Truth. He Loves Her.

298 23 4
                                    

A/N :

Yaaa, memang harus kehilangan dulu untuk sadar sama perasaan sendiri.

Btw, ini Raka, kesel liat Pak Max tinggi banget dan nggak mau ikut berdoa sebelum makan.

Max tidak bisa tidur tenang, ranjangnya mendadak terasa panas dan kain seprai menusuk kulitnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Max tidak bisa tidur tenang, ranjangnya mendadak terasa panas dan kain seprai menusuk kulitnya. Setiap kali dia bergerak yang dilihatnya adalah bayangan lekuk tubuh Gaia di ranjangnya. Ranjang yang harusnya jadi tempat istirahat malah berubah menjadi sosok yang menghantuinya. Hingga subuh, Max menyibukkan diri dengan pekerjaan yang belum usai, jika lelah maka dia tidur di sofa bersama Putih di ujung kakinya.

Ini bukan kali pertama Max kehilangan kendali atas tubuhnya. Bukan intensinya untuk langsung menembak Gaia dengan pertanyaan soal kehamilan akan tetapi mentalnya mengejang ketika melihat wanita itu mual-mual. Dia tidak bisa merusaka Gaia seperti itu.

Sudah dua hari berlalu sejak insiden di perpustakaan dan Max tahu Gaia menghindarinya. Dia lihat Gaia pura-pura bicara dengan April ketika Max melintas dii sekitar, saat rapat wanita itu menolak menatapnya saat bicara dan duduk jauh-jauh. Ada satu waktu ketika Raka berlari menyapanya, sempat Max berharap Gaia akan menyusul si kecil, namun Gaia cuma berdiri di kejauhan dan menunggu Raka kembali.

Selama berhari-hari pula Max selalu datang lebih pagi ke kantor karena dia tidak bisa hidup sendirian dengan isi kepalanya. Rumah terlalu sepi dan Putih tidak bisa diajak diskusi.

Hari ini Max sudah tiba di kantor pukul tujuh kurang lima belas, satpam pun terbengong-bengong melihatnya datang dan beberapa petugas pembersih baru selesai membersihkan kaca dan pintu. Dalam keheningan gedung Sarasvati Mandir yang berusia lima puluh tahun ini, Max berdiri di puncak amphiteater, mengawasi permukaan laut yang bermandikan cahaya matahari pagi.

Dipikirnya dia akan mendapat ketenangan namun malah bertemu Cass yang baru datang membawa segelas kopi.

"Pagi amat, Pak." Wanita itu melepas kacamata hitamnya. "Lagi gila, ya?"

"Berhenti bicara begitu." Max nyaris menghardik.

"Kalau begitu, berhenti nampak seperti orang gila."

"Aku tidak gi —"

"Kau nampak gila, Pak. Hampir seminggu ini kau uring-uringan dan percayalah, semua orang menyadarinya. Berhenti bersikap sinting, aku tidak dibayar cukup besar untuk menghadapi mood-mu itu." Pagi-pagi Cass sudah mengoceh panjang lebar.

"Bisakah kau sedikit lebih ramah?" nada suara Max melemah, dia benar-benar lelah.

"Aku akan ramah jika kau mulai masuk akal, Pak. Kurasa kau tidak mau kalau aku berpura-pura baik."

Sepanjang sisa hari, Max meninggalkan pekerjaan di meja lalu mengalihkan isi kepalanya dengan melakukan observasi kelas.  Sebenarnya dia lebih menikmati mengajar daripada menjadi kepala sekolah yang disibukkan urusan administrasi, ada pertukaran energi  dalam proses belajar mengajar yang menyuburkan mentalnya dan membuatnya lebih menikmati hidup. Mengurus administrasi hanya ingin membuatnya memecat lebih banyak orang.

Merry-Go-RoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang