Deva sudah sadarkan diri lalu panik ketika tidak menemukan Ivona di sampingnya. Dia segera bangun untuk mencari sang anak. Tapi dia meringis memegangi kepalanya yang masih sangat pusing. Kakinya dia paksakan untuk turun dari ranjang bertepatan dengan seseorang yang juga masuk ke dalam kamarnya sambil membawa beberapa obat-obatan.
"Loh loh udah sadar toh Deva? Jangan banyak gerak dulu, sanderan saja di ranjang dulu ya". Om Islan yang entah dari kapan datang terkejut melihat Deva yang sudah mau turun dari kasurnya. Melihat itu dia langsung menghentikan gerakan Deva lalu kembali menyandarkan Deva ke ranjangnya.
Deva sendiri juga bingung kenapa Om Islan ada di rumahnya. "Om Islan kok disini?" Tanya Deva.
"Oh Om Ivona mana yaa?". Lanjutnya lagi ketika ingat dia harus mencari Ivona.
"Oh Ivona lagi sama kakeknya di ruang tamu __gimana Deva masih pusing?".
Deva sedikit mengangguk lalu memberikan seulas senyum tipis. Dia juga tenang mendengar kalau Ivona sedang bersama ayah mertuanya. Dia khawatir jika Ivona dibawa kabur oleh Nasha. Oh, mengingat soal Nasha kembali merubah raut wajah Deva. Menyadari itu Om Islan lantas memberi elusan pelan di surai hitam Deva pelan.
"Deva, Om tau ini berat buat kamu tapi kamu harus percaya sama suamimu, sekarang dia sedang berjuang melawan neneknya sendiri. Kamu tahu sendiri bagaimana Shan sangat menyayangi kalian.. tidak mungkin dia berbuat yang tidak-tidak". Om Islan mengelus bahu sampit itu agar Deva tegar.
Deva mengangguk. "Deva percaya Shan Om tapi Deva ga bisa percaya lelaki tadi. Deva cuma khawatir jika Shan bakal celaka".
Om Islan menggeleng meyakinkan bahwa itu tidak akan terjadi. "Itu tidak mungkin Deva.. kamu tahu orang-orang ayah mertuamu kan? Semuanya sudah ketahuan, Shan sedang mengurus kasus ini dengan kepolisian dia sedang sibuk sekarang. Om tidak bisa bercerita banyak karena Shan lah yang harus menjelaskannya nanti ke kamu..".
"Jadi Deva, Om mohon jangan terlalu terhanyut dengan masalah ini yaa".
Benar. Om Islan benar, bukannya terpuruk harusnya dia berusaha kuat demi Ivona dan juga Shan. Karena mereka berdua memerlukan peran Deva sebagai pendukung. Deva juga tau kalau Shan begitu terpuruk dengan masalah ini.
Merasa agak baikan Deva akhirnya dia keluar dari kamarnya dan melihat Ivona yang sedang bermain dengan kakeknya itu. Terlihat bayi yang awalnya rewel karena mau tumbuh gigi itu sedang berusaha mengesot dengan perutnya untuk mengambil mainan di tangan kakeknya. Kakeknya juga terlihat antusias bermain dengan si kecil.
Ah iya Deva baru menyadari kalau di rumahnya sekarang sedang banyak tamu. Ada Agya dan Sam yang sedang memasak di dapur, Agya yang menggoreng ikan dan Sam yang sibuk memanggang kukis. Deva menghampiri keduanya lalu ikut memasang apron yang sering dia gunakan. Tapi lelaki manis tinggi itu menatapnya nyalang seolah ingin menerkamnya.
"Lepas, duduk aja disitu". Tunjuk Agya dengan spatula di tangannya ke arah tempat makan.
Melihat itu Deva cuma tercengir lalu menurut. Dia melihat hpnya karena sedari tadi dia tak sempat untuk melihay hpnya. Terdapat puluhan panggilan tak terjawab dari Shan. Begitu pula notifikasi chat dari Shan yang isinya hanya berisi kekhawatiran. Deva mengulas senyum tipis, rupanya Shan sudah mendapat kabar bahwa dirinya pingsan. Entah siapa yang mengabari, tapi Deva yakin 100% kalau itu adalah Agya.
Tak lama masuk lagi chat dari Shan.
My Hubby
Sayang, gimana? Masih pusing ga?
Aku lagi di perusahaan nenek nih masih sama polisi bentar lagi pulang kok, tunggu papa yaSetelah mengetikkan beberapa pesan yang berisi kalimat penenang untuk Shan, Deva mendengar suara tangisan dari anaknya. Mendengar itu Deva mau beranjak menghampiri Ivona namun sayangnya sudah keduluan Ayah Rauf yang mengantarkan princess ke pelukan mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓]Falling for U | Sanwoo
RomanceShankara memang bodoh, sebodoh itu memang ketika dia mengenal cinta Sedangkan Devananka sendiri terlalu lugu apalagi setelah bertemu dengan Shan Top | San, Mingi Bot | Wooyoung, Yunho