Deva lagi bingung melihat menu makanan di kantin. Dia harus memilih antara sop ayam atau pangsit kuah. Dua-duanya adalah makanan favoritnya. Shan sudah menyarankan makan sop ayam saja karena lebih sehat tapi bocah ini tetap saja masih melirik pangsit kuah. Bibirnya melengkung ke bawah karena tidak tahu mau memilih apa. Shan dan Ganesh sudah duduk di tempat yang tersedia namun masih memerhatikan si manis yang lagi bimbang di depan menu, terutama Shan. Shan tersenyum kecil melihat bagaimana kecilnya tubuh Deva dibanding dengan anak-anak yang lain. Bahkan dengan siswa perempuan saja terlihat sama atau bahkan lebih kecil.
Sepengamatan Shan, masuk anak kelas lain entahlah dari kelas berapa intinya dia tidak pernah melihat segerombolan itu. Mereka juga ikut memesan di tempat Deva berada. Tangan salah satu dari mereka meraba tubuh Deva yang masih berdiri di sana. Shan tidak salah lihat kan? Namun yang membuat Shan tidak bisa menahan amarahnya adalah ketika salah satu dari mereka yang lain meremas kuat bongkahan kembar Deva bahkan dari tempat Shan saja mendengar suara ringisan Deva.
"Awww!!". Pekik Deva menghindar dan mendorong tubuh siswa itu.
"Kenapa menghindar, lo kan udah sering..
BBBBUUUKKKK
BBUUKKK
"Kurang ajar, s-siapa lo". Ucap yang dipukul tak terima.
Semua perhatian teralih pada Shan yang lagi-lagi memukuli murid lain tanpa ampun. Segerombolan yang lain juga tidak diam. Mereka menyerang Shan dengan menarik kerahnya dengan paksa. Satu bogam mentah melayang tepat di wajahnya. Seperti gerombolan itu pandai berkelahi. Hidung Shan berlumuran darah hingga membuat Deva berteriak lirih menyebut nama Shan. Dia tak bisa menghampiri Shan karena dia sudah diseret oleh siswa lain yang masih sekumpulan dengan geng yang menyerang Shan.
"Shaaan". Lirih Deva.
Ganesh yang kurang tahu situasi karena asik menikmati mie indomienya panik ketika Shan sudah babak belur, walaupun pemandangan ini memang sudah sering dilihat olehnya. Dia lantas menghampiri Deva yang ditahan oleh salah satu murid itu.
Kleekk
Ganesh mencolok mata siswa yang mengunci Deva dengan santainya lalu ketika orang itu lengah. Dia ingin melayangkan tinjunya namun ditahan oleh seseorang yang tingginya sama dengannya.
BBBUUUKKK
"Balas jasa". Ucapnya setelah membuat siswa tadi tersungkur ke tanah.
Kini orang itu beralih pada Shan yang berhasil melepaskan diri dari serangan bertubi-tubi. Dia membantu menendang satu orang yang tersisa.
BBRRAAAKKK
Tendangan terakhir itu dari Shan. Melihat itu Deva langsung menghampiri Shan yang lagi-lagi terluka. Tak peduli dengan seisi kantin, Shan memeluk Deva erat sambil mengelus punggung kecil itu pelan.
"Gapapa, ga sakit kok, jangan khawatir ya". Bisiknya.
Tapi nihil, mata Deva sudah berkaca-kaca. Dia tidak bisa melihat Shan luka seperti ini rasanya sakit apalagi Shan terluka karena berusaha melindunginya.
"Hiks.. maafin D-deva Shan, Deva salah harusnya Deva..
"Hey tenang, Deva ga salah. Yang salah itu mereka yang mengganggu Deva. Ingetkan sama janjiku. Aku bakal melindungi kamu kapanpun". Shan semakin mengeratkan pelukannya pada cowok manis nan mungil itu ketika sesugukan di dadanya.
Beralih pada Ganesh yang menatap dingin Ravin yang juga menatap dirinya. Ganesh menghembuskan nafas pelan lalu mendekat padanya.
"Kenapa lo malah bantu gue, urusan kita udah selesai kan? Gue juga gamau temenan sama lo jadi mending, lo gausah sok kenal sama gue".
"Balas jasa.. gue dah bilang kan. Gue gasuka punya utang sama orang apalagi itu lo". Ravin menabrak bahu Ganesh lalu meninggalkan kantin.
Ganesh kesal. "Cih.. "..
***
Bajingan
Kamu dimana??
Pulang
Mau mati? Bisnis ayah kacau gara-gara kamu
Dasar anak kurang ajar
Pantas ibumu memilih mati karena dia gak mau melihat anak kaya kamuShan mengusap wajahnya kasar walaupun akhirnya meringis karena lupa ada luka di wajahnya.
"Awhh perih juga ya". Gumamnya.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok Deva yang sudah terlihat khawatir dengan kotak p3k di tangannya. Shan tersenyum tipis lalu memberi kode pada Deva agar duduk di pahanya. Deva menurut, dia duduk di paha Shan sambil menyibak rambut Shan agar dapat melihat luka-luka pada wajah tampan itu. Shan dengan senang hati menatap wajah khawatir Deva, tangannya melingkar di pinggang ramping itu.
"Kamu cantik". Ucap Shan.
"Shan jangan bercanda, kamu lagi sakit". Deva mencoba membersihkan luka pada wajah Shan.
Shan menggeleng pelan dengan bibir yang terkantup. "No Deva, aku ga boong aku ga lagi bercanda dan aku ga sakit. Aku bilangnya atas kesadaran penuh".
Deva tertawa pelan. "Iya iya Shan yang cerewet, diam dulu yaa Deva lagi ngobatin Shan".
"Obatin disini dong". Pinta Shan menunjuk bibirnya.
Deva bingung pasalnya tidak ada bekas luka apapun di bibir Shan. "Tapi bibir Shan gak luka, apa bibirnya juga sakit?".
Shan mengangguk. Lalu Deva mengecek isi kotak p3knya mencari obat yang pas dengan itu. Dengan jahil Shan mengambil kotak itu lalu menaruhnya di kasur. Sehingga Deva jadi fokus padanya.
"Boleh aku ambil sendiri obatnya?".
Deva bingung sebenarnya tapi dia diam saat Shan memegang pipinya dan menempelkan bibir mereka disertai lumatan-lumatan kecil. Lagi-lagi wajahnya memanas saat Shan melakukan ini. Rasanya menyenangkan dan indah ketika Shan menyalurkan rasa sayangnya pada dirinya. Tangan Deva mengalung di leher Shan sehingga ciuman Shan menjadi lebih menuntut. Merasa hampir kehabisan nafas akhirnya Deva menepuk pelan dada sang dominan.
"Hahhh.. terimakasih obatnya sayang". Shan tersenyum manis lalu mengecup kembali bibir yang memerah itu beberapa kali.
Sayang? Oh tidak Deva menjadi melebur karena satu kata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓]Falling for U | Sanwoo
RomansaShankara memang bodoh, sebodoh itu memang ketika dia mengenal cinta Sedangkan Devananka sendiri terlalu lugu apalagi setelah bertemu dengan Shan Top | San, Mingi Bot | Wooyoung, Yunho