⚠️WARNING!!⚠️
(Perlu di pahami bahwasanya di Cerita bersajak "Absurd Pernikahan" ini, mengandung konten yang mungkin hanya cocok untuk beberapa kalangan, sebab memiliki beberapa kata kasar dan Dewasa, maka dari itu diharapkan para readers tercinta ambil bijak dalam membaca cerita ini!!)
______________________________________
Ada yang udah nungguin chapter ini dari kemarin?
Okey-okey Author update lagi dengan lanjutan yang lebih menarik.
Happy Readingg...
___
__
_"Kita begitu dekat secara fisik, namun hati kita masih jauh dari kesadaran akan cinta"
"Lo baik-baik aja kan selama tinggal sama suami lo itu? Dia gak jahatin lo kan?"
Ekspresi khawatir terpancar jelas dari wajah cowok dua puluh lima tahun itu, tatapan matanya penuh dengan cemas yang tak terbendung. Dengan lembut, dia memegang kedua pipi Silli, seolah ingin memastikan bahwa dia benar-benar ada di hadapannya, aman dan tanpa luka.
Lantas Silli menghela napas panjang, mencoba menenangkan abang kesayangannya ini. "Gue gapapa kali, Bang!" katanya dengan nada bercanda.
"Jangan bohong, Sill!" Dito tidak terhibur, kekhawatiran masih tergambar jelas di wajahnya.
Silli tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. "Haduh! Vandra mana berani ngejahatin gue. Lagian kalau dia berani macam-macam, tinggal gue patahin aja tulangnya!"
Dito tersenyum tipis, meski hatinya masih berat. "Gue cuma pengen lo bahagia, Sill. Jangan segan cerita kalau ada apa-apa, ya?"
Silli mengangguk sambil memeluk erat abangnya, merasakan kehangatan dan ketulusan yang selalu ada. "Gue tahu, Bang. Makasih udah selalu ada buat gue."
Dito membalas pelukan itu dengan penuh kasih sayang. "Selalu, Sill. Selalu."
Setelah beberapa menit berlalu, Silli melepas pelukannya kemudian menatap Dito dengan senyum hangat. Namun tak begitu lama sebab sebuah benda di genggaman Dito membuat ekspresi Silli berubah datar.
Dito meletakkan beberapa tablet obat ke depan Silli, kemudian menatap cewek itu dengan tatapan sendu. "Lo jangan lupa minum obat ini yah," katanya dengan suara lembut namun penuh kekhawatiran.
Silli menatap obat-obatan itu dengan pandangan kosong, lalu menghela napas panjang. "Sampai kapan? Sampai kapan gue harus ketergantungan sama obat-obatan ini bang?" tanya nya penuh tekanan, mencoba memberitahukan lewat intonasi jika dirinya teramat lelah dengan obat-obatan ini.
Dito tersenyum tipis, matanya penuh dengan rasa sayang dan cemas. "Bertahan sebentar lagi yah! Gue ngerti perasaan lo Sill, tapi kalau lo gak minum obat ini, trauma lo bakal datang terus menerus, dan itu akan merusak saraf otak lo. Maaf Sil, tapi cuman obat penenang ini yang bisa bantuin lo untuk hidup lebih lama!."
Silli merasakan beratnya kata-kata itu. Dia menggenggam tangan Dito dengan erat, mencoba memberikan sedikit ketenangan. "Gue janji, Bang. Gue akan baik-baik aja, okey?"
Dito menatap mata Silli dengan penuh ketulusan. "Gue percaya sama lo, Sill. Cuma gue nggak bisa berhenti khawatir. Lo adik kesayangan gue, gak ada alasan gue buat gak ngekhawatirin lo!"
Silli tersenyum kecil, matanya berkaca-kaca. "Makasih, Bang. Gue beruntung punya abang kayak lo."
Dito mengusap kepala Silli dengan lembut, memberikan dukungan yang tak tergantikan. "Gue juga beruntung punya lo, Sill. Mulai sekarang lo minum obatnya secara teratur yah, tiga kali seminggu wajib! Dan juga ketika lo ngerasain sesak lo harus langsung minum obat ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Absurd Pernikahan (On Going)
AcakDi usia yang terbilang remaja, Silli harus menerima kenyataan pahit berupa perjodohan dengan seorang cowok populer yang terkenal dengan sikap menyebalkannya. Ironisnya, cowok tersebut sudah memiliki kekasih, menjadikan situasi semakin rumit dan penu...