Bab 17

180 22 0
                                    

Tidak terasa akhirnya Shan dan juga Deva dihadapkan dengan momen sakral mereka. Kini Shan sudah bersiap duduk bersila dengan seorang penghulu disaksikan oleh Ganesh dan juga Sam. Sedangkan Deva sedang ditemani Agya di ruang sebelah. Walaupun hanya memakai pakaian sederhana dikarenakan susah mencari outfit yang pas karen kehamilannya, itu sama sekali tidak mengurangi kata cantik buat Deva. Apalagi wajahnya sedikit dirias dengan eyeshadow orange Glitter, blush on peach dan lipstik baby pink. Mereka sepakat untuk mengadakan pernikahan di KUA saja, bukan berarti Shan tidak mau mengeluarkan banyak uang, tapi dia tidak mau Deva mendengar cemoohan dari orang-orang apalagi perutnya sudah sangat besar. Ini juga saran dari Agya dan Sam.

"Baik saya mulai ya dek Shankara". Ujar si penghulu.

"Saya nikahkan saudara Shankara Baladitya Affandra bin Rauf Affandra dengan saudara Devananka Pranaya bin Danta Gunawan dengan mahar 100 gram emas mulia dibayar tunai"

"Saya terima nikahnya Devananka Pranaya bin Danta Gunawan dengan mahar yang disebutkan dibayar tunai".

"Bagaimana saksi?"

Shan tidak bisa menahan kegugupannya, bahkan ketika dirinya mengucapkan akad dia merasa seperti sedang menjadi seorang rapper.

"SAHHHHH". Ucap saksi yang berhadir disana.

Seketika perasaan lega menjalar di tubuh Shan. Akhirnya dirinya dan Deva sekarang sah menjadi sepasang suami istri. Tidak bisa dibayangkan dirinya yang berniat kabur ke sebuah desa lalu bertemu dengan sosok Deva. Dengan bodohnya Shan sempat menyi-nyiakannya. Tapi bersyukur karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk menebus kesalahannya dengan membahagiakan Deva sepanjang hidupnya.

SAH

"Sahhh Devvv syukurrrr". Ucap Agya di ruang sebelah yang juga mendengar ikrar yang diucapkan Shan barusan.

Deva menutup mulutnya dengan kedua tangannya takut jika dirinya akan berteriak histeris saking senangnya. Tak lupa mata yang berkaca-kaca itu. "K-kakkk Deva sama Shan...
Ucapan Deva tertahan karena sebuah tendangan kecil dari sang buah hati di dalam perutnya. Mungkin dia juga merasa bahagia karena sekarang papa dan mamanya bisa bersama.

"Iya Deva sekarang kalian sah jadi suami istri". Ujar Agya memotong ucapan Deva yang tertahan. "Apaa? Kamu juga denger ya nak papa kamu halalin mama kamu? Bahagia terus ya anak kesayangan". Agya lanjut mengelus perut Deva.

Tak lama Ganesh muncul untuk meminta Deva masuk ke ruangan tempat akad dilaksanakan. Mereka pun menggiring Deva masuk ke sana. Shan tidak bisa mengungkapkan bagaimana cantiknya Deva pada hari ini. Mungkin jika dituliskan dalam 1000 buah buku pun masih kurang untuk mendeskripsikannya.

"Silahkan duduk disini nak". Ujar si penghulu meminta Deva duduk di samping suaminya alias Shan. Sedangkan Shan hanya bisa memaku atensinya pada cowok manis di sampingnya ini, dia kagum, sangat kagum, bahkan sangat bangga bahwa dirinya bisa memiliki Deva seutuhnya.

Setelah berurusan dengan pembacaan ikrar serta penandatanganan di buku nikah akhirnya acara selesai. Mereka kini sepakat untuk mampir di kediaman baru pasangan yang baru saja menikah itu sekalian ingin membantu membereskan barang yang belum sempat dibereskan oleh Shan. Deva? Tentu saja Shan melarang keras Deva untuk mengangkat barang berat. Sebenarnya Shan sudah memperkerjakan orang untuk mengurus perabot rumah tangganya jadi yang tersisa hanya menyusun pakaian serta bahan-bahan di dapur saja.

"Cie udah kawin aja nih". Celutuk Ganesh yang sedang memakan kukis yang dibawa oleh Sam. Dia sedang berada di kamar utama Shan dan Deva.

"Oh ralat, kawin mah udah ya jing pas di pondok, nikahnya yang baru sekarang". Ujar Ganesh lagi menggoda Shan yang sedang sibuk dengan laptopnya.

Shan tidak menanggapi Ganesh karena kalau ditanggapi malah semakin menjalar akarnya. Percuma.

"Caelah.. habis nikah malah kerja ga asik banget".

"Nesh gue minta tolong yaa?". Ujar Shan masih mengerjakan sesuatu di laptopnya.

"Minta tolong apaan?".

.

Di ruang tengah

"Deva susu ibu hamil ku taroh disini yaa". Kata Agya yang berada di dapur meletakkan kotak susu ibu hamil milik Deva pada salah satu lemari dapur.

Deva yang sedang duduk di ruang tengah bersama Sam yang memijat ringan kakinya mengangguk. "makasih kak Agya". Ucapnya riang.

"Kak Sam udah, udah ga kram lagi kok kakinya". Kata Deva pada Sam.

"Gak papa lagian kaki kamu bengkak kaya gini harus sering-sering dipijat biar ga gampang kram".

Agya yang sudah selesai membereskan dapur akhirnya ikut duduk di ruang tengah. "Aku bener-bener respek sama Shan. Ga disangka dia bakal beli rumah semewah ini buat kalian". Pasalnya rumah yang di beli Shan itu unik, katanya dia sendiri yang mendesain rumah itu. "Emang orangtuanya Shan itu orang kaya ya Dev?".

 "Emang orangtuanya Shan itu orang kaya ya Dev?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ilustrasi)

"Iya kak, Ayah emang kaya raya tapi aku enggak.. ini semua hasil dari tabunganku, aku mah masih merintis.. kayanya habis ini aku mau ngebengkel aja, gapapa kan sayang?". Ujar Shan yang tiba-tiba datang dan duduk di samping Devanya.

Deva cuma bisa mengangguk, dia memang tidak mengharapkan punya suami yang kaya. Untuk rumah bagi Deva yang minimalis aja padahal gapapa tapi Shan yang memaksanya untuk tinggal di rumah ini. Walaupun ada rasa bersalah dalam diri Deva yang sudah memutus masa depan cerah milik Shan. Padahal Shan bisa saja memilih jadi penerus tapi dia malah memilih Deva.

"Yaudah, pekerjaan apa aja yang penting halal yakan". Ujar Sam ikut berbicara.

"Oh Shan lo stop kuliah ya?". Tanya Ganesh.

Shan mengangguk. "Yoi soalnya gue ga tertarik ngurus bisnis mending kerja kasar si menurut gue". Memang Shan banget sih batin Ganesh.

"Kalau perlu bantuan apa jangan sungkan beri tau kita ya Deva, Shan". Kata Agya yang diiyakan oleh keduanya.

***

Setelah makan malam yang dimasakkan oleh Agya beserta Deva yang membantu sedikit-sedikit akhirnya para tamu sudah kembali ke kediaman masing-masing. Tersisa lah dua anak adam yang sekarang satunya duduk bersandar di ranjang sedangkan satunya menata pakaian-pakaian bayi yang dihadiahkan oleh ketiga tamunya tadi.

"Ma ini taroh dimana?". Tanya Shan memegang sebuah kotak paket makan bayi.

"Di laci sebelah sana aja Pa..". Jawab Deva soalnya itu masih lama dipakainya.

Sedangkan Shan tertegun mendengar Deva memanggil dia 'Pa'. "Sayang coba ulang dong? Pa?".

"Ihh gamauuu... Shan jahil Deva malu tauuu". Tuh kan jadi malu si calon ibu :')
































Mungkin alurnya ku bikin maju ke beberapa bulan ke depan lagi yaa 😌🌚

[✓]Falling for U | SanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang