4

478 67 2
                                    











jennie yang baru sana keluar dari kelasnya tiba tiba saja lengannya ditarik oleh jisoo.
"yak lepaskan."

"tidak. kau harus ikut aku kekantin."

"lepaskan jisoo." jennie menyentak lengannya hingga tautan tangan mereka terlepas.

"kau tidak bisa seenaknya menyentuhku."

"memangnya kenapa?." dengan polos ia bertanya.

"kau bukan siapa siapaku dan kita tidak dekat." dinginnya.

"heol yang benar saja, aku ini kakak mu ingat." lengannya kembali menggenggam tangan jennie "jadi aku bebas menyentuhmu kapanpun aku mau." jennie memutar bola matanya jengah. dan jisoo yang melihat itu hanya terkekeh.


.
.
.
.


"kalian sudah pulang?." hyojo bertanya ketika melihat kedua putrinya terlihat memasuki ruang tengah.

"eoh, ada rapat guru jadi kita dipulangkan lebih awal."

"sudah makan siang?." hyojo mengusap sayang kepala kedua putrinya.

"belum eomma."

"kalau begitu bersihkan diri sana, biar eomma masakan makanan untuk kalian."

"ne."




jennie menatap tajam jisoo yang nyengir setelah membuatnya terkejut karena dengan tiba tiba masuk kekamarnya begitu saja.

"keluar dari kamarku."

"tidak."

"keluar, kau tidak bisa masuk kamarku begitu saja."

"aku tidak masuk begitu saja, aku sudah berulang kali mengetuk pintu kamarmu bahkan aku memanggil namamu juga, tapi tak ada sautan sama sekali. jadi aku masuk saja."

"bohong, aku tidak mendengarnya."

jisoo menoyor kepala jennie membuat sang empu kembali menatapnya tajam, tapi jisoo tak peduli dengan itu.

"kau pasti sedang melamun, sampai sampai terkejut seperti itu."

menghembuskan nafasnya kasar, memilih tak peduli dan kembali menatap keluar jendela kamar.

"aku bosan sekali." keluh jisoo disampingnya.

"jennie." tak ada sautan

"jennie." jisoo ikut menatap keluar jendela, disana tidak ada apa apa tapi kenapa jennie terlihat begitu fokus menatap keluar, dan wajah itu, wajah jennie terlihat tenang seperti tak ada beban disana yang biasa jisoo lihat.

tapi itu tak bisa dibiarkan, bagaimana nanti jika adiknya itu kerasukan? hih mengerikan "Yak! jennie-ya."

"apa jisoo?." wah bahkan suaranya juga tak sedingin biasanya. pikir jisoo.

"antar aku berkeliling."

"kau sudah keliling soul kemarin dengan irene."

"Yak!. irene eonni dan aku itu kakak mu, sulit sekali untuk mengatakan eonni, dasar adik kurang ajar."

jennie mendelik "kau bukan kakak ku." nadanya bicaranya kembali dingin dan tajam.

"astaga."

meski perkataannya terkadang selalu terasa begitu tajam, tapi peduli apa jisoo? ia akan terus mendekati jennie meski hatinya terkadang sakit dengan perkataan nya.

.
.
.

to be continue

INVISIBLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang