Nenek
Shan, kamu dimana?
Ayah kamu bilang kamu pergi dari rumah
Pulang ya, nenek mau ketemu kamu
Kalau tidak mau pulang ke rumah, cukup temui nenek sajaShan menghembuskan nafasnya pelan. Rasanya berat menolak keinginan neneknya ini. Walaupun jarang bertemu tapi sedikit banyaknya neneknya berperan penting dengan kehidupan masa kecilnya. Tapi, bagaimana dengan Deva?
Tak lama Ganesh memasuki kamar yang mereka tempati. Wajahnya menatap Shan samar. Hal yang pertama dia lakukan adalah sama dengan yang Shan lakukan sebelumnya. Dia menghembuskan nafas pelan. Shan yang melihat sedikit heran.
"Kenapa lo?".
Ganesh menggeleng tapi tatapan matanya kosong, lalu dia merebahkan diri dengan menutupi mukanya sendiri dengan bantal. Aneh.
Mungkin membicarakan dengan Ganesh akan membantu pikirannya yang runyam, tadi pikirnya. Namun setelah melihat Ganesh yang seperti ini membuatnya ingin mengurungkan niatnya. Tapi tak apa, coba dulu saja.
"Nesh, gue mau ngomong".
"Hm?". Masih tertutup selimut dan nadanya juga seakan malas.
"Nenek dari ibu nyuruh gue buat nemuin dia".
Ganesh bangun dari tidurnya. "HAH TERUS TERUS?".
"Pusing gue".
"Lah itu kan nenek dari ibu lo bukan dari bokap, kali aja ada yang penting".
Benar juga yang dikatakan Ganesh, yang ingin menemui dia adalah nenek dari ibu. Dia tidak akan bertemu ayahnya kan?
"B-besok gue coba kesana deh".
"Oh, oke berarti lo libur kan biar gue kasih ke wali kelas nanti".
***
Tidak ada yang menyadari tapi Deva meneteskan air matanya sejak kepergian Shan untuk menemui neneknya. Entah saat Shan berpamitan dengannya dirinya merasa kalau Shan akan pergi jauh darinya.
"Aku pergi bentar aja kok, tunggu disini yaa, jangan nakal kamu". Shan mengecup puncak kepala Deva dalam. Hal itu tentu disaksikan oleh Ganesh yang menatap malas ke mereka.
Kini Shan sudah diantarkan oleh Ganesh ke stasiun, tentu memakai motor Bang Agya karena mobilnya sedang di service. Jadi Deva tidak bisa ikut mengantar.
Hanya Deva yang menderita sendiri. Tidak, Deva tidak menyalahkan Shan toh Shan akan kembali lagi ke sini katanya tapi hanya perasaannya saja yang tak enak. Shan tidak mungkin bohong kan?
***
Shan sesekali meregangkan tubuhnya karena perjalanan 7 jam tentu membuat pinggangnya pegal. Saat dia keluar dari stasiun, ada mobil hitam yang menjemput dirinya, ah ternyata itu mobil pegawainya nenek yang bertugas untuk menjemputnya.
"Permisi, Tuan Muda Affandra saya ditugaskan oleh Nyonya untuk menjemput Tuan Muda". Ucap seorang pegawai berperawakan tinggi dengan setelan jas hitam yang turun untuk mengambil alih tas milik Shan.
"Pak Nian, nenek sehat kan?". Tanya Shan ketika sudah berada di dalam mobil.
"Nyonya selalu mengatakan beliau sehat Tuan muda tapi sebenarnya kondisinya tidak terlalu baik, mungkin karena itu beliau meminta tuan muda untuk mengunjunginya".
Shan bahkan lupa kapan terakhir kali dia bertemu dengan neneknya itu. Mungkin waktu dia berumur 8 tahun. Setelah agak lama menempuh perjalanan menuju rumah sang nenek mengingat rumah neneknya dan rumahnya sendiri itu tidak dekat dan berbeda arah, akhirnya kini dia sampai di kediaman sang nenek. Sebuah mansion mewah bertema gold milik sang nenek. Persis sama seperti saat dulu ketika dia kecil.
"Astagaa cucukuu.. Shankara kamu sudah tumbuh besar". Ucap sang nenek yang sudah memakai tongkat itu didampingi oleh seorang pelayan paruh baya di sampingnya. Dia tersenyum sumringah menatap sang cucu yang mau menemuinya.
Shan melihat nenek yang agak kesusahan menghampirinya mendekat dan mendekap sang nenek erat. Pelukan yang sudah lama hilang sejak dia diperbudak oleh sang ayah.
"Nenek apa kabar, aku kangen".
"Nenek baik sayang, kamu kemana saja selama ini. Ayahmu sempat kesini menanyakan apa kamu ada kemari tapi nenek jawab tidak".
"Euh Shan punya tempat tinggal sekarang nek. Nenek janji ya jangan kasih tahu ayah kalau aku kesini". Shan memohon.
Sang nenek tidak bisa tidak tersenyum. Dia sangat merindukan cucu kesayangannya ini. Ayahnya Shan adalah orang yang keras sampai-sampai dia tidak berani memutuskan untuk mengunjungi cucunya itu. Selain itu perusahaan milik ayahnya Shan juga merupakan saingan bisnis perusahaan milik nenek, oleh karena itu Shan juga dilarang untuk dekat dengan neneknya sendiri dengan alasan takut diperalat. Aneh memang hubungan keluarga ini.
"Shankara, nenek punya kejutan buat kamu". Ujar sang nenek yang tiba-tiba tersenyum hangat mengelus surai hitam cucunya.
"Wah benarkah?". Ucap Shan menghargai apa yang ingin neneknya berikan untuknya.
"Bi panggilkan dia". Ucap sang nenek menyuruh pelayannya.
Shan pun heran siapa yang dipanggil. Tapi dia memilih menunggu saja. Toh nanti juga tahu. Tiba-tiba muncul seorang lelaki seusianya berambut blonde yang Shan sangat kenal. Teman masa kecilnya. Nasha. Deg. Jantung Shan melaju cepat ketika Nesha tersenyum ramah padanya. Sesaat bayangan masa kecil tergambar di ingatannya bagaimana Nasha kecil meminta Shan untuk memasangkan cincin yang terbuat dari dedaunan di jemari kecilnya. Berjanji satu sama lain untuk tidak saling meninggalkan namun nyatanya Nasha lah yang mematahkan janji itu karena harus ikut orangtuanya ke Jerman. Tapi, bagaimana bisa dia berada di rumah nenek?
"Hai Affandra, ingat aku?". Sapanya ramah dengan senyum yang masih terpampang di wajah manisnya.
Shan hanya diam, tak tahu harus bereaksi seperti apa. Di satu sisi dia senang tapi di sisi yang lain entah tapi dirinya seperti tidak mengharapkan ini terjadi. Ini terlalu tiba-tiba untuknya.
"Jadi, Shan nenek mau kalian mencoba menjalin hubungan. Nasha sudah memberi tahu nenek bahwa dia menyukaimu".
"Apaa?".
Aku bingung bikin konfliknya semoga syuka yaaa ..
Gimana kabar Deva? :'(
Victoria Nasha Rafasya
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓]Falling for U | Sanwoo
RomanceShankara memang bodoh, sebodoh itu memang ketika dia mengenal cinta Sedangkan Devananka sendiri terlalu lugu apalagi setelah bertemu dengan Shan Top | San, Mingi Bot | Wooyoung, Yunho