Bab 11

185 26 14
                                    

Deva lagi-lagi mengecek Hpnya menunggu balasan dari Shan. Sudah berapa hari ini dia tidak mendapat kabar apapun dari Shan padahal Shan sudah berjanji akan kembali besok hari ketika dia pamit mengunjungi neneknya, tapi ini sudah hari kelima tapi Shan masih tidak ada kabar. Ganesh juga ikut heran, tidak biasanya Shan menonaktifkan hpnya.

"Apa gue susul aja ya?". Tanya Ganesh melihat Deva yang lagi khawatir.

Deva menatap Ganesh resah. Sejujurnya dia kalut dan takut jika Shan benar-benar hilang dari hidupnya. Apalagi hidupnya yang selama ini kosong diisi oleh rasa bahagia dari Shan. Ketika Shan mengungkapkan perasaan padanya adalah momen paling membahagiakan yang pernah Deva rasakan.

"Apa Shan baik-baik aja?". Tanya Deva lebih kepada diri sendiri karena sangat khawatir.

Ganesh sendiri sebenarnya takut dan was was kalau-kalau Shan bertemu dengan ayahnya karena dia sendiri tahu bahwa pamannya itu orang yang sangat keras. Apa sebaiknya Ganesh pulang saja? Kali ini Ganesh lah yang dilema. Mungkin lebih dilema dari Shan.

"Dev, kalau aku balik ke kota kamu gimana?".

"Ga gimana-gimana, kan Ganesh memang rumahnya disana".

Setelah mendengar jawaban Deva bukannya lega Ganesh malah merasa semakin takut meninggalkan cowok manis nan mungil itu sendirian. Ganesh tahu bahkan saat Deva mencoba menutupi rasa gelisahnya.

***

Ya mungkin Ganesh tega dengan Deva tapi rasa penasarannya dengan Shan jauh lebih besar. Kenapa sampai satu minggu lebih anak itu menghilang tanpa kabar. Kali ini Ganesh sudah sampai di mansion mewah milik neneknya Shan. Walaupun keluarga mereka memiliki hubungan yang kurang baik tapi neneknya Shan tahu bahwa Ganesh adalah sepupu sekaligus teman satu-satunya Shan selama tinggal bersama ayahnya.

"Silahkan". Ucap pelayan yang ada di sana hendak mengantarkan Ganesh ke dalam.

"Oh, Ganesh, apa kabar kamu? Lama sekali nenek tidak melihatmu tau-tau sudah setinggi ini". Ujar nenek Shan sambil menepuk sayang lengan Ganesh.

"Baik nek.. nenek gimana? Sehat?".

"Hmmm sangat sehat apalagi senang rasanya melihat cucu nenek mau mengikuti keinginan nenek".

Ganesh menyerngitkan alisnya heran. "Maksudnya nek?".

"Shankara.. dia setuju untuk bertunangan dengan Nasha. Ohh kamu belum kenal Nasha yaaa.. mereka ada di taman belakang. Ayok ikut nenek kesana".

Apa? Segampang itu? Terus Deva bagaimana?

Sambil menyimpan pertanyaan di dalam batin Ganesh tetap membuntuti neneknya Shan ke arah belakang rumah yang terdapat taman luas di sana. Ganesh berjalan sambil menggandeng lengan nenek. Mereka sampai ke taman belakang.

"Nah itu dia Nasha. Gimana Ganesh? Cantik kan, bagaimana menurut kamu? Apa cocok dengan Shankara".

"Gak.."

Ganesh mengepalkan tangannya erat melihat sepasang kekasih yang sedang bercanda tawa di pinggir kolam renang itu. Lengan sang sepupu menggandeng posesif pinggang si Nasha itu. Ganesh geram. Bahkan dia lupa bahwa ada neneknya Shan di sampingnya.

"Maksudnya? Apa mereka tidak cocok menurut kamu?". Ulang sang nenek lagi.

"Ahh gak nek, hehe Nasha itu terlalu cantik untuk Shan, lebih baik untuk Ganesh aja". Ganesh menunjukkan ekspresi seramah mungkin agar neneknya tidai curiga.

Anjing, tolol lo Shan. Segampang itu lo bikin janji buat diingkari. Ini baru gue loh yang liat gimana kalau Deva sendiri yang liat. Lo bener-bener bangsat. Semoga lo susah dapet kebahagiaan..

Dalam hati Ganesh tak pernah luput untuk mengutuk Shan. Tak peduli neneknya Shan masih menatap hangat ke pasangan gila itu. Ganesh mendesis ketika melihat Nasha mencium singkat pipi Shan.

Lo seneng? Bisa-bisanya lo seneng disaat ada yang khawatir sama lo anjing

"Nek, Ganesh pulang ya".

"Loh gamau ketemu Shan dulu?".

"Gak nek, gausah kasih tau Shan ya Ganesh kesini".

Neneknya Shan heran dengan Ganesh tapi tak apa melihat cucunya mendapat kebahagiaan merupakan anugerah tersendiri buat dirinya sendiri.

.

Ganesh sudah sampai di sebuah halte untuk menunggu bis menuju stasiun. Ingatannya masih terbayang-bayang mengenai Shan. Apa yang akan dia katakan pada Deva nanti.

Dddrrttt.. dddrrrtt..

Mommy is Calling

Sebenarnya Ganesh malas mengangkat telepon dari mamanya karena pembahasanya selalu sekolah di luar negeri. Tapi tidak biasanya ibunya menelpon malam-malam begini.

"Apa? Kalo mau nyuruh kuliah di LA aku gamau".

"Daddy meninggal".

Deg

Dua kata yang mampu membekukan Ganesh saat ini. Dia memiliki hubungan baik dengan keluarganya tapi hanya karena ayahnya Shan yang mengancam keluarga Ganesh karena tidak mau memberi tahu keadaan Shan membuat Ganesh membangkang karena tidak ingin sekolah di luar negeri. Tapi apa sekarang? Daddynya meninggal?

"Halo, Ganesh sayang. Kamu dimana? Pulang ya nak".

Air mata jatuh di pipinya dan langsung mencari halte lain untuk pulang ke rumahnya. Lupakan tentang masalah Shan sekarang. Masalahnya jauh lebih penting.

***

Deva membuka jendela kamar yang ditempati Shan dan Ganesh. Mentari pagi di hari minggu langsung berhasil menyapu wajah bersihnya. Bibirnya melengkung ke atas. Rasanya tenang saat memakai jaket milik Shan. Deva merasa saat ini Shan tengah memeluknya seperti biasa yang dilakukan oleh lelaki berotot itu.

Dia berjalan menuju dapur untuk mengambil sereal dan susu sebagai menu sarapan paginya. Tapi setelah mencampur keduanya hidungnya seakan tak suka dengan aroma itu. Dengan lekas dia pergi ke kamar mandi merasa perutnya tak enak dan merasa mual. Alhasil dia memuntahkan isi perutnya yang cuma air itu. Kembali lagi sekarang kepalanya yang pusing seakan tak bisa mencium aroma makanan apapun. Dia sendiri bingung.

"Ah cuma kecapean kayanya".





















Shan jahat gak :'((
Kasian Deva loh 😭😭

[✓]Falling for U | SanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang