09. Kenapa?

362 52 10
                                    

Belum juga selesai satu masalah. Sudah datang masalah baru. Begitulah hidup manusia.

Chika mendapati kabar kurang menyenangkan. Setelah ucapan Pandu yang ambigu untuknya.

“Karena?” Tanya Chika ragu dengan suara yang pelan.

“Karena saya menunggu kamu.” Pandu menatap Chika dalam. Dia seolah ingin mengutarakan lebih banyak hal yang tidak pernah ia bagi pada siapapun. Chika melihat sesuatu di dalam mata hitam legamnya itu, namun entah apa.

sebuah panggilan menyita perhatian keduanya. Nada dering yang cukup nyaring membuat Pandu mengalah. “Angkat dulu aja.” Ia membenarkan posisi duduknya menjadi lurus ke arah setir mobil.

Chika melihat nama yang tertera di ponselnya, Mamiku. Lalu menggeser icon telepon, “Ya Mi.”


“Em,” ada rasa takut jika dirinya mengatakan masih diluar dengan seorang pria. Tadi Chika tidak pamit kepada siapapun. “Lagi di luar sebentar sama tem-men.”


“Chika belum cek sosmed. Emang ada apa?” Pandu mengeluarkan ponsel dari sakunya dan memberikan pada Chika setelah ia membuka kuncinya. Dia bukan bermaksud mendengarkan pembicaraan itu, tapi memang terdengar jelas dan ia ingin sedikit menjadi manusia yang siaga dengan lebih peka.

Chika yang tidak mengerti hanya menatap Pandu. “Barangkali butuh buat buka sosmed,” ucapannya sedikit berbisik.

“Chika udah gak pernah hubungan loh Mi. Chika juga kan hampir di kantor terus sama Papi, lagian semua akses kontaknya udah Chika blok.” Karena merasa penasaran dengan pembicaraan sang Ibu, Chika meminta izin dengan tatapan Pandu untuk membuka instagram.

Pandu mengangguk. Dan ya, disana sudah sangat ramai sekali berita tentang dirinya dengan Arvin.

Sementara Aya masih terus berbicara dengan pendengaran Chika yang sudah mengambang entah dimana.

“Mi…” ada perasaan marah, sedih, dan malu yang bercampur jadi satu. “Iya sekarang pulang.” Chika memberikan ponsel itu pada Pandu setelah menutup panggilannya dengan Aya.

Did something happen?

“Maaf, tapi boleh gak anterin aku pulang sekarang. Obrolan yang tadi boleh dilanjut nanti kan?” Nada lunak ini benar-benar bukan Chika yang biasa.

Ini biasa terjadi jika dia memiliki keresahan secara tiba-tiba. Jarinya sudah ia gigit dengan pandangan yang kacau tak beratur.

Mesin mobil dengan cepat melesat membawa keduanya untuk kembali ke rumah.

Pandu belum mengetahui jelas apa yang terjadi, tapi jika dilihat dari artikel yang ada di instagram tadi. Dia sekilas membaca bahwa “Ini alasan Putra Gubernur Jakarta memakai Narkoba, Arvin: Frustrasi diputuskan Chika.”

Are you okay?” Tanya Pandu.

Chika tidak tahu harus menjawab apa. Yang dia pikirkan bukan nama baiknya yang terseret ke dalam kasus penangkapan sang mantan namun, belum ada satu hari ia meresmikan produk baru kenapa ini harus terjadi sekarang. Disaat dia sudah berusaha melupakan Arvin sebisa yang Chika lakukan.

Menyibukkan diri tanpa henti, melakukan banyak pekerjaan tanpa ditunda. Lalu sekarang, apa lagi?

Chika sudah menghapus nama pria bajingan itu dalam hidupnya. Jadi cukup sampai sana saja, pikirnya.

Tangannya masih bergetar. Rasa sesak yang tidak bisa keluar terperangkap jauh di dalam.

Pandu kembali menepikan mobilnya. Dia membuka safety belt dan merengkuh Chika erat. “Tenang ya. Ada aku,” ujarnya lembut dan tulus.

SETARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang