Renggang

287 29 3
                                    

Sudah tiga Minggu Paul berada di rumah sakit masih dengan kondisi yang sama. masih dengan alat-alat medis yang menempel di tubuhnya. Hampir setiap hari Elisa pergi ke rumah sakit untuk menjenguk sahabat nya Ia tidak ingin melewatkan waktu nya untuk menjaga sahabat nya mengingat perkataan dokter bahwa hidup Paul sudah tidak lama lagi. Ia takut jika Paul benar-benar pergi meninggalkan nya.

Saat ini Elisa sedang berada di rumah sakit sepulang kuliah nya Ia langsung menuju rumah sakit setelah mendengar kabar bahwa Paul di perbolehkan pulang.

"Tante Paul beneran boleh pulang?" Tanya Elisa ketika sudah sampai di ruangan Paul.

"Udah ca tapi Paul masih harus tetep menjalani kemoterapi kedepannya dan harus benar-benar istirahat."

Elisa mengangguk dan langsung menghampiri Paul yang sudah duduk di kursi roda dengan menatap jendela.

"Ul ciee pulang. Nanti kita jalan-jalan yah? Lo mau kemana?" Tanya Elisa berjongkok di depan Paul.

"Ca gue mau ke puncak."

"Iyah nanti yah kita kepuncak bareng teman-teman lagi oke?" Jawab Elisa dan mendapat anggukan dari Paul.

****

Reno sedang di sibukkan dengan pekerjaan nya akhir-akhir ini Ia jarang sekali bertemu Elisa Reno merasa kesepian belum lagi Ia harus fokus dengan pekerjaan dan juga skripsi nya namun Elisa tidak peka dengan keadaan Reno yang saat ini yang sangat butuh perhatian lebih dari nya. Biasanya Elisa yang selalu menyempatkan memasak makan siang untuk Reno namun selama tiga Minggu ini Elisa tidak pernah melakukan nya lagi. Belum lagi setiap Reno ingin bertemu dengan Elisa Ia selalu meminta bertemu di rumah sakit dengan alasan sambil menjenguk Paul. Namun sudah dua Minggu ini mereka tidak bertemu karena kesibukan Reno dan juga Elisa yang selalu datang ke rumah sakit.

Setelah selesai melaksanakan meeting pukul tiga sore Reno akan kembali ke ruangannya namun tiba-tiba tubuh Reno begitu lemas kepala nya terasa pusing dan mata nya mulai memburam dengan tangan kanan yang memegang kening nya sambil memberikan pijatan ringan dan tangan kiri nya Ia sandarkan pada tembok untuk menahan tubuh nya yang lemas.

"Yaampun pak Reno kenapa pak?" Tanya Alya sekretaris Reno.

"Kepala saya pusing. Tolong bantu saya masuk ke ruangan saya Alya." Pinta Reno.

"Iya baik pak saya bantu." Jawab Alya dan memindahkan tangan kanan Reno di bahu nya dan tangan kiri Alya memeluk pinggang Reno dari belakang berusaha membantu Reno berjalan.

"Hati-hati Pak." Ucap Alya ketika sampai di ruangan Reno dan mendudukkan nya di sofa.

"Yaampun pak tangan bapak panas banget. Maaf saya izin pegang kening nya pak." Alya memegang kening Reno memeriksa suhu tubuh Reno.

"Pak panas banget. Saya bawa ke rumah sakit yah pak?" Tanya Alya.

"Boleh tolong Al bantu saya." Jawab Reno sebenarnya Reno tidak ingin pergi ke rumah sakit namun Ia mengingat Ia harus segera sehat kembali karena pekerjaan nya yang banyak dan juga proses skripsi nya.

Alya langsung meminta pak Jaka untuk menyiapkan mobil dan membantu nya membawa Reno ke rumah sakit. Dengan di kemudikan pak Jaka dan Reno di kursi penumpang dengan Alya.

"Pak kalau ga kuat duduk bapak bisa tiduran di paha saya pak." Ucap Alya.

"Terimakasih Al saya izin." Jawab Reno dan menaruh kepala nya di atas paha Alya. Ada desiran aneh di tubuh Alya karena sejujurnya Alya sangat mengagumi bos nya tersebut meskipun Reno lebih muda dua tahun dari nya namun Alya sangat mengagumi Reno selain wajah nya yang tampan dan berkharisma Reno sangat bertanggung jawab dengan pekerjaan nya dan Ia sangat pintar mengelola perusahaan nya hingga maju pesat seperti saat ini yang sudah melakukan beberapa kerja sama dengan perusahaan lain.

Mengapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang