04. Kulkas 2 Pintu

602 61 4
                                        


***


Pagi ini Chika sudah berada di kantor Hari, setelah kemarin dia meminta maaf karena tidak bisa melanjutkan rencananya untuk bekerja satu kantor dengan Ashel.

"Sorry dong Shel, gue tadi pagi agak kegocek dikit." Chika berupaya keras agar Ashel tidak marah.

Raut wajah Ashel masih ditekuk muram. "Gue emang HR nya sih Chik, tapi CV lo udah gue tembusin buat langsung interview user. Jadwalnya udah keluar malah, besok jam sembilan pagi dan kandidat nya cuma lo doang," ucap Ashel bingung. Mereka melakukan pertemuan di jam makan siang.

"Duh makin gak enak gue." Keduanya sama-sama bingung.

"Yaudah besok gue dateng aja..." ucapan Chika langsung Ashel potong. "Jangan! Gapapa, nanti gue yang ngatur caranya gimana."

"Iishhh, lo marah banget ya cel?"

"Banget." Chika berpikir keras apa solusi agar Ashel mau memaafkannya.

"Maafin dong, pleaseeee. Gue mau deh lakuin apa aja asal lo gak marah ke gue lagi." Celetuk Chika.

"Bener?" Ada raut bahagia dalam diri Ashel. "Of course. What should I do?"

"Apapun?" Tanya Ashel.

"Ya, anything for you."

"Nanti deh gue kasih tau, gue mau balik ke kantor dulu buat ngebujuk Pak Bos biar gak marah-marah karena kandidatnya menyerah sebelum berperang. Bye, duluan babe."

Ada sedikit perasaan menyesal setelah mengatakan itu kemarin, Chika sedikit khawatir permintaan Ashel diluar nalarnya.

Tapi daripada sibuk memikirkan itu, pagi ini dia harus fokus dulu memikirkan bagaimana bisa menempatkan diri di perusahaan Hari dengan baik, yang mana hampir seluruh staff mengetahui bahwa Chika adalah putri sulung Hariansyah, atasan mereka.

Sesuai dengan perjanjian dan penawaran yang Hari serta Chika sepakati, mulai hari selasa ini Chika menempati posisi sebagai Chief Marketing Officer di PT. Hanaya Rasa Nusantara.

Sebagai kepala dari bagian pemasaran di perusahaan supplier makanan terbesar se-Indonesia, Chika merasa ini hal yang cukup menantang. Memikirkan bagaimana dia akan bergelut dengan target produksi dan target omzet yang bukan menghitung angka ratusan juta tapi juga milyaran rupiah.

Posisi ini bukan semata Hari berikan karena Chika adalah penerusnya, disisi lain karena karyawan sebelumnya sudah membuat pengajuan pengunduran diri namun belum menemukan orang pengganti yang tepat. Melihat situasi kemarin, Hari merasa ini kesempatan agar Chika mau terlibat dan mulai hadir di perusahaan.

"Gimana, ruangannya perlu di renovasi gak Nay?" Hari mengajak Chika masuk ke dalam ruangan yang serba minimalis.

"Mmm..." Chika merasa ini perlu banyak perubahan termasuk dengan kursi dan mejanya yang tidak nyaman dilihat.

"Saya rasa jika melihat kantor dari kacamata Chief Marketing Officer, sepertinya selain ruangan saya yang perlu direnovasi tapi semua ruangan di kantor ini juga harus direnovasi, Sir."

"Tapi sebelum kesana, saya perlu melihat beberapa hal yang mendasar dari perusahaan Bapak." Lanjutnya cukup formal.

"Saya merasa terbantu jika menurut Bu Chika hal tersebut diperlukan. Sebaiknya memang kita segera melakukan banyak perubahan, siang nanti kita lakukan meeting bersama beberapa staff." Jawab Hari.

"Haha, Papi. Lucu banget." Chika gemas sendiri melihat dirinya dan Hari yang harus berlaku formal seperti ini.

"Kamu yang mulai Nay," ucap Hari.

SETARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang