kini jisoo dan jennie tengah berkeliling seoul, meski terpaksa jennie tetap menurutinya jika tidak gadis itu akan terus terusan mengganggunya.
jisoo yang awalnya memeperhatikan jalanan kini beralih menatap wajah jennie dari samping, jennie bukan tak menyadarinya ia hanya tak mau ambil pusing, masa bodo dengan apa yang akan gadis disampingnya lakukan.
jisoo tiba tiba saja tersenyum ia merasa gemas dengan sisi wajah yang ia lihat dari jennie sekarang, biasanya wajah itu hanya menampilkan kedataran tapi baru ia sadar jika jennie juga memiliki sisi menggemaskan, ditambah pipinya yang chubby.
baru lah perhatiannya buyar saat suara jennie mengintrupsinya. "berhenti menatap atau ku tusuk matamu."
"kejam sekali."
keduanya terus berkeliling dan terkadang berhenti di beberapa tempat yang mereka lewati atas permintaan jisoo.
hingga pukul 1 malam barulah keduanya menginjakkan kembali kakinya dimension.
"kalian dari mana saja sayang? kenapa kalian sulit sekali eomma hubungi? eomma sangat khawatir."
"Mian eomma, handphone milik ku dan jennie mati, dan tadi kami—."
Plak!
"appa!."
"woobin!."
hyojo dan jisoo sama sama terkejut dengan apa yang pria itu lakukan. dengan teganya ia menampar jennie hingga tubuh gadis itu terhuyung beberapa langkah kebelakang.
"apa yang kau lakukan woobin-ah?."
"tentu saja memberi pelajaran pada anak ini. dia pasti mengajak jisoo untuk mengikuti kebiasaan buruknya."
"tidak seperti itu appa."
"nak, dia pasti memaksamu kan?. appa tau itu, kau jangan membelanya."
"dengarkan penjelaskan kami terlebih dahulu appa." jisoo mencoba meminta sedikit perhatian dari woobin yang terus saja menyalahkan jennie.
"jisoo-ya, appa tahu betul bagaimana dia—."
"appa!."
semuanya tertegun saat jisoo dengan lantang mengeraskan suaranya dihadapan woobin.
"mian, tapi sebentar saja dengarkan aku."
"ini bukan salah jennie, ini murni kesalahanku, jennie sudah mengajakku untuk cepat cepat pulang tapi aku memintanya untuk terus berkeliling lebih jauh."
Flashback on
"bagaimana ini jennie-ya?." jisoo bertanya setelah keduanya turun dan melihat ban sebelah kiri bagian depan bocor.
"hubungi seseorang untu memasangkan ban baru atau hubungi penjaga rumah untuk datang menjemput kita disini." perintah gadis bermata kucing itu.
"tidak bisa, baterai handphoneku habis."
dengan cepat jennie menatap jisoo "sungguh? handphoneku juga sama, aku juga tak membawa charger sekarang."
"astaga, lalu bagaimana?." jisoo menatap sekeliling yang terlihat sepi, mereka terhenti di jalan satu arah yang mana di sebelah kanannya adalah jurang "disini sangat sepi." gumamnya yang masih dapat didengar jelas oleh jennie.
"kau takut?."
"mwo? mana mungkin aku takut. aku hanya bingung bagaimana kita bisa pulang sekarang."
"yah ini masih belum terlalu malam, jadi mungkin masih ada kendaraan yang akan lewat. kau berdoa saja semoga ada yang mau membantu kita."