Lie. Max is The Good Guy. Arjuna is The Villain.

273 21 10
                                    

Setelah mendengar semua cerita soal Max, kerap kali Gaia memandangi bayangan tubuhnya usai mandi di cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendengar semua cerita soal Max, kerap kali Gaia memandangi bayangan tubuhnya usai mandi di cermin.Mungkin ini sugesti, mungkin juga coping mechanism, yang pasti adalah dia merasakan gatal di sekujur kulitnya. Terutama di bagian itu. Bukan, ini bukan karena dia horny. Kayaknya dia harus puasa seks dulu untuk sementara waktu.

Semakin dibiarkan, bagian itu makin berdenyut. Buru-buru Gaia mengenakan pakaian dalamnya. Perasaan itu tidak juga hilang.

Dia punya aturan ketat soal seks. No ring, no wife, no kids. Malam itu Max bilang dia tidak menikah, tidak punya istri. Bangsat, dia tidak bilang soal punya anak atau tidak. Gaia bisa tidur dengan siapa saja. Sumpah. Tapi tidak dengan orang yang sudah beranak pinak.

Maximillian Willmore adalah pembohong, lelaki hidung belang, lelaki manipulatif dan pemimpin yang lebih buruk dari itu semua. Begitulah pada akhirnya.

Semakin hari rasanya Sarasvati Mandir semakin aneh saja di mata Gaia, institusi yang begitu megah dan tak tersentuh itu seketika nampak rapuh dan lucu. Apalagi waktu Ibu Kartika —kepala sekolah nasional —membawa cucunya ke sekolah pada jam pulang sekolah. Si kecil berusia lima tahun, berlari mendobrak pintu ruang rapat. Untungnya, rapat sudah selesai.

Semua orang tertawa melihat Ibu Kartika menolak menggendong cucunya karena lengannya terlalu capek. Anehnya, bocah itu malah melarikan diri ke Max yang berdiri di dekat dispenser kemudian memanjat kaki Max seperti batang pohon. Kartika langsung histeris dan menarik cucunya.

"Ini cucumu?" Max menunjuk bocah yang menganga, mendongak memandanginya.

"Iya, Pak. Kita beda generasi jauhhh , ya?" Kartika menarik cucunya.

"Saya bisa bawa dia. Kamu lanjutkan saja dulu tanda tangan." Max membawa Mariam —nama cucu Kartika —ke bahu. Bocah itu girang karena dunia nampak mungil dari bahu Max.

"Oalah, Bapak malah suruh saya terus kerja," gerutu Kartika.

Mariam turun dari bahu ke lengan Max, digendong telentang lalu Max beputar-putar di koridor. Tawa bocah itu membuat peserta rapat tersenyum, bahkan Elouise yang biasanya cemberut merekam tawa Mariam.

Elouise berjingkat menghampiri Max dengan kamera ponsel dan Max membiarkan rekan kerjanya merekam, lalu Mariam pindah ke gendongan Arjuna. Mariam menangis karena rambut pendek di dagu Arjuna membuatnya tidak nyaman, kemudian Cass mengambil alih seperti profesional.

Mereka berempat memanjakan Mariam selagi neneknya menyelesaikan tanda tangan. Melihat itu semua Gaia tertegun, keempat orang itu punya cerita yang tidak pernah Gaia tahu.

"Bagusss, Pak! Udah cocok!" Kartika mengacungkan jempol.

Seandainya Gaia tidak tahu yang sebenarnya, mungkin dia akan ikut tertawa seperti Arjuna —yang secara mencurigakan —tertawa lebih panjang dari orang-orang. Cara Max memperlakukan Mariam, tipikal Girl Dad banget.

Merry-Go-RoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang