14

278 40 2
                                    

Sunghoon terbangun di jam tiga pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sunghoon terbangun di jam tiga pagi. Seperti sudah menjadi sebuah rutinitas tanpa ia sadari, Sunghoon melakukannya selama Jay pergi Minggu lalu.

Kedua matanya terbuka menatap langit-langit kamar, biasanya ia bermain handphone untuk membaca curhatan orang lain lewat media sosial, atau artikel bagaimana caranya untuk menjadi ibu yang baik. Ia tidak tau cara merawat anak kecil, ibunya hanya seorang janda yang tidak mau menikah lagi.

Ayah Sunghoon? Sunghoon pernah melihatnya dulu saat masih kecil, tapi karena jarang bertemu, ia sudah lupa bagaimana rupa ayahnya. Namun, ayahnya masih mengirimkan uang untuk biaya hidup Sunghoon sebagai tanggung jawab seorang ayah kepada anaknya. Setelah Sunghoon lulus sekolah menengah atas, ayahnya tidak pernah mengirim uang lagi.

Ibunya pun tidak mau membahas. Dia selalu terdiam saat Sunghoon bertanya. Jadi, bisa disimpulkan ibunya ingin lupa, dan ingin Sunghoon tidak terlalu berharap dengan sosok ayah.

Sunghoon menoleh, melihat Jay yang terlelap tidur menghadap ke arahnya. Wajah teduh Jay ketika tidur membuatnya tenang. Ia terus menatap Jay sampai yang ditatap membuka matanya dengan tiba-tiba. Kedua mata Sunghoon membola dibuatnya.

"Kenapa, sayang? Ada yang sakit?"

Sunghoon menggeleng, "cuma kebangun, gak bisa tidur lagi."

Mereka terdiam beberapa saat.

"Tidur lagi aja, masih jam setengah empat."

"Tapi, lo gak tidur."

Sunghoon kembali menatap langit-langit kamar, "i'm okay," air matanya turun, kepalanya sakit karena ia terlalu sering menangis. Tapi, ia bisa apa? Semuanya tidak bisa Sunghoon kendalikan.

Jay semakin mendekatkan tubuhnya dengan Sunghoon, "what's wrong, babe?" Ia menggenggam tangan kanan Sunghoon untuk dielusnya.

"Gue gak bisa tahan air mata gue buat gak ke luar, akhir-akhir ini gue banyak nangis, kepala gue sakit. Selalu gini dari hari Minggu."

Sunghoon kembali menangis. Sial, rasanya ingin menyerah saja. Tapi, Jay sudah berkorban banyak. Tidak mungkin semua perjuangannya akan terbuang sia-sia. Jangan sampai.

Tangan Jay beralih untuk mengelus kepala Sunghoon, dikecup keningnya tiga kali, "masih sakit?"

Sunghoon mengangguk, ia memeluk tubuh Jay, mencari kenyamanan, "mau peluk aja, tapi sambil dielus-elus kepalanya."

Jay tersenyum, gak apa-apa pegel dikit. Daripada tukeran posisi sama istri, ia yakin ia tidak akan sekuat Sunghoon.

"Gue bangga lo masih bisa bertahan," Jay beri kecupan di pucuk rambut Sang istri.

You make Me [jayhoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang