Jay sampai di sekitar rumah ibu Sunghoon. Sekarang, rumahnya benar-benar terbengkalai. Ia sampai dengan jalan kaki. Entahlah, tapi Jay masih belum merasa perlu menggunakan motor kembali. Ke mana-mana jalan kaki, makanya di umurnya yang sekarang ia terlihat gagah, memperbaiki jam tidur dan berubah menjadi lebih baik lagi.
Ia ke luar kota paling tujuannya buat mengenang masa lalu, ke mana lagi kalau bukan tempat Sunghoon dulu tinggal?
Hari sudah mulai siang. Matahari mulai menyengat kulit, Jay berteduh di bawah pohon besar tak jauh dari reruntuhan rumah ibu Sunghoon. Ia bersandar pada batang pohon setelah merasa batang pohonnya tidak akan mengotori baju yang ia pakai.
Getaran pada tangannya serta nada dering telepon mengalihkan perhatian Jay dari menatap sekitar. Nama Jaeyoon terpampang jelas di layar handphone, tanpa menunggu lama ia segera menjawab teleponnya.
"Apa, Jaeyoon?"
"Happy birthday, Jay! Makin tua aja ni aki-aki."
"Makasih, lo juga bakal seumuran gue tahun ini, Jaeyoon."
Jaeyoon cekikikan, "maaf, ya. Di hari ultah lo kali ini gue gak bisa nemenin."
"Gak apa-apa kali, harus banget emang gue ditemenin?"
"Lo kalau ga ditemenin bisa gila, lo kira kita temenan baru kemaren? Di mana lo sekarang?"
"Di kota tempat rumah ibunya Sunghoon."
"Lo ke sana lagi?"
"Hu'um, gue masih percaya dia masih ada."
"Semoga hari ini lo beruntung, Jay. Nanti, kapan-kapan gue traktir makan, bareng Sunoo tapi."
Jay terkekeh mengingat seberapa posesifnya Sunoo saat Jaeyoon ingin menghabiskan waktu berdua dengannya. Sunoo benar-benar tidak mengizinkan Jaeyoon pergi tanpa dirinya. Jaeyoon yang diperlakukan seperti itu seolah sudah terbiasa karena Sunoo melakukannya sangat sering.
"Semoga, yaudah lo sana sama Sunoo. Gue udah bayangin muka keselnya dia pas lo lagi nelpon gue."
Jaeyoon terkekeh, "kok, tau? Ini orangnya ada di sebelah gue, lagi nguping pas kita ngobrol."
"What's up, bro, Sun!"
"Baik gua, happy birthday, yo, bro."
"Makasih."
"By the way, dari tadi gue nguping ngedenger suara orang lagi nangis. Lo yang deket emang gak ngedenger, Jay?"
Jay diam, menajamkan pendengarannya setelah mendengar dua kalimat Sunoo di telepon. Jaeyoon juga diam, ia tidak menyadarinya juga, sama seperti Jay. Benar, samar-samar mereka mendengar isakan tangis seseorang.
"Suara siapa, deh, itu?" Tanya Jaeyoon, karena suara di telepon tidak terdengar jelas.
"Coba lo cari, Jay. Gue denger-denger kasian juga, siapa tau lagi butuh bantuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
You make Me [jayhoon]
FanfictionBerdiri di tepi jurang. Masih berdiri di atas kedua kaki dengan sisa tenaga yang ada. Tanpanya, ia tidak akan sampai di sini. Dia yang membuatnya kuat sampai ia baik-baik saja dan bisa bertahan. Selangkah demi selangkah. Walau berat, ia tetep berjal...