"Eoh, kebetulan aku ada di dekat sini, aku akan melihatnya."
Tut..
Tiffany segera memutus sambungan telepon dan keluar dari mobilnya setelah terparkir dengan apik.
"Dia benar ada disini." Gumamnya melihat mobil yang ia kenal ada disana.
Kakinya mulai melangkah memasuki tanah hijau yang lapang disana, meski sudah cukup gelap, hal itu tak mengehentikan fany untuk memasuki tempat pemakaman seorang diri.
"Dia tidur?." Tanyanya pada diri sendiri melihat posisi jennie yang terduduk bersandar memeluk pusara mendiang shin min ah.
"Jennie."
Tak ada sahutan fany pun mulai menggoyangkan bahunya. Namun karena merasa ada yang tidak beres fany dengan perlahan membalikkan tubuh jennie yang terasa sangat lemas hingga ia bisa melihat wajahnya yang pucat pasi dengan bercak darah disekitar mulutnya.
Matanya terbelalak, nafasnya tercekat hingga tubuhnya membeku untuk beberapa saat.
Tanpa babibu fany segera membawa tubuh adik sahabatnya naik kepunggungnya meski sedikit kesusahan karena rasa panik yang melandanya.
Fany berdiri dengan gusar, sedangkan mino hanya berdiri bersandar pada dinding dan menatap kosong pintu ruang emergency dihadapannya.
Setelah fany mengabari nya, mino segera melaju kencang dengan sepeda motornya kerumah sakit tempat jennie berada sekarang, mereka juga sudah menghubungi keluarga kim dan mungkin sebentar lagi mereka akan tiba.
Dirinya terus berdoa pada tuhan semoga jennie baik baik saja dan tak ada hal buruk yang terjadi padanya, tetapi kenyataan selalu menyadarkannya membuat rasa takut terus menerus berdatangan.
Mendengar langkah kaki yang bersahutan mereka segera menoleh dan mendapati seluruh keluarga kim yang terlihat tergesa gesa dalam langkahnya.
"Fany-ah?."
Fany menggeleng "dokter masih memeriksanya."
Mereka semua diam hingga tak lama pintu terbuka dan ada dua orang dokter yang keluar dari sana.
Irene ingat salah satu dokter disana adalah dokter yang pernah menangani jennie sebelumnya
Lalu disamping nya ada dokter ber name tag Choi min ho yang tentu mereka semua mengenali sosoknya yang merupakan sahabat dekat dari kim woobin sekaligus dokter spesialis berpangkat tinggi di kim hospital.
"Ada apa dengan putriku minho." Tanya woobin.
Pria itu menghela nafasnya kemudian menatap dokter disampingnya yang terlihat menunduk.
"Katakan dokter Nam."
Mendengar itu perhatian semua orang orang pun tertuju pada nya yang terlihat tak nyaman dengan posisinya dan terlihat gugup dari cara ia berdiri.
"S-saya minta maaf sudah menyembunyikan ini, sejak e-empat bulan lalu,.. nona jennie di vonis menderita kanker paru paru."
Deg!
Semua orang terdiam dan seakan akan oksigen menghilang disekitar mereka hingga sulit untuk mereka dapat bernafas.
"Andwae.." tubuhnya hampir saja limbung jika woobin tidak dengan sigap menahan tubuh hyojo.
Tekanan berat yang ditimbulkan dari kenyataan pahit yang seolah olah seperti sebuah batu besar yang entah berasal dari mana datang tanpa terduga dan menimpa mereka.
Nafas irene berhembus begitu lirih, lalu dengan kecepatan kilat matanya menatap tajam hingga terasa begitu menusuk yang dirasakan dokter nam.
Irene mencengkram kuat kerah jas putih yang digunakannya. Membuat semua orang tersadar dan terperanjak dengan aksinya.