BAB 22

58 5 0
                                    

Mendengar perkataan Brick, Day sedikit bingung, tapi dia tidak menoleh ke arahnya. Day merasa tak ingin menoleh melihat wajah dan sorot mata sedih orang yang duduk di belakangnya.

"Saya berbicara kepada Anda sesuai dengan apa yang terjadi, karena dalam hal ini saat ini aku masih tidak ingat apa-apa," kata Day lembut. 

"Apa yang aku katakan, kalau-kalau kamu mendengarnya, bagaimana kamu bisa mengingatnya? Kalau tidak, aku tidak akan mengatakannya," balas Brick. Day mengangkat alisnya sedikit ke arah Brick dan melihat dia sedang membungkuk.

"Berdebat keras seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Vey membantu Night memasak. Kamu tidak perlu duduk dan membiarkan demamnya datang kembali," ucap Day dengan suara tenang, membuat Brick mengerutkan kening, namun dia berdiri. .

"Dulu kamu melarangku pergi ke dapur agar tidak membuat kekacauan, tapi sekarang aku akan pergi ke dapur," kata Brick, sebelum berbalik dan memasuki rumah. Day menatap punggung Brick sebelum menghela nafas pelan, lalu melanjutkan menyiram tanaman.

"Night, masuk kelas dulu," kata Night kepada Day dan Brick setelah mereka sarapan bersama. Gear juga akan pergi ke perusahaan ayahnya. Jadi mereka akan pergi bersama.

"Hmm," jawab Day dengan tenggorokannya. Sebelum Geary Night meninggalkan rumah. Hanya Day dan Brick yang tersisa di rumah.

"Apakah Night sudah berlalu?" tanya Brick, yang turun dari lantai atas.

"Hmm," Day menjawab singkat seperti biasa. Day terpotong Dia mengerutkan kening saat melihat Brick mengenakan tank top berwarna cerah dan celana selutut. 

"Pergi ganti bajumu," kata Day pelan, membuat Brick terlihat bingung.

"Kenapa kaos. Haruskah aku ganti baju?" kata Brick sambil memandanginya

"Aku sudah bilang padamu untuk berubah dan kamu akan berubah, jangan tanya terlalu banyak," kata Day lagi.

"Tapi dia menginginkan alasan," jawab Brick segera. 

"Sudah kubilang, kondisimu sudah membaik, tapi kalau kamu memakai baju ini lagi, penyakitnya akan segera kambuh lagi dan jika demamnya kembali lagi, aku tidak akan menjagamu kali ini Brick," kata Day dengan suara berat.

Dia sama sekali tidak suka melihat Brick mengenakan pakaian yang memperlihatkan banyak kulit, padahal Brick adalah laki-laki, bukan perempuan. Tapi Day beralasan pada dirinya sendiri bahwa dia tidak menyukai kemeja Brick karena dia tidak ingin demamnya kambuh lagi.

"Jika kamu tidak ingin menjagaku, maka kamu tidak perlu menjagaku," jawab Brick. Day mengerutkan kening.

"Kenapa kalian sering bertengkar?!" Day berkata dengan suara yang dalam.

"Aku tidak berdebat," balas Brick, dan Day segera berdiri sebelum berjalan menuju Brick, yang mundur.

Keadaan syok

*...Hmm...

Pergelangan tangan Brick dipegang erat oleh Day. Lalu dia menariknya untuk mengikutinya ke kamar.

"Apa yang akan kamu lakukan, Day?" Brick langsung bertanya, mencoba bertarung, tapi dia tidak berani melakukannya karena dia takut Day akan melakukannya akan terluka lagi. Dalam hati dia ingin keras kepala pada Day, namun urung.

Saya hanya bisa khawatir. 

"Diam dan kemarilah," Day berbalik sebelum membawa Brick ke kamar tidur.

...Tiba-tiba...

"Hei Day... Apa yang kamu lakukan...? Berhenti!" Brick berteriak sambil dia Day mengangkat ujung kemejanya dan menariknya melewati kepalanya.

Dari kepala. Pendeknya. Day dengan cepat meraih Brick melepas baju tanpa lengannya,

LS : DAY & BRICK III (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang