Sudah pukul 11 malam dan sejak keributan tadi sore, jennie sama sekali tak beranjak dari kamarnya, ia bahkan melewatkan makan malam. Tapi tentu jennie tidak peduli dengan itu karena sekarang pikirannya penuh tentang alur hidupnya yang berantakan.
Menarik nafasnya panjang, tangan gadis itu mulai terangkat menyentuh dadanya yang terasa sesak,
Rasanya tarikan nafas yang ia ambil juga merupakan sebuah kesalahan karena seharusnya ia tidak hidup dan menghirup udara dengan bebas karena hidup nya jennie tak seorangpun menginginkannya.
Rasa sakit, karena dirinya yang di cap sebagai seorang pembunuh dan rasa sakit karena berpikir jika dirinya memang tak seharusnya hidup di bumi ini terus terusan menusuknya.
Membuat nya linglung dengan hidupnya yang tak ada artinya sama sekali.
"Hah~~." Menarik nafasnya dalam.
Merasa tenggorokannya kering jennie mulai beranjak daei duduknya hendak mengambil air.
Namun aat ia baru saja menutup pintu seseorang disebrangnya membuat jennie terdiam, yang jennie tak tahu entah sejak kapan orang itu berdiri disana.
Keduanya saling beradu pandang, jennie lah yang pertama memutus kontak mata itu dengan mengalihkan arah pandangnya pada lantai.
Perasaan takut sejak awal yang ia miliki terhadap orang yang disayanginya kembali memenuhi pikirannya.
Jennie bisa saja menceritakan tentang hidupnya pada jisoo ataupun hyojo sejak awal.
Namun rasa takut akan kehilangan telah mendominasinya. Jennie takut jika kedua orang itu akan ikut menjauh darinya karena statusnya sebagai seorang pembunuh dimata woobin dan irene.
dan sekarang melihat jisoo yang hanya diam menatapnya membuatnya berpikir, jika sekarang gadis yang pertama kali memberikan nya kasih sayang selayaknya sebagai seorang keluarga itu juga akan ikut menyalahkan nya.
Jennie akan menerimanya meskipun ia tidak siap jika memang ia harus kembali hidup dalam kesendirian setelah hanya dalam sesaat ia mendapatkan kebahagiaan dari kehadiran jisoo di sisinya.
Buk!
"E-oh?..."
Jennie tertegun karena jisoo tiba tiba saja memeluknya erat.. sangat erat seakan akan jisoo takut jika jennie akan pergi.
"Peluk aku jennie." Tuntut jisoo ditengah isak tangisnya.
"Jangan berpikir jika aku akan meninggalkan mu,.. aku akan menjadi manusia paling bodoh jika aku melakukannya... Aku menyayangimu."
Perkataan jisoo membuat tubuhnya menegang, seketika pikiran buruk yang ada dikepalanya lenyap karena kehangatan yang gadis itu hantarkan untuknya.
Tangannya dengan perlahan membalas pelukan itu, dengan sedikit bergetar kedua tangan jennie membalut punggung jisoo, memeluknya erat.
Nyaman, satu satunya kata yang mendeskripsikan perasaannya sekarang. Pelukan jisoo benar benar nyaman dan hangat untuknya.
Jennie tidak pernah merasakan pelukan setulus ini dari siapapun.
"Eonni sangat menyayangimu jennie-ya."
.
.
."Ugh.."
Irene memegangi kepalanya yang terasa sakit, ia rasanya bahkan tidak sanggup membuka matanya.
Ia jadi menyesal karena telah meminum minuman beralkohol yang memabukkannya, ia tidak menyangka jika akan seperti ini.
"Ini minumlah." Seseorang memberikan air padanya yang langsung ia teguk hingga tandas, nyatanya selain kepalanya yang terasa pening tenggorokannya pun terasa sangat kering dan ia benar benar kehausan karenanya.