5

370 42 2
                                    

Sunghoon berjalan sambil menunduk, ia tidak memperhatikan apa yang ada di depan kecuali jalanan di bawahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sunghoon berjalan sambil menunduk, ia tidak memperhatikan apa yang ada di depan kecuali jalanan di bawahnya. Ia berhenti berjalan ketika kepalanya menabrak telapak tangan Jay yang menghalangi jidat--agar tidak terbentur langsung dengan tiang listrik.

Sunghoon mengedipkan mata beberapa kali. Setelah dari puskesmas, mereka lebih banyak diam. Jay membiarkan Sunghoon untuk berpikir, ia tidak mengajaknya berbicara selama perjalanan pulang.

Jay kira selama dua hari Sunghoon merokok dengan alasan mengidam, dia hanya membakar dua batang saja--dengan satu batang perhari, tapi perkiraan Jay salah. Bukan dua, tapi lima perhari. Total, dia membakar sepuluh rokok dalam dua hari.

Sunghoon harus sadar bahwa dia tengah berbadan dua, ada nyawa lain dalam tubuhnya. Tidak bisa melakukan hal yang terlalu beresiko, Jay juga tidak mau Sunghoon kecanduan nikotin.

Sunghoon menunduk, takut menatap wajah Jay.

"Maaf, Jay," permintaan maaf dari Sunghoon yang kesekian kali dan lagi-lagi tidak dijawab oleh Sang suami.

Jay berpindah posisi dari samping ke depan, membelakangi Sunghoon. Ia sedikit menekuk lutut agar lebih pendek. Sunghoon menatap Jay bingung.

"Naik."

Sunghoon menurut, ia melingkarkan tangannya di leher Jay. Jay menggendong Sunghoon agar tidak kejadian seperti tadi. Sunghoon menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jay. Jay masih tidak mau berbicara.

Sampai di rumah, Jay membaringkan tubuh Sunghoon ke kasur dengan perlahan. Ternyata, istrinya itu sudah masuk ke alam mimpi. Pantes anteng dari tadi.

Di sela tidurnya, Jay bisa melihat air ke luar dari pelupuk mata Sunghoon. Jay panik. Ia usap pipi Sunghoon yang basah menggunakan ibu jarinya. Perlahan mata Sunghoon terbuka, ia berkedip beberapa kali. Setelahnya, ia menangis dan merengek sambil merentangkan kedua tangan minta dipeluk.

"Jaaay ...."

Jay baringkan diri di samping Sunghoon. Ia memeluk istrinya dari samping biar si dedek gak kejepit. Jay usap pucuk rambut Sunghoon, ia kecup beberapa kali. Sunghoon masih menangis sesenggukan.

Sepertinya, ia terlalu keras menasehati Sunghoon. Jay lupa kalau orang hamil lebih sensitif dari biasanya. Ia tidak pernah berurusan dengan orang hamil. Jay beralih untuk mengelus pundaknya.

"Maaf, Jay terlalu kasar nasehatin Sunghoon, ya?"

Sunghoon mendesak tubuhnya agar lebih dekat dengan Jay, tangannya bergetar mencengkram ujung baju yang dipeluk, "Jay diemin Sunghoon. Sunghoon sedih, takut ..., takut Jay tinggalin Sunghoon."

You make Me [jayhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang