Arjuna memang masih ingat jalur menuju rumah Gaia. Tidak banyak yang berubah dari bangunan rumah Gaia, kecuali jalanan yang semakin macet dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dia bahkan senang karena toko keluarga Gaia makin besar dan barang-barang yang diturunkan dari truk semakin banyak.
Satu-satunya rumah yang pernah Gaia tinggali, tempat keluarganya tumbuh besar, menampung segala tetek bengek kehidupan mereka. Arjuna masih ingat itu semua. Gaia sempat kikuk, haruskah dia menawarkan Arjuna untuk mampir?
Seharusnya dia mau Arjuna mampir, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang menahan. Suara kecil yang bilang semua ini terlalu cepat. Semacam akal sehat yang menelaah kemungkinan-kemungkinan, seandainya semua ini hanya keramahan maka Gaia tidak mau salah baca sinyal. Dia tidak mau jadi terlalu percaya diri, gede rasa atau semacamnya.
"See you besok, Juna." Akhirnya Gaia turun dari mobil. Badannya membungkuk agar bisa melihat Arjuna di balik kemudi lewat jendela.
"Cepat sembuh, Gaia," balas Arjuna lalu meninggalkan gerbang rumah Gaia.
Gaia menunggu sampai mobil Arjuna hilang di ujung jalan, barulah dia memasuki rumah. Ibu berdiri di teras, kedua tangan di pinggang, mata mendelik seperti baru saja melihat hantu. Gaia mematung di ambang teras, tidak bisa melintas karena Ibu menghalangi.
"Itu tadi Arjuna?"
Tebakan Ibu mengejutkan Gaia. Kok dia bisa tahu tepat begitu?
"Itu Arjuna mantan kamu yang di Cipta Harapan?" Ibu mengulang.
"I— iya.."
"Yang kerja di start-up di Jakarta, 'kan?"
"Dia... udah nggak di sana lagi, Bu," jawab Gaia. Kepalanya kembali pening.
"Kok kalian bisa ketemu lagi?"
Gaia melewati Ibu di teras, dilepasnya sepatu lalu ditaruh di rak sepatu. "Dia kerja di Sarasvati Mandir juga, Bu. Kami baru ketemu juga."
"Yaaa, ampunnnn!" pekik Ibu. Kedua tangannya menempel di pipi, dia tidak pernah nampak sekaget atau begitu penuh semangatnya. "Dia baik banget, lho, dulu. Sabar banget ngeladenin kami! Ngemong banget lagi!"
Nah, sesuai dengan tebakan Gaia. Sekalinya Ibu tahu keberadaan Arjuna, dia bakal mulai membuat daftar hal-hal yang Arjuna lakukan dengan benar. Selanjutnya, pasti poin-poin kesalahan Gaia.
"Kok dia bisa antar kamu pulang? Motor kamu mana?" Gaia baru buka mulut mau jawab tapi Ibu menyela. "Duuuh, Ibu inget banget dulu waktu dia bantuin bawa barang ke toko. Masih kecil toko kita, 'kan? Kamu aja nggak mau bantu. Alasannya sakit perut karena mens."
Gaia ingat sekali kejadian itu. Hari pertama menstruasi, perut Gaia sakit luar biasa, seolah uterusnya diperas habis, kakinya lemas dan dia nyaris tidak bisa berjalan tegak. Orang-orang sedang sibuk menggotong barang dagangan ke toko, kebetulan Arjuna sedang mampir ke rumah Gaia, jadilah dia ikut berpartisipasi untuk menggantikan Gaia yang tidak bisa ikut membantu. Respon ibunya sangat tidak ramah, dia pikir Gaia bermalas-malasan dan menyusahkan Arjuna.
Sekedar info, Gaia tidak pernah meminta Arjuna menggantikannya. Keputusannya semua adalah keinginan cowok itu.
Baru saja Gaia mendudukan diri di sofa, ibu menyusul ke sebelahnya tanpa berhenti mengoceh.
"Terus gimana? Kalian jadian lagi? Dia deketin kamu lagi, ya?"
Gaia menggeleng. Kepalanya cenut-cenut. "Dia cuma bantu karena aku nggak enak badan. Susah naik motor."
"OH! Dia masih perhatian sama kamu!"
"Ibu." Gaia menarik napas, bangun dari kursi lalu berjalan terhuyung-huyung ke kamar. "Aku mau istirahat dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Merry-Go-Round
Romance🏆 SPOTLIGHT ROMANCE ROMANSA INDONESIA SEPTEMBER 2024 🏆 Tidur dengan cowok asing yang ditemui di bar mungkin sudah biasa, tapi tidur dengan kepala sekolah yang menawarkan pekerjaan langsung di kasur adalah pengalaman yang agak gila. Gaia ditawari...