Bab 12

169 23 1
                                    

Agya yang berniat mengunjungi Deva yang sekarang tinggal sendiri lagi itu berakhir membawa cowok kecil itu ke puskesmas dikarenakan dia mendapati Deva terkulai lemas sambil memegangi perutnya di ruang tengah. Badannya dipenuhi keringat, wajahnya pucat. Segeralah Agya mengambil mobilnya dan membopong Deva yang masih kesakitan menuju puskesmas. Kini dia sedang menunggu dokter mengecek keadaan Deva. Sedikit aneh karena dokter juga membuka baju Deva sampai atas perut. Apa Deva punya asam lambung ya?

Tiba-tiba dokter itu tersenyum menatap Deva dan Agya bergantian.

"Silahkan duduk dulu disini". Ucap dokter senior itu lembut.

Mereka pun duduk di tempat yang di arahkan dokter tersebut.

"Gimana? Masih sakit?". Bisik Agya.

Deva menggeleng pelan. "Udah lumayan kak".

"Nahh jadi begini.. Selamat yaa dek Deva saat ini anda sedang mengandung dan usianya sudah menuju 4 minggu. Yang dialami dek Deva seperti mual dan kram perut itu wajar pada awal-awal kehamilan jadi saya sudah menyiapkan vitamin untuk diminum rutin di trimester awal ini yaa".

Apaaaa?

"Apa dok? Hamil?". Agya kembali memastikan.

"Iyaa, oh iya karena usia dek Deva yang masih 17 tahun jadi mungkin akan sangat rawan jadi saya sarankan agar selalu berhati-hati yaa".

Skip

Setelah kembali di dalam mobil. Agya tidak langsung melajukan mobilnya. Dia hanya diam menutupi seribu pertanyaan yang bersarang dibenaknya. Begitu pula dengan Deva, cowok manis itu hanya memandang kaca jendela sambil memegangi perut datarnya.

"Deva.. aku ga marah tapi tolong jelasin". Ucap Agya memecah hening takut mengganggu mental Deva yang sudah dia anggap seperti adiknya itu.

Deva mengalihkan pandangannya dan memberanikan diri menatap Agya. Matanya sudah berkaca-kaca. "S-shan". Satu kata yang keluar dari bibirnya. Dan setelah satu kata itu lolos, air matanya mulai membasahi wajahnya. Deva sudah tidak bisa menahan tangisannya.

Seolah paham Agya langsung memeluk erat cowok mungil itu sembari memberi elusan lembut pada pundaknya. "Gapapa, gausah dilanjut aku paham". Ucapnya menenangkan Deva yang sudah terisak di bahunya.

Oke mungkin kesalahan Agya sendiri yang percaya dengan Shan dan meminta anak itu untuk tinggal bersama Deva. Mengingat hal itu Agya justru merutuk dirinya sendiri. Karena dialah Deva mengalami hal ini.

***

Deva memilih mengurung diri. Dia juga sudah menyerahkan surat pengunduran diri ke sekolah. Berbagai macam cemoohan sudah berapa kali dia dengar hari ini. Entah dari mana kabar itu muncul. Deva dihamili oleh anak pindahan lalu ditinggal begitu saja. Tidak ada yang salah bahkan semuanya fakta, Deva tidak menyangkal itu semua. Kehadiran bayi di dalam perutnya ini memang sangat tidak diharapkan bahkan untuk situasi sekarang, tapi sebagai orang yang punya naluri membuat Deva ingin membesarkannya sepenuh hati.

"Gimana Shan? Apa ada tanda tanda bakal balik kesini?". Tanya Agya yang sedang memasakkan bubur untuk Deva. Katanya dia ingin bubur. Jam 8 malam tentu susah mencari bubur jadi Agya berinisiatif memasak sendiri saja.

Deva menggeleng pelan dengan wajah pucatnya. "Kayaknya Shan memblokir Deva".

Brengsek

Agya hanya bisa mengumpat dalam hati karena takut mengganggu kesehatan mental Deva. Ya Agya cuma bisa mendoakan yang terbaik buat kebahagiaan adiknya ini beserta bayi yang ada dikandungannya. Toh dia juga tidak bisa menampar Shan.

"Kalau kabar Ganesh kamu tau?".

"Emm bapaknya Ganesh meninggal waktu dia mau nyusul Shan jadi dia akan tinggal di sana untuk nerusin perusahaan bapaknya".

"Kamu masih kontekan dengan Ganesh?".

Deva mengangguk pelan. "Iya tapi akhir-akhir ini nggak. Mungkin Ganesh sibuk".

"Dia tahu kamu hamil?".

Kali ini Deva menggeleng ribut. "Gak kak Agya, Deva gamau mereka tau".

"Tapi Dev ini penting..

"Gak Kak Agya. Deva gamau merusak masa depan Shan, cukup Deva aja yang rusak. Shan jangan. Deva juga yakin kok Shan bahagia tanpa ada kami".

Setetes air mata jatuh di pipi Agya melihat betapa sabarnya Devana ini. Bagaimana bisa dia masih peduli dengan orang yang sudah merusak dirinya, menghancurkan masa depannya dan membuat luka dalam buat dirinya. Agya menghela nafas pelan. Dia menyajikan bubur yang sudah selesai dia masak dan duduk mendekati Deva.

"Makan dulu ya yang banyak biar kamu sama dede sehat, kaka suapin". Sudau bisa ditebak Deva menurut dengan senyum manisnya mengiyakan Agya. Bagaimana Agya bisa tak iba jika tahu dibalik senyum manis itu terdapat luka yang teramat dalam.

***

[Maju ke beberapa bulan ke depan]

Hari terus berlalu, tak terasa sudah berganti bulan. Semua keadaan telah berubah karena sudah mulai memasuki musim hujan. Termasuk Devana sendiri yang sudah memutuskan pindah ke kota. Dengan perut yang sudah membesar mengingat usia kandungannya yang sudah memasuki bulan ke 7, dia bekerja sebagai pembuat kue dan aneka camilan di sebuah cafe minimalis dekat pusat kota. Dia mendapat pekerjaan ini melalui temannya Agya yang merupakan pemilik cafe tersebut. Sebenarnya Agya sudah melarang keras Deva untuk pergi ke kota tapi tetap saja Deva keras kepala dengan beralasan tidak mau merepotkan kak Agya terus menerus. Apalagi selama ini Agya lah yang menanggung semua kebutuhannya. Karena itu Deva memutuskan untuk bekerja. Tidak mungkin dia terus bergantung pada kak Agya.

"Devana hari ini kita dapat pesanan kukis kering keju sebanyak 100 porsi". Ucap Samuel, sang pemilik cafe.

"Oke Kak Sam, oiya tepung gandum kayanya udah mau abis. Euh apa kakak bisa belikan?".

"Of course Deva.. kamu tutup dulu aja tokonya selama aku pergi mencari bahan".

Dengan senang hati dia mengangguk lucu. Baginya di tempat ini kehidupan barunya di mulai. Lupakan tentang masa lalu. Sekarang dirinya sudah menemukan kebahagiaannya, menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Disediakan tempat tinggal oleh Samuel. Dan selalu diperhatikan oleh Agya yang sangat sering mengunjunginya. Bahkan katanya Agya sudah merencanakan akan tinggal ke kota juga demi menjaga Deva.

Tenanglah Deva, walaupun berat kamu pasti bisa. Ada manusia kecil lain yang bergantung padamu. Jadi karena itu kamu harus kuat.



















Mungkin alurnya ku bikin maju ke depan yaa😌




Ishandya Samuel

Ishandya Samuel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓]Falling for U | SanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang