7

438 56 4
                                    












seorang gadis terlihat duduk dikursi taman kampus seraya menunggu temannya. namun pekirannya tertuju pada kejadian tadi pagi.

untuk pertama kalinya dalam 16 tahun ia melihat adiknya tertawa lepas. itu adalah wajah baru yang ia lihat darinya dan entah mengapa ia seperti tak terima akan hal itu.

perasaan itu entah mengapa menimbulkan amarah padanya, ia tak rela. hingga ia tak sadar jika tinjunya mengepal bigitu kuat membuat gadis disebrangnya yang melihat itu keheranan.

Brak!

"Yak!."

irene tersadar, ia kini menatap seseorang didepannya yang terlihat berantakan oleh es cream yang mengotori wajahnya.

"ekh, kau kenapa?."

gadis itu menatap tajam "kau yang kenapa irene, dari tadi melamun lalu tiba tiba saja memukul meja, kau pikir aku tidak terkejut eoh!?."

"m-mian." cepat cepat ia memberika tisu dan berniat membersihkan wajah sahabatnya itu, tapi dengan cepat gadis itu merebut tisu dari tangannya. irene menjadi merasa sangat bersalah.

"haish benar benar."

"mian fany-ah, aku tidak sengaja."

"hmm,.. lagi pula kau sedang memikirkan apa? kenapa terlihat marah seperti itu?."

"bukan apa apa." jawabnya pelan, tiffany yang melihat irene kembali melamun hanya memutar malas matanya.

"jennie." tak terasa nama itu terucap dari bibirnya.

"jennie? ada apa dengan jennie?." fany bertanya. membuat irene gelagapan.

"eoh? tidak ada." fany menggeleng, ia tentu tahu masalah yang menimpa keluarga kim dan ia sangat menyayangkan pemikiran ayah dan putri pertama keluarga kim itu yang menyalahkan jennie atas apa yang terjadi.

"sudahlah, ayo kita selesaikan tugasnya."

.
.
.
.
.

"ayo buka mulutmu."

"aku bisa makam sendiri eomma." jennie menolak hyojo yang akan menyuapinya.

"tidak bisa sayang, tanganmu kan sedang terluka."

"aku bisa menggunakan tangan kiri."

"kau ini banyak alasan, makan saja jennie-ya." timpal jisoo jengah.

"pelan pelan saja sayang." hyojo memperingati jennie yang melahap kasar nasi disendoknya. dan jisoo yang melihat itu hanya terkekeh.

interaksi tiga orang disana tentu dengan jelas woobin dan irene lihat, mereka juga dapat melihat perubahan sikap jennie pada jisoo dan hyojo. gadis itu tak lagi dingin pada keduanya.








"jisoo berangkat eomma."

gadis itu mengecup setiap pipi anggota keluarganya. berbeda dengan jennie yang hanya mengecup pipi hyojo, bahkan gadis itu tak melirik sedikitpun pada ayah dan kakaknya.

dan entah mengapa lagi lagi perasaan tak terima itu hinggap di hati irene, begitu pula yang dirasakan woobin.

keduanya terus memandangi jisoo yang kini menggenggam tangan kiri jennie karena jennie bahkan tak menolak seperti sebelum sebelumnya.

"kenapa kalian diam saja? ayo habiskan sarapannya." suara hyojo membuyarkan perhatian sepasang ayah dan anak itu

.
.
.
.


"kau mau membawa kita kemana jisoo?." jennie bertanya karena melihat jalan yang jisoo ambil bukan menuju arah pulang.

"ke mall."

INVISIBLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang