BAB 14 🔞

133 5 0
                                    

"Teman SMA," jawab Brick pelan.

"Laki-laki atau perempuan?" Day bertanya.

"Wanita," jawab Brick singkat.

"Hah, teman-teman," kata Day dengan nada mengejek.

"Jawab teleponnya, tunggu apa lagi?" Kata Day.

Lagi dengan suara yang dalam, jadi Brick menekan untuk menjawab panggilan itu

("Ada apa, Meen?"), Brick menjawab panggilan gadis itu

("Aku pulang ke rumah... Terima kasih... Oh, besok aku akan mengajak Day untuk berbuat kebajikan... malam hari.... Hmm... terima kasih banyak...") , dia berbicara kepada pihak lain sambil menatap Day sejenak. Day juga melihat ke arah Brick tetapi masih tidak mengatakan apa-apa.

("Bukan apa-apa... Terima kasih... Hmm... ya... Itu saja"), dia memberi tahu gadis itu lagi dan menutup telepon.

"Nah, seseorang akan datang mengunjungimu," katanya pada Day setelah dia selesai menelpon.

"Kenapa dia harus mengunjungiku? Bukankah dia hanya temanmu?" Day bertanya kembali pada Brick yang sedikit mengernyit.

"Tapi kamu kenal Meen dan dia juga ingin datang berkunjung, apa?"

"Apakah ada yang salah denganku?" dia balik berkata, 

"Mengapa kamu datang berkunjung?" 

"Aku tidak suka orang... Kamu adalah istriku. Apa kamu tidak tahu apa yang aku suka dan apa yang tidak?" Day bertanya karena menurutnya jika mereka berdua telah bersama selama lebih dari dua tahun, Brick mungkin harus mengetahui kebiasaan mereka.

Brick tetap diam, tidak mengatakan apa pun sebelum bangun untuk mencari Night di dapur dan menenangkan dirinya juga.

"Kemana kamu pergi?" Day bertanya pelan.

"Ke dapur, kalau kamu mau sesuatu, panggil aku," jawabnya sesaat sebelum segera melangkah pergi. Meninggalkan Day yang duduk sendirian di ruang tamu dengan frustrasi.

"Apa yang kamu perdebatkan?" Night bertanya ketika dia melihat Brick. Memasuki dapur dan kemudian terdengar suara Day, datang dari salon.

"Tidak ada, Night, Day hanya kesal," jawab Brick sambil duduk di kursinya dengan kelelahan.

"P'Brick, jangan marah pada P'Day," kata Night.

"Entahlah Night, kadang aku marah tapi aku berusaha tenang, karena aku tahu Day memang seperti itu karena dia tidak mengingat apapun," ucapnya pelan.

"Tidak akan lama. P'Day harus mengingat semuanya," kata Night, menyemangati Brick dan juga menyemangati dirinya sendiri.

"Nah, apa yang akan kamu lakukan, Night? Ada yang bisa kubantu? Baiklah, ajari aku cara melakukan sesuatu," katanya sambil bangkit dan berdiri di depan di sebelah Night yang memberinya senyuman penuh kasih.

"Baiklah kalau begitu, P'Brick, cuci sayurannya dan tata seperti ini, untuk Night," ucap Night sambil tersenyum sambil membiarkan Brick mulai mengerjakan beberapa hal kecil di dapur terlebih dahulu.

"P'Day, kita akan melakukan kebajikan besok," kata Night sambil duduk untuk makan. Day sekarang menggunakan tangan kirinya untuk mengambil makanan, tapi Brick menyendok nasinya secara berkala.

"Bagaimana aku bisa keluar dari situasi ini?" Day bertanya pelan.

"Bisa saja, tapi kalau P'Day tidak mau pergi, Night tidak peduli. Night hanya ingin mengajak P'Day untuk berjasa setelah keluar dari rumah sakit, itu saja," jawab pemuda itu dengan lembut.

"Kalau kamu mau pergi, pergilah, jadi tidak akan sulit bagimu jika harus membantuku mendorong kursi roda itu," kata Day lagi.

"P'Brick dan Gear juga akan pergi. Lagipula Kita harus menjaga P'Day " kata Night sambil tersenyum, Day mengangguk sebelum berbalik lihatlah Brick yang sedang mengambil nasi dan menaruhnya di piring untuk Day.

LS : DAY & BRICK III (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang