Lie: Absolute Daydream and Nightmare.

307 93 30
                                    

Gaia melongo sepanjang jalan menuju aula, apalagi setelah dia tiba di bangunan yang lebih menyerupai panggung terbuka Ardha Candra di gedung kesenian Bali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gaia melongo sepanjang jalan menuju aula, apalagi setelah dia tiba di bangunan yang lebih menyerupai panggung terbuka Ardha Candra di gedung kesenian Bali. Kursi ala bioskop terbentang berjenjang, memberikan pemandangan lega menuju panggung dari sudut apapun, atap aula menjulang tinggi sampai-sampai leher Gaia sakit mendongak mengamati kerangka bangunan.

Ada energi yang belum pernah Gaia temui di pekerjaan sebelumnya, semacam suasana formal yang kental, terarah tapi juga santai. Gaia belum pernah melihat sekelompok guru berpenampilan kelewat kasual, bermodalkan kaos berkerah, kemeja tanpa kerah dan celana kain. Tidak ada seragam sama sekali, semua orang berpenampilan santai tapi sangat formal pada saat yang bersamaan.

Beberapa orang naik ke panggung untuk memeriksa microphone, Gaia melihat Max duduk di deretan kursi depan, Cass juga muncul dari sayap kiri ruangan bersama seorang perempuan berambut pirang, mengenakan kemeja dengan kancing terbuka hingga urutan ketiga. Lekukan dadanya kelihatan sangat kentara.

Empat buah mesin kopi dan dispenser tersedia di sisi kanan dan kiri ruangan, begitupula cemilan dan peralatan makan dan minum. Tentu kopi jadi minuman populer yang diburu semua orang, April menyerahkan satu cangkir untuk Gaia, anak itu kelihatannya tidak tahu bahwa Gaia luar biasa kebingungan.

Berada dalam kerumunan ini adalah Arjuna, orang yang Gaia pikir telah lama hilang dan tidak bakal ditemukan jejaknya. Detik ini, pria itu tengah mengambil segelas air, Gaia melihatnya dari tempat duduk yang ia bagi bersama Aprila. Telah lama Gaia lupa bagaimana hidup di ruang yang sama dengan Arjuna, ia tidak tahu cara menyapanya, cara bicara, satu-satunya yang dia tahu adalah perasaan campur aduk yang tidak pernah ia temukan namanya.

Permukaan kopi yang beriak menyadarkan Gaia betapa tubuhnya gemetar.

"Nggak usah gugup, Bu Gaia," kata April sembari menyikut Gaia lembut. "Di sini nggak buruk-buruk amat. Sibuk tapi nggak brutal, kok."

Gaia cuma tersenyum kikuk, pura-pura menyesap kopi untuk sembunyikan muka.

Arjuna bergerak menuju deretan kursi Gaia dan April, ini tidak bisa dihindari lagi. Pria itu berdiri setengah membungkuk di depan mereka berdua. "Ini ada yang duduk?"

"Nggak, Pak. Udah di sini aja." April membalas.

Arjuna mengambil ruang kosong di sebelah Gai, bahu mereka bersinggungan. Gaia memejamkan mata, setengah mati menyembunyikan emosinya.

"Aku nggak nyangka bakal ketemu kamu lagi," kata Arjuna, setengah berbisik. "It's been a while, Gaia."

Gaia cuma mengangguk, matanya menonton kesibukan orang-orang di barisan depan. Cass terlihat menghampiri Max yang sudah duduk di kursi, apapun yang disampaikan konselor itu pastilah sangat gawat karena Max sampai bangun lagi. Keduanya bergerak ke sayap kanan aula, menghampiri seorang pria berkemeja hitam, Gaia berusaha mengingat-ingat nama pria itu karena wajahnya pernah dia lihat di website.

Merry-Go-RoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang