BAB 9

57 1 0
                                    

"Jangan berpikir seperti itu, Brick," kata ibu Brick. Brick menatap ibunya dengan air mata mengalir di wajahnya.

"Hah... Karena aku mendesaknya untuk pulang... Hah... Meskipun dia ingin tinggal bersama ayahku di Chonburi... Huh... Aku buru-buru dia kembali... Eh... Kalau bukan tidak terlalu otoriter, dia tidak akan terburu-buru dan mobilnya tidak akan terbalik... Huh...", Brick menjerit memilukan.

"Jangan salahkan aku, Brick. Kamu masih belum tahu alasannya, apakah Day mengemudi dengan cepat atau apa yang terjadi," Four berusaha menghentikan Brick menyalahkan dirinya sendiri. 

"Tidak peduli apa penyebabnya, Hah... aku salah terhadap semua orang. Cara dengan menuntut dia pulang ke rumah...Hah," ucapnya lagi sebelumnya.

"Night... Huh... maafkan aku... maafkan aku," kata Brick pada Night sambil terisak, tapi Night juga tidak memiliki kekuatan untuk berinteraksi dengannya.

Brick

"Hei, jangan terlalu banyak berpikir ya? Ini mungkin bukan masalah besar dan kita sudah menangis seperti ini, lebih baik kita menunggu dan mendukung Day," kata ibu Brick yang juga sama-sama patah hati, tapi dia harus kuat agar agar anaknya tidak bertambah parah.

Night terbangun oleh kata-kata ibu Brick yang mencoba meredakan isak tangis putranya, tetapi Brick terus menangis

"Bu, bisakah ibu mengantarku ke Day? Hah... Antar aku ke dia," Brick memohon pada ibunya.

"Ibu pikir lebih baik menunggu untuk mendengar kabar di sini. Kita tidak bisa duduk dan menunggu di depan ruang operasi, jika semuanya baik-baik saja, Dokter akan datang dan memberitahu kita. Percayalah Brick," pinta ibu Brick.

"Lakukan apa yang ibumu katakan," Four setuju dengan ibunya. Brick, jadi Brick menganggukkan kepalanya. Four kemudian membantu temannya naik ke tempat tidur.

"Hah...Four, tolong panggilkan Ai Nick untukku. Minta Nick beritahu Neil juga, Hah..." kata Brick sambil mengingat.

"Um, aku akan meneleponnya," kata Four, sebelum Brick berbaring miring dan berbalik sambil terisak pelan, sampai ibu Brick terpaksa melakukannya menghiburnya agar dia tidak menangis lagi karena Brick sakit.

"Bagaimana kabar Brick, Night?" Gear bertanya ketika dia melihat mata Night yang merah dan bengkak berdiri di samping Gus dan Four.

"Dia menangis dan kembali tidur. Ibu P'Brick merawatnya," jawab Gus. Night berjalan mendekat dan duduk di samping kekasihnya, jadi Gear. Dia segera membuka tangannya untuk menerima Night yang tegang membuat Gear menepuk kepalanya dengan ringan.

"Hei, bagaimana kabar P'Day?" Night bertanya.

"Aku belum tahu. Belum ada yang keluar dari ruang operasi," ucap Gear sambil memeluk kekasihnya.

"Day seharusnya baik-baik saja, Night. Jangan khawatir," sang ibu. Gear duduk di sampingnya, membelai punggungnya untuk menghiburnya.

Setelah 3 jam, ayah Brick tiba, duduk dan menunggu bersama semua orang di depan ruang gawat darurat. Hingga penantian selesai dan pintu UGD terbuka, Day sudah berada di atas tempat tidur dengan alat bantu pernapasan dan banyak peralatan terpasang, semua orang segera bangun. Night pun runtuh kelelahan disertai isak tangis nyaring saat melihat keadaan kakaknya yang terbaring di ranjang itu.

"Dokter, apa kabar?" Ayah Brick langsung bertanya.

"Gejala Pak Ravipol masih mengkhawatirkan. Kita harus membawanya ke ICU dulu untuk menghindari lebih banyak Komplikasi. Semuanya, jangan khawatir, kami akan melakukan segalanya mungkin untuk merawatnya," kata dokter.

(NT: Unit perawatan intensif)

Tempat tidurnya kini telah dipindahkan ke ICU terdekat.

"Bagaimana dengan kondisi fisiknya?" tanya ayah Brick.

LS : DAY & BRICK III (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang