Keberhasilan hanya milik mereka yang sabar. Tidak sia-sia Chika menerima tawaran Raga, menyiapkan segala sesuatunya dalam waktu yang sangat-sangat terbatas, dan mengeluarkan biaya lebih untuk para pekerja. Pada akhirnya semua bisa terbayar lunas.
Lega. Satu kata yang ia rasakan siang hari ini, hari kelima selama mengikuti pameran horeca yang terbuka untuk siapapun. Ia bisa mencapai target kesepakatan dengan pria yang sejak kemarin belum ia temui sebanyak 2,3 M dengan total lebih dari 200 pembeli.
Sepulang dari makan malam di daerah Kemayoran. Raga hanya mengantarkan Chika sampai halaman rumah, katanya ia harus segera berkemas untuk penerbangan besok pagi menuju Ibu Kota Nusantara.
"Aku baru bisa ke pameran mungkin pas jam-jam penutupan. Besok pagi mau ke IKN dulu sampe lusa baru balik lagi kesini," ucap Raga saat mereka sedang dalam perjalanan pulang kemarin malam.
"Loh dadakan banget?"
"Enggak. Ini udah dari minggu kemaren jadwalnya." Jawab Raga.
"Kok aku gak tau Bang?" Satu hal yang ingin aku tanyakan namun belum sempat adalah, apakah dia tidak keberatan jika aku ingin tahu tentang dia tanpa bertanya.
Seperti beberapa ucapan Ashel yang masih menggaung dalam benakku, seperti ucapannya kali ini dan beberapa hal lainnya yang kadang masih terasa ambigu.
"Ah iya maaf Chika, sometimes aku lupa sama jadwal sendiri. Makanya aku butuh Deo kemana-mana."
"Bitch!"
"Pardon me, what do you say?" Tanyanya saat mendengar Chika mengumpat pelan.
Chika diam mengalihkan pandangannya ke arah jendela.
"Are you jealous? Deo cuma asisten aja gak lebih, dia emang rada boti sedikit. But he's a good guy." Jelas Raga. "Dia normal, punya pacar cewek. Cuma emang ya style dia begitu."
Chika jadi ingat terakhir kali mereka bertemu masih dengan kesan kurang mengenakan. Dimana saat itu ia sudah sepakat untuk bertemu dengan Raga di salah satu restoran fast food untuk membahas kegiatan pameran dan sekaligus makan siang. Tapi disana ada Deo yang sudah lebih dulu bergelayut manja pada Raga.
Moodnya hilang setengah. Namun Chika tetap profesional untuk urusan pekerjaan.
"Hey, kenapa hmm?" Raga membawa tangan kanan Chika agar ia menoleh.
"Gapapa."
"Oke kalo cewek bilang gapapa pasti lagi mau es krim, cokelat atau something like a..." Raga menjeda ucapannya.
Dia mengecup punggung tangan Chika berulang. "Udah ya sweety, kamu gak perlu cemburu sama dia. Dia cuma lagi nyari uang aja kok gak lebih. Next time, apapun aku pasti ceritain lebih dulu ke kamu, ya?"
Chika menatap Raga dengan pipi tomatnya. "Okay?"
"Cihh. Perayu jaksel begini banget."
"Of course me." Tawanya puas. Chika pun ikut tertawa.
Seperti permintaan Raga, bayarannya adalah Chika harus bisa mencapai target 2 M dalam lima hari. Ia sudah mengabari pria yang masih belum bisa dihubungi itu bahwa saat ini targetnya tercapai.
"Thank you guys, abis ini saya kasih libur tapi sehari doang ya."
"Beneran Bu?"
"Iya dong. Kalo bonusnya sih biasa bareng sama gajian yak."
"Makasih Bu Chika. Alhamdulilah ya gak sia-sia kerja keras kita. Ibu jangan lupa istirahat, makasih juga ya buat Pak Hari & Pak Raga soalnya saya sama temen-temen disini jadi punya harapan lagi." Chika mengangguk tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
SETARA
ChickLit⚠️ Adult ⚠️ "Sstttt..." Aya mencoba menenangkan Chika dengan mengusap-ngusap bahu dan punggungnya. "Insecure itu cuma berlaku untuk yang jadi selingkuhan. Kalo kamu yang diselingkuhinya, apapun itu kamu tetep pemenangnya Nay." SETARA, 2024