32

414 43 13
                                    

Keesokan harinya jennie menjadi begitu pendiam, ia tak melakukan percakapan dengan siapapun diantara keluarganya.

Hingga mereka memutuskan untuk keluar dan memberi waktu untuknya berduaan dengan mino di dalam ruang rawatnya.

Tapi tetap saja gadis itu hanya diam dan terlihat termenung.

Pria song itu menarik nafasnya dalam
"Kau hanya akan terus diam seperti ini jennie?."

"Kau tahu ini bukan masalah sepele."

"Aku tahu." Suaranya yang purau membuat mino terdiam, gadis dihadapannya seperti orang yang berbeda dengan yang ia kenal.

Jennie terlihat putus asa.

"Kau menyerah?." Tanyanya membuat jennie menoleh masih dengan tatapan kosongnya.

"Kau menyerah jennie?."

Namun bukannya menjawab gadis itu justru melontarkan balik sebuah pertanyaan.

"Apa perasaanmu setelah mengetahui kondisiku oppa?."

"Jennie-."

"Jawab saja oppa."

"Jennie kau tahu, rasanya aku masih tidak menyangka, aku..." Mino tak bisa melanjutkan perkataannya, perasaannya terlalu sakit dan dia tak mau membuat jennie merasa bersalah karena-.. tunggu.

Mino ingat suatu hal, ia mengutuk dirinya sendiri kenapa bisa melupakan hal itu dari jennie.

"Kau tau oppa, dicap sebagai pembawa sial ternyata tak salah, aku memang seorang pembuat onar yang bisanya hanya menghancurkan kebahagiaan orang orang disekitarku."

Mino menggeleng tak setuju dengan ucapannya.

"Sulit untukku oppa, aku tidak mau membuat luka baru untuk keluargaku dengan kondisiku, kami baru saja membuat alur baru dan aku tidak mau menghancurkannya."

Keputusasaan begitu kuat menyelimuti suaranya.

"Jangan pernah katakan itu jennie kim." Suara dingin menggema diruang itu membuat kesunyian seketika menyeruak disana.

Jisoo berdiri tegak dengan tatapan datarnya. Hal yang belum pernah sekalipun jennie lihat dari sosok jisoo.

"Kau tahu, dengan kau menyembunyikannya justru kau membuat kami semakin terluka."

"Ini bukan masalah sepele jennie, aku hanya ingin kau ingat bahwa sejak awal tak ada satupun masalah yang membuatmu sebagai penyebab utamanya, kau tidak bersalah."

"Dan hal ini menyangkut kehidupanmu, kebersamaan kita, kau seharusnya jujur dan mengatakannya pada kami agar kita bisa berjuang bersama."

Jisoo menggigit bibirnya yang mulai terasa bergetar.

Ia mendekat menggenggam kedua lengan jennie erat. "Semuanya akan baik baik saja jika kita menjalaninya bersama sama hmm... kau mau kan melakukannya jennie?."

Jennie menggeleng "kenapa jennie-ya? Kau tidak ingin sembuh? Kau ingin meninggalkan kami begitu saja."

Lidahnya kelu setelah mengucapkan kata terakhir itu.

"Eonni... Aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersama kalian tanpa harus terhalang dengan pengobatan yang aku jalani."

"Kita masih bisa menghabiskan waktu bersama meski kau harus menjalani pengobatan jennie-ya, eonni mohon."

"Jika aku melakukannya apa aku akan sembuh?."

Pertanyaan jennie membuat tubuh dua orang disana seketika menjadi kaku, terdiam dengan nafasnya yang tercekat.

INVISIBLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang