29. Naik level

4 2 0
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!

Oya guys mohon untuk meninggalkan jejak setelah kalian membaca cerita ini dengan cara memberi vote. Supaya aku merasa karyaku di hargai dan supaya aku lebih rajin lagi Up nya🧡🧡

MOHON MAAF JIKA TERJADI EJAAN ATAU TANDA BACA YANG KURANG TEPAT🙏🏻

SELAMAT MEMBACA🧡🧡




Sementara itu kalau dengan kamu rasanya sayang sekali kalau tidak jatuh cinta lebih cepat.
Langit Megandriano.

















🦋🦋🦋🦋🦋

"Kak Banyu kemana lagi? Perasaan baru tadi gue lihat dia masuk kerumah," ucap Mega ketika ia memeriksa kamar kakaknya.

Mega menoleh pada tempat baju dinas Banyu biasa di gantungkan. Kosong, hanya ada hanger penggantung nya saja. Sepatu besar dan berat yang biasa Banyu pakai juga tidak ada di tempatnya, membuat Mega menebak bahwa Kakaknya pergi untuk berdinas malam ini.

"Apa dia udah pergi lagi? Baju dinasnya juga nggak ada,"

"Mana nggak pamit dulu sama gue, sengaja banget ninggalin adeknya sendirian banget di rumah begini."

Jika boleh memilih sebenarnya Mega ingin ikut menginap di rumah sakit dan menjaga Adel semalam suntuk. Namun keinginannya di tolak mentah-mentah oleh yang sakit. Khusus malam ini, Adel ingin di jaga dan di temani hanya oleh keluarganya saja. Karena momen kumpul keluarga ini jarang terjadi, buktinya Adel harus terbaring di rumah sakit dahulu hanya untuk melihat keluarga nya bisa berkumpul lengkap.

Bukannya menolak niat baik para temannya. Adel hanya ingin,menikmati setiap moment hangat bersama keluarganya. Dengan alasan itulah, tidak ada dari satupun teman-temannya yang terlihat di sekitar ruang rawat Adel. Hanya Ririn saja yang sore tadi datang sebentar karena membawakan makanan pesanan Adel

Sabtu malam ini, Mega baru saja pulang dari rumah sakit bersama Exsa. Mereka awalanya berniat menjenguk Adel,namun harus putar balik karena jam besuk pasien sudah terlewat.

Selesai bersih-bersih badan, Mega berniat pergi ke dapur untuk mencari makanan. Tapi sepertinya ia lupa kalau bi Inah membuatkan sayur asam seperti pesanannya tadi pagi. Sayur itu telah basi karena tidak segera di makan. Membuat gadis itu melihatnya sambil cemberut.

"Sayang banget udah basi, gue kelupaan banget kalau bibi masakin ini," kata Mega, lalu gadis itu menutup tempat sayuran itu.

"Gue pesan makanan online aja deh," entah mengapa niat yang awalnya menggebu-gebu ingin memasak tiba-tiba hilang.

Mega mengatur apa-apa saja yang ingin ia pesan di dalam aplikasi berwarna hijau itu, memilih beberapa menu yang sepertinya enak untuk di santap di malam yang cukup dingin dengan angin malam yang sejuk ini.

"Seblak enak kali ya. Apalagi kalau level pedasnya 5-6, beh mantap pasti,"

"Tapikan, daerah sini mana ada seblak yang online. Palingan cuma bakso."

"Ya udah deh, sama aja kuah ini. Sama-sama anget kan yaa. Udah bakso aja,"

Selesai dengan kegiatannya, Mega keluar dari aplikasi tersebut. Jemarinya bergulir menuju aplikasi chat yang terakhir kali ia buka saat di kantin bersama Langit. Gadis itu membuka room chat paling atas, menampilkan profil seorang pria yang tadi sore ribut dengannya.

"Nggak ada notif, se sepi ini yah," lirih Mega.

Bukan apa-apa, beberapa hari terakhir ini Langit cukup intens memberi kabar pada Mega. Atau sekedar bertanya Mega sedang apa, bagaimana harinya, atau aktivitas apa yg akan Mega lakukan hari ini. Mega sudah terbiasa di treat seperti itu oleh Langit. Jadi jika saat ini Langit sama sekali tidak menghubungi nya Mega merasa ada yang kurang.

Dia Langit ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang