BAB 7

43 2 0
                                    

"P'Day, kamu ingin P'Brick bergantung padamu. Lalu kenapa menurutmu tanpa P'Day, P'Brick harus bisa hidup dengan baik? Aku bingung, jika P'Day tidak ada di sini suatu hari nanti , bagaimana P akan hidup? 'Brick, apakah itu sangat bergantung padamu?" Night bertanya dengan bingung.

"Aku sangat bingung dengan pertanyaanmu, Night," kata Gear, Night menatap kekasihnya dengan sedikit kesal.

"Aku mengerti pertanyaan Night," kata Day, membuat Night tersenyum.

"Anggap saja pada saat seperti ini, semua orang akan tahu," jawab Day yang membuat Night tersenyum sementara kakaknya menghindari menjelaskan.

"P'Day selalu seperti itu," gumam Night dengan suara serak. Day tersenyum tipis.

"Jadi, apakah kamu berencana untuk pergi atau tidak ingin ke rumah Al'Gear lagi?" Day bertanya, memengaruhi saudara iparnya.

"Itu kakakmu, tiba-tiba dia mengkhawatirkanmu dan mendesakku untuk membawanya ke rumahnya padahal kita sudah berkencan sebelumnya, dia sangat ingin pergi makan bersama," keluh Gear.

"Sama saja kalau kita makan di sini," bantah Night menanggapi kekasihnya. 

"Jadi, ada apa dengan kakakmu?" Gear bertanya. Muka Night bergerak-gerak dan duduk di samping kakak laki-lakinya sementara dia memeluk pinggang Day.

"Nah, Night mau makan nasi buatan tangan P'Day.. P'Day, tolong siapkan makan malam untuk Night," pintanya. Day mengangkat tangannya dan dengan lembut membelai kepala Night.

"Mau makan apa lagi? Aku akan melakukannya," tanya Day antusias.

"Apa saja, tapi Night akan membantumu melakukannya," kata Night, dan Day mengangguk sebelum kedua bersaudara itu masuk ke dapur, meninggalkan Gear sendirian untuk menonton film. Setelah beberapa saat, Brick turun dari kamar tidur.

"Di mana mereka?" Brick bertanya pada temannya ketika dia tidak melihat Day dan Night.

"Mereka pergi ke dapur, mereka sedang memasak," kata Gear. Namun, Gear sendiri tidak berpikir untuk membuat kekacauan di dapur dan meninggalkan kedua bersaudara itu sendirian. Brick mengangguk mengakui, sebelum duduk di sebelah Gear.

"Oh, ngomong-ngomong, kenapa Night ingin kembali dan menginap?" Dia bertanya.

"Entahlah, dia tiba-tiba memasang wajah gugup dan memintaku untuk mengantarnya pulang. Katanya suasana hatinya sedang buruk dan ingin bertemu Ai'Day," jawab Gear yang membuat Brick mengerutkan kening.

"Apakah dia gugup? Kenapa?" dia bertanya, bingung.

"Entahlah, aku hanya tahu saat aku melihat wajahnya aku harus menenangkannya dan membawanya ke sini. Aku curiga karena mereka sudah berhari-hari tidak bertemu, dia merindukannya," asumsi Gear. Brick mengangguk meski hatinya terasa aneh. Day dan Night bekerja sama untuk menyiapkan makan malam segera setelahnya.

"Gear, kamu boleh masuk dan makan. Nong Night sudah menunggu di dapur," Day keluar dan memberitahu Gear yang sedang duduk berbicara dengan Brick, jadi Gear segera bangkit dan berjalan menuju dapur. Sedangkan Brick, dia duduk diam sambil menonton televisi. 

Day dia menatap kekasihnya dengan tenang, tapi tidak berkata apa-apa. Day duduk di sofa lain sementara Brick sedikit menyipitkan matanya dengan mulutnya penuh frustasi karena kekasihnya tidak berpikir untuk rujuk. Brick dia duduk di sana dengan wajah cemberut.

"Sudah lelah?" Day bertanya pelan. Alis Brick berkerut kebingungan.

"Lelah karena apa?" Brick bertanya dengan datar.

"Apakah kamu sudah lelah kesal?" Day bertanya, membuat wajah Brick semakin cemberut saat mengetahui kekasihnya telah menyindir.

"Itu masalahku," kata Brick dengan nada kesal. Lalu dia berbalik untuk melihat televisi.

LS : DAY & BRICK III (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang