17

364 53 2
                                    

Woobin berdiri dari kuris kerjanya menghampiri seseorang yang ia tunggu tunggu.

"Aku minta maaf karena datang terlambat."

"Tidak masalah.. silahkan duduk."
Woobin tersenyum ramah pada rekan kerja sekaligus teman semasa senior high school. Nam Soo Hyun

"Kau tidak membawa sekertaris mu?."

"Tidak. Aku benar benar minta maaf aku tidak bersikap profesional, aku hanya punya waktu satu jam disini pukul 2 nanti aku harus pergi."

"Kau benar benar sibuk."

Pria itu menggeleng tersenyum, "tidak juga, sebenarnya aku ada janji dengan putriku dan dia memintaku menjemputnya saat pulang sekolah."

Mengerutkan alisnya bingung "bukannya putrimu seharuanya sudah berkuliah sekarang?."

"Ah iya itu putri sulungku, aku punya dua putri sekarang." Senyumnya bangga sedangkan woobin semakin mengerutkan keningnya.

Pasalnya seingatnya dulu Soo Hyun hanya berencana memiliki satu buah hati saja.

"Yah siapa yang bisa menebak takdir tuhan, aku awalnya hanya menginginkan satu putri saja tapi tuhan berkehendak lain." Pria itu tahu apa yang woobin pikirkan dari raut wajahnya.

"Kau tidak menyesalinya?."

"Untuk apa aku menyesal, karena kau tahu. rasanya memiliki anak lebih dari satu itu justru lebih membuat keluargaku lebih bahagia, dan aku merasa sangat beruntung... Jadi aku cukup menyesali keputusan awalku."

"Kau juga memiliki dua putri kan? Sekarang ditambah putri dari pasangan barumu,.. kau pasti sangat bahagia."

Woobin terdiam, ia tidak bisa memberikan respon apapun dari perkataan Soo Hyun.

"Kita langsung ke intinya saja, waktumu sedikit kan."

.
.
.

Dulu woobin dan min ah sepakat untuk hanya memiliki satu anak, entah itu laki-laki atau puj perempuan mereka akan tetap menerimanya.

Karena menurut keduanya memiliki satu keturunan saja sudah cukup,
Tetapi tuhan berkehendak lain saat irene baru akan menginjak usia lima tahun, sebuah janin kembali tumbuh dalam rahim min ah.

Sepasang suami istri itu sempat aduk cekcok karena woobin yang tidak terima dan min ah hanya hanya pasrah dan bersikeras untuk mereka bisa menerimanya bagaimanapun itu.

Dan akhirnya lama kelamaan woobin mulai luluh dan menerima janin itu karena bagaimanapun juga anak itu adalah darah dagingnya, dan bukti cinta antara dirinya dan min ah.

Namun saat bayi itu terlahir ketidak terima an dan kebencian tumbuh dalam hatinya. Ia bahkan sangat menyesali keputusannya untuk membiarkan janin itu terus tumbuh dalam rahim min ah.

Hingga kini buah hatinya telah berusia 16 tahun, rasa benci itu masih menyelimuti hati dan perasaannya.

Tetapi beberapa minggu terakhir entah kenapa perasaanya mulai berubah saat melihat sosok putri bungsunya.

Seperti hal nya sekarang, saat woobin baru saja memasuki mension ia melihat kedua putrinya yang tengah bersantai di ruang utama.

Woobin terus memperhatikan jennie dari jauh dengan sendu, jennie yang terlihat fokus menonton saluran televisi bukan tak sadar jika ayahnya itu tengah memperhatikannya, ia hanya berusaha acuh.

"Sayang kau sudah pulang." Hyojo menghampiri lalu mengambil tas kerja dari genggaman suaminya.

"Eoh.. ne, dimana irene?."

"Ada dikamarnya."

Woobin tersenyum ia kemudian mengecup singkat kening hyojo dan berlalu pergi dari sana.

INVISIBLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang