Bab 9

191 26 7
                                    

Bangunan sekolah di pedesaan sangatlah berbeda dengan bangunan sekolah yang ada di kota. Sekolah ini tidak memiliki rooftop seperti kebanyakan sekolah di kota. Jadi siswa ini hanya memutuskan untuk merokok di belakang gudang yang tidak terpakai lagi. Dia sendiri, menatap sekelabat hutan yang terhalang pagar besi berkarat. Sudut bibirnya masih meninggalkan bekas luka namun sudah tak membuatnya meringis lagi. Dia menyesap rokoknya lama terus menghembuskannya lega sambil mendongak menatap langit yang mendung.

"Cih".

Ravin mengacak rambutnya frustasi mengingat betapa malunya dirinya dibantu oleh anak baru itu. Memangnya apa pedulinya sampai-sampai mau membayarkan utang yang sekitar 5 juta itu. Walaupun Ravin hidup di keluarga yang miskin, tapi dia juga punya rasa malu dan gengsi pada orang semacam Ganish.

"Kalau tidak karena terpaksa, gue juga gamau ngutang sama preman itu". Gumamnya lirih menghabiskan rokoknya.

***

"Bangsat.. ni sekolah ngeri juga yak masa iya karena kejadian di kantin kemarin kita malah dihukum juga". Keluh Ganesh sambil meneteng sapu lidi dan kemoceng di kedua tangannya.

Si lawan bicara alias Shan tidak menanggapi karena dia sedang fokus mengambil sampah-sampah yang berserakan di bangunan sekolah itu. Ceritanya mereka lagi dihukum membersihkan gudang dan bekas perpustakaan yang sangat terbengkalai itu. Shan sih terima-terima saja karena gerombolan yang menjadi musuhnya kemarin diskors dari sekolah selama seminggu. Tapi yang tidak terima justru Ganesh. Masa iya gara-gara nyolok mata satu biji doang bikin dia bersih-bersih gudang kan ga keren. Seorang Ganesh membersihkan ruangan? Haha membayangkannya saja membuat Ganesh menertawakan diri sendiri.

"Kerja tuh pake tenaga, kalo pake mulut doang namanya nye..

"Gosah disebut bajingan, duh males bangett". Dengan sangat teramat gontai Ganesh membantu merapikan tempat, rencananya sih gudang dan perpustakaan ini akan direnovasi ulang entah untuk tempat apa nanti.

Sesudah selesai beberes, Shan menyodorkan plastik hitam besar pada Ganesh. Api amarah Ganesh yang mulai padam akhirnya menyala lagi.

"Maksud?". Ucapnya menyolot.

"Buang ke belakang, kerjaan gue paling banyak tadi. dari angkatin meja, ngeluarin barang yang ga ke pake, nyapu, metikin sampah.. lah lo? Pake kemoceng aja bersin-bersin. Paling ga buang nih". Shan lagi-lagi menyodorkan sampah itu.

Dengan sigap (marah) Ganesh mengambilnya lalu berjalan menuju belakang gudang karena di sana ada tempat pembakaran sampah. Kalau Shan sih mending balik ke kelas ngebucinin Deva. Sambil bergerutu Ganesh sampai di tempat yang Shan maksud namun seketika plastik sampah yang dia teteng tadi jatuh saat melihat siswa itu tak sadarkan diri di belakang gudang. Ganesh panik. Yaiyalah dia mana pernah ada disituasi kayak sekarang.

"Duh ni anak ngerepotin banget sumpah". Walaupun sambil menggerutu dia mencoba menggendong Ravin di pundaknya walaupun kesusahan soalnya tubuh Ravin lebih besar darinya walaupun tinggi mereka sama. Ni bocah kalo lagi sadar aja susah digendong apalagi pas pingsan kaya gini, batin Ganesh.

Dengan susah payah akhirnya Ganesh dapat melihat seorang siswa lain yang sepertinya bisa membantunya.

"Oyy sini bantuin gue".

Siswa itu tak sedikitpun tertarik menolong Ganesh. Ganesh tambah kesal.

"Gue traktir seisi kantin tapi pliss bantuin gue bawa ni anak ke uks".

Akhirnya dengan iming-iming itu berhasil. Bahkan dia memanggil teman-temannya untuk membantu mengangkat Ravin yang pingsan.

.

"Ganesh habis dari mana kok keringetan". Sapa Deva ketika Ganesh sudah duduk di tempatnya.

Masih terengah-engah, dia mengatur nafas.

"Dari mana lo? Ngeituin cewe yak". Celutuk Shan.

"Bege, kaga lah malah gue habis bantuin orang lain. Kapan lagi yakan Ganesh menggunakan tangannya buat bantuin orang".

Shan mah sudah biasa dengan lebaynya Ganesh tapi heran juga kenapa ni anak jadi berubah gini.

"Bantuin siapa?".

"Tuh anak yang duduk di pojok dekat pintu, pingsan dia".

"Hahhh Ravin pingsan?".

"Iya Deva, tapi udah ku bawa ke uks kok".

"Kok bisa?".

"Ya mana gue tau, dia pingsan di belakang gudang".

"Gak, maksud gue, kok bisa lo bantuin dia padalah lo tipikal orang yang ga pedulian".

Bener juga, ucapan Shan sejenis kaya tekanan di hatinya. Kok bisa ya?

.

Di ruangan lain tepatnya uks. Ravin membuka matanya, kepalanya masih sakit tapi dia sadar bahwa sekarang dia tidak berada di belakang gudang. Kok bisa dia ada di uks. Melirik ke kiri, Ravin melihat petugas kesehatan yang sepertinya juga seorang murid sekolah disini karena tidak mungkin seorang profesional bekerja di sekolah desa ini.

"M-maaf, yang membawa gue ke sini siapa ya?".

Orang itu terlihat lega ketika Ravin sudah membuka matanya. "Oh sudah sadar? Hm siapa ya namanya, pokoknya dia tinggi hampir sama dengan kamu".

Deg

Kok dia lagi sih?
























Ini mau dibikin Mpreg gak yaaa???

Ini mau dibikin Mpreg gak yaaa???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓]Falling for U | SanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang