"Apa kalian memang bodoh hah?
Seorang pemuda kini tengah murka dengan ketiga orang dengan berbadan besar yang kini tengah berlutut dihadapannya. Ketiganya dibuat lengah menjaga ruangan dimana seorang pemuda yang menyerupai tupai tengah berbaring damai diranjang rumah sakit yang kini tengah menghilang. Jisung telah menghilang entah kemana dan pemuda itu benar-benar tidak tahu siapa yang telah membawanya pergi.
"Bangsat aku harus bagaimana sekarang. Bahkan aku tidak bisa berpikir dengan baik saat ini."
Pemuda itu segera menelfon seseorang untuk segera mencari tahu siapa yang sudah berani mempermainkan nya.
"Katakan pada ayah ku untuk segera mencari siapa yang membawa jingsung pergi."
"Baik."
"Tidak akan aku biarkan siapapun menghalangi semua yang aku rencanakan."
Pemuda itu terus meluapkan amarahnya. Benda-benda yang ada disekitarnya kini sudah berserakan. Pecahan vas bunga dan juga gelas saling tergeletak disudut lantai ruangan itu. Tangannya yang tanpa sengaja terkena serpihan kaca hingga mengeluarkan darah tak ia hiraukan. Rasa sakit dari luka itu tidak sebanding dengan apa yang ia rasakan saat ini. Selain sakit hati ia juga murka mengetahui kenyataan bahwa seseorang yang mengetahui rahasianya kini telah dibawah pergi entah oleh siapa.
Dering telfon memecahkan lamunan pemuda itu dan segera mengambil ponselnya. Sebelum pemuda itu mengangkat panggilan ia mencoba menetralkan diri agar seseorang yang menghubungi nya tidak merasa curiga.
"Hallo."
"Kamu gak ada dirumah ya? Aku sudah ada di depan rumah kamu."
"A-apa? Ka-kamu dimana?"
"Astaga aku didepan rumah kamu. Aku sudah mengirim pesan padamu, cepat buka."
Pemuda itu segera keluar dari ruangan dimana ia selalu menghabiskan waktunya disana. Bahkan orang yang paling dekat dengannya yang sudah mengikatnya dengan sebuah pernikahan tidak ia beri izin untuk masuk di ruangan itu. Kini ia berjalan sedikit tertatih, tubuhnya terasa lemas tetapi ia harus menahannya demi seseorang yang sudah rela menemuinya sakarang.
Tangannya bergerak untuk membuka pintu. Setelah pintu terbuka ia tersenyum pada seseorang yang sudah didepannya tanpa menunggu lama pemuda itu terjatuh dalam pelukan pemuda manis.
"Astaga seungmin!"
"Kamu kenapa? Bangun seungmin."
Pemuda manis itu adalah felix ia sedang berkunjung kerumah seungmin dan bangchan saat ini. Tetapi yang ia dapatkan kini seungmin tidak sadarkan diri dalam pelukannya. Beruntung felix dengan sigap menahan tubuh seungmin. Dengan susah payah felix membopong sehabatnya itu disofa yang terletak di ruang tamu.
Pemuda manis itu semakin melebarkan matanya saat melihat pergelangan tangan seungmin yang terluka dan terdapat darah yang masih keluar disana.
"A-apa yang kamu lakukan seungmin." Felix segera menghubungi pihak rumah sakit dan akan membawa sahabatnya ke rumah sakit.
Kini seungmin sudah mendapat perawatan. Felix terus menemani sahabatnya yang kini masih terlelap dengan wajahnya yang terlihat sangat pucat. Begitu banyak pertanyaan yang ada dalam pikiran pemuda manis itu, kenapa semua orang yang berada di sekitarnya mengalami ini. Rasa takut kehilangan semakin ia rasakan saat ini, entah sampai kapan ini semua akan berakhir.
"Apa yang kamu lakukan? Siapa lagi yang melukai hati kamu?" Felix terus bertanya pada sahabatnya yang mesih setia menutup matanya itu.
"Kenapa kamu ingkari janji kamu padaku, kamu bilang gak akan melukai diri kamu lagi." Lanjutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/368129220-288-k521527.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Big Secret [Hyunlix] '𝗘𝗻𝗱'
Fiksi RemajaSeorang pemuda manis yang berprofesi sebagai Dokter outopsi dan pemuda tampan yang berprofesi sebagai Detektif. Dipertemukan di suatu keadaan yang tak terduga dan berakhir bekerja sama dalam memecahkan sebuah kasus yang sejak lama tidak pernah terpe...