
"Wahhh, ini enak banget sumpah Dev". Ganesh berbinar menikmati kwetiaw masakan Deva.
"Gausah alay, oiya Deva ini enak banget Shan suka". Ujar Shan, Ganesh tentu menatapnya dengan tatapan nyalang. Bisa-bisanya mengatainya alay padahal dirinya lebih alay.
Deva tersenyum menatap keduanya bergantian. "Deva senang Shan sama Ganesh menikmatinya".
Ya Tuhan bisa-bisa Ganesh diabetes..
Melihat Ganesh yang seperti dilanda jatuh cinta Shan langsung menyikut perut sepupunya itu.
"Gosah senyam senyum kek gitu ya bgsd .. udah ada pawangnya". Tegur Shan. Yang cetak miring itu Shan pelanin suaranya :')
"Siapa pawangnya? Kalau cuma lo mah gue sikat".
Dan makan malam itu berakhir dengan pertengkaran kecil lagi antara Shan dan Ganesh.
Mereka semua sudah kembali ke kamar masing-masing. Tentu Shan tidur dengan Ganesh. Ganesh lagi rebahan di kasur yang muat untuk satu orang itu, sedangkan Shan lagi menyiapkan kasur untuk tidur di bawah. Ganesh mengunci atensinya pada sang sepupu.
"Nyong, dimana lo ketemu sama adek manis itu". Tanya Ganesh.
Shan merebahkan dirinya sesudah menata kasurnya. "Hm? Gimana jelasinnya ya, intinya gue dibantu sama pemilik rumah ini. Terus gue dianterin ke sini, ya Deva udah tinggal lama di sini".
"Pas pertama kali liat dia gue kira cewe anjir saking manisnya".
"Jangan diganggu, dah gue tandain dia punya gue".
"Halah, heran gue kok bisa lo sok jadi pelindung buat dia padahal lo orangnya ga kaya gitu".
Shan memilih tidak menjawab omongan Ganesh. Lebih baik tidur daripada meladeni ocehannya hingga subuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓]Falling for U | Sanwoo
Lãng mạnShankara memang bodoh, sebodoh itu memang ketika dia mengenal cinta Sedangkan Devananka sendiri terlalu lugu apalagi setelah bertemu dengan Shan Top | San, Mingi Bot | Wooyoung, Yunho