Peluk tenang

251 26 3
                                    

WhatsApp
"Ren papi kecelakaan dan sekarang keadaan papi koma." Pesan dari Joshua.

"Anjingg.." ucap Reno sambil mendorong wanita di sebelahnya.

"Awss lo kenapa sih Ren?" Tanya Marisa. Wanita sexy bernama Marisa yang menemani Reno di club.

"Gue harus pergi." Ucap Reno mengusap kasar wajah nya dengan kedua telapak tangannya.

"Tapi Ren kita belum selesai gue udah pesen kamar buat kita." Jawab Marisa memegang tangan Reno.

"Kamar? Gaada yang mau tidur sama lo." Bentak Reno dan melepaskan rangkulan Marisa.

Reno segera pergi meninggalkan tempat tersebut tanpa pamit kepada Daniel dan juga teman-teman yang lainnya.

"Arggghhhh." Jerit Reno di dalam mobil sambil mengacak-acak rambut gondrong nya dan memukul setir di hadapannya.

Dengan keadaan pusing Reno melajukan mobil nya sambil merutuki nasib nya ketika mendapat kabar bahwa papi nya sedang koma, ada rasa sakit di dada Reno. Meskipun Ia tidak akrab dengan papi nya tapi Reno sangat menyayangi laki-laki itu. Reno menangis ketika mendapat kabar kembali bahwa papi nya hampir kehilangan nyawa karena ulah Angel wanita jalang yang sangat Reno benci.

Reno menghentikan mobil nya di sebuah rumah. Entah mengapa Reno berada dirumah tersebut. Reno menyenderkan kepala di atas setir mobil sambil merutuki nasibnya.

"Reno?" Ucap Elisa ketika ingin keluar rumah untuk mengambil paket yang di taruh di depan gerbang. Namun kaget ketika melihat mobil Reno ada di depan rumah nya. Elisa mengetuk kaca mobil Reno yang terlihat Reno sedang menyandarkan kepalanya di setir mobil.

Ketika mendengar suara ketukan di sebelah kaca mobilnya Reno mendongkakan kepalanya melihat siapa orang tersebut. "Elisa." Sebut Reno dengan senyuman sendunya.

"Lo ngapain tengah malem depan rumah gue?" Tanya Elisa ketika kaca mobil Reno sudah terbuka.

"Masuk ga kedengeran lo ngomong apa." Jawab Reno dengan lemas.

Entah ada dorongan Apa Elisa pun masuk kedalam mobil Reno. "Lo ngapain Reno di depan rumah gue tengah malam gini?" Tanya Elisa kembali.

"Gue juga gatau." Jawab Reno singkat.

"Lo mabok yah?" Tanya Elisa kaget setelah mencium bau alkohol.

"Sedikit." Jawab Reno.

"Lo tuh kenapa sih Ren? Mau menyia-nyiakan hidup lo dengan cara lo kaya gini? Lo ga sayang sama diri lo sendiri? Lo mabok sambil bawa mobil kalau lo kenapa-kenapa di jalan gimana Reno? Terus ini juga lo ngapain tengah malam gini di depan rumah gue? Hah jawab dong Reno." Omel Elisa tanpa henti.

"Udah ngomel nya? Telinga gue masih bisa dengerin ocehan lo ko ini." Jawab Reno tengil.

"Iiih Reno ngeselin banget si lo. Udah ah gue mau masuk." Ucap Elisa dan langsung membuka pintu mobil namun tidak bisa. "Ren ko di kunci buka ga." Gerutu Elisa.

"Bentar ca. Gue boleh peluk lo ga sebentar aja." Pinta Reno dengan sendu.

"Jangan macem-macem yah lo Ren-

"Sebentar ca gue cuma butuh ini." Ucap Reno menarik Elisa ke pelukannya. "Sorry yah ca." Bisik Reno di samping telinga Elisa.

"Modus lo yah." Gerutu Elisa masih dalam pelukan Reno.

"Udah Lo boleh turun." Ucap Reno melepaskan pelukannya.

"Ishh dasar mesum." Gerutu Elisa membuka pintu mobil.

"Masuk sana." Pinta Reno.

Elisa pun memasuki rumah nya dengan keadaan jantung yang tidak aman serta panas di pipinya. Dan Reno kembali melajukan mobil nya menuju rumahnya. Rasa tenang yang Reno dapat kan dari pelukan Elisa membuat senyuman terukir indah di wajah tampan Reno. Sementara Elisa masih merutuki diri nya yang tiba-tiba di peluk Reno tanpa penolakan.

"Lo ngapain sih sa mau aja di peluk cowo mesum kaya dia? Gimana kalau tadi dia ngapa-ngapain lo? Gimana kalau tadi dia nyium lo? Wah kacau banget gue bisa-bisanya gue ga nolak dia peluk." Gerutu Elisa ketika sudah sampai kamarnya dan duduk di depan cermin sambil memegang pipinya yang memerah.

"Ul asli itu cowo aneh banget dia ngapain coba malem-malem kerumah gue? Terus tiba-tiba peluk gue udah gitu pergi gitu aja. Aneh kan ul? Apa dia cuma modus yah ul? Wah parah sih cowo mesum kaya dia kayanya harus di hindari ul." Gerutu Elisa sambil manatap foto dirinya dengan Paul yang berada di meja riasnya.

****
Reno menghempaskan tubuh nya di atas kasur kesayangan nya. Tidak butuh waktu lama Reno langsung terlelap dalam tidur nya.

Setelah pukul 6 pagi Reno bangun dari tidurnya dan segera bersiap. Ia harus pergi ke bandara karena Ia harus terbang ke Itali untuk melihat keadan Bram papi nya.

"Den makan dulu yah den. Bibi sudah buatkan ayam kecap." Ucap bi Marni.

"Iya bi nanti Reno ke bawah sekalian berangkat." Jawab Reno.

"Iya den bibi tunggu di bawah yah den bibi siapin dulu."

Setelah selesai paking Reno menuju meja makan untuk makan waktu masih menunjukkan 7 pagi.

"Den yang sabar yah den insyaallah tuan Bram baik-baik saja. Bibi bantu doa dari sini yah den." Ucap bi Marti sambil menuangkan makanan di piring Reno.

"Makasih bi." Ucap Reno singkat.

"Den Reno juga harus banyak berdoa dan sholat supaya gusti Allah senantiasa menyembuhkan tuan Bram den." Jelas bi Marti.

"Den ini bibi bawakan sarung dan juga peci yah den barangkali den Reno disana mau sholat dan berdoa untuk kesembuhan tuan Bram insyaallah Allah kabulkan den." Lanjut bi Marti menunjukkan kain sarung yang di pegang nya.

"Iya bi. Bibi taruh aja di koper Reno." Jawab Reno menunjuk kopernya.

"Alhamdulillah iya siap den bibi masukkan yah." Jawab Bi Marti semangat.

To be continue.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Follow, komen, dan vote yah. Terima saran dan kritikan di komen. Terimakasih.

Mengapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang