Lie. So, You Lie To Me About Their Deadline.

265 78 22
                                    

Persetan dengan hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Persetan dengan hujan. Gaia langsung ngebut meninggalkan Sarasvati Mandir,  dihantam-hantam air hujan yang dibawa angin kencang sepanjang perjalanan. Jas hujan merah neon-nya berkibar-kibar, sungguh benda ini tidak melindungi Gaia dari cipratan air, celana dan sepatunya tetap basah dan kemejanya kena rembesan air.

Bangsat, bangsat, bangsat... setelah dengar omongan Pam dan kawan-kawan, suasana hati Gaia jungkir balik. Pekerjaan ini bukan pekerjaan permanen? Dia bisa kehilangan pekerjaan kapan saja? Apa-apaan itu? Kenapa tidak ada yang mengabarinya di awal?

Dia bahkan belum menerima gaji pertama tapi sudah terancam kehilangan pekerjaan. Ini benar-benar brengsek.

Hujan semakin deras, arus air selokan naik hingga menutupi permukaan jalan. Beberapa motor sampai harus menepi karena angin sudah jadi terlalu kencang untuk dilawan, dahan pohon berayun keras, ada yang patah lalu jatuh sampai menghalangi jalur dan menimbulkan kemacetan. Polisi berjaket hijau neon mulai berdatangan untuk mengatur lalu lintas akan tetapi semuanya nampak buntu, mereka dengan putus asa melambai-lambaikan tangan untuk mengatur arus kendaraan.

Akhirnya Gaia menyerah, motornya berhenti di Big Shot, salah satu kedai kopi. Motornya diparkir bersebelahan dengan motor yang kuncinya masih nyantol di mesin. Sebelum masuk ke kedai, Gaia mengeringkan telapak sepatu dan sebaik mungkin mengurangi ceceran air dari badannya.

Suasana kafe ternyata lebih hangat dari yang Gaia duga, aroma kopi baru ditumbuk menguar ke seluruh ruangan, tidak ada musik yang mengalun di kafe ini berbeda dengan kedai-kedai kopi yang selalu memutar musik. Operasional kedai ini mengandalkan bunyi alami mesin kopi dan kegiatan dapur.

Desain meja bar mengingatkan Gaia pada Kingsways, tidak banyak yang duduk di sana maka Gaia menempati satu kursi dan meletakkan ranselnya di bawah meja. Asap yang mengepul dari proses pembuatan kopi menghangatkan kulit Gaia, inilah yang dia perlukan sekarang.

Setelah melihat menu Gaia memilih Longblack,  yang ia pesan adalah minuman yang bapaknya selalu pesan, karena dia nggak suka-suka banget minum kopi.. Dia sudah tahu apa yang akan datang, minuman pahit, panas tanpa gula. 

Barista tadi sempat tanya berapa shot espresso yang diinginkan, Gaia memilih dua shot lalu —dengan manis nan sopan —si barista mengingatkan bahwa rasanya akan agak pahit. Gaia sudah tidak peduli, karena apa lagi yang lebih pahit daripada ditipu habis-habisan orang yang bersenggama denganmu di satu malam yang acak?

"Longblack, double shot, hot!" Si barista berseru seraya meletakkan satu cangkir kopi di meja.

Langsung Gaia menyambut, nafasnya melunak ketika jemarinya merasakan kehangatan cangkir. Bibirnya pun terasa lebih segar setelah menyesap isinya.

"I think that's my drink."

Dè javu.

Max Willmore berdiri di ujung meja bar, kali ini mengenakan kacamatanya lagi, entah dari mana datangnya atau bagaimana dia bisa sampai di kedai yang sama. Helai rambut si kepala sekolah masih menitikkan air, yang paling parah adalah kemejanya yang basah kuyup sepenuhnya.

Merry-Go-RoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang