Duk!Dor!
Dor!"Arghh!!."
Suho menggerang kesakitan memegangi tangannya yang tertembak, tubuhnya bergetar ketakutan melihat orang orang yang datang dengan membawa senjata di tangan mereka.
Dia dan anak buahnya terkepung, tak bisa melakukan apapun.
"Lepas!, jangan menyentuhku! Yak!." Ia terus memberontak ketika mereka membawanya.
Sedangkan disisi lain irene terlihat termangu dengan posisi nya yang sekarang.
Dengan jennie yang ada diatasnya irene bisa melihat kesakitan diwajahnya dan bagaimana mata kucing itu yang mulai menutup dengan perlahan.
Bruk!
"Jennie!."
Woobin datang mendekat dan segera membawa tubuh jennie dalam peluknya.
"kita harus segera kerumah sakit." Ia gendong putri bungsunya itu dan membiarkan irene bersama mino menyusul dibelakangnya.
Mereka harus cepat!
Irene yang duduk dikursi belakang menemani jennie semakin menangis merasakan nafas sang adik yang semakin lambat.
"Bertahanlah sayang, eonni mohon."
Wajah adiknya semakin pucat dan tubuhnya terasa sangat dingin.
"Andwae.. appa.."
Woobin menatap kebelakangnya melihat irene yang menangis sembari memeluk erat tubuh jennie.
"Tidak mungkin.."
.
.
.Dengan perlahan netra gadis bersurai hitam itu terbuka, mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang terasa begitu menusuk pandangannya.
"Jisoo-ya."
Kepalanya menoleh perlahan mendapati sang ibu disampingnya.
Lalu tak lama dokter bersama seorang perawat datang dan memeriksanya.
"Syukurlah, keadaanya sudah sangat stabil, tidak ada yang perlu dikhawatirkan hanya, jangan terlalu banyak bergerak karena lukanya belum kering sepenuhnya."
Mendengar itu lantas jisoo meraba area perutnya dan dapat ia rasakan ada perban yang membalutnya.
"Eomma.."
"Minumlah terlebih dahulu sayang."
Jisoo menerima air yang ibunya berikan yang seketika membuatnya merasakan lega karena tenggorokannya yang benar benar terasa kering.
Hyojo lantas mengusap sayang kepala putrinya. disatu sisi ia senang dengan bangunnya jisoo setelah tiga hari begitu lelap dengan tidurnya, tetapi disisi lain pula, hatinya kembali hancur dengan hal yang menimpa kedua putrinya.
"Syukurlah kau sudah bangun sayang."
Senyum kecil muncul dibibirnya tapi perasaanya masih terganggu dengan sesuatu yang entah apa itu ia pun tak tahu, apalagi melihat wajah ibunya.
Meskipun ia tersenyum tapi jisoo tahu jika ibunya itu tengah menyembunyikan sesuatu dibalik diwajahnya.
"Dimana yang lain eomma?."
Menghela nafasnya. Ia memang sudah menduga jisoo pasti akan menanyakan hal ini tapi tetap saja ia belum tahu harus bagaimana ia menjawabnya.
"Jisoo ingin ikut eomma menemui mereka?."
"Memangnya mereka ada dimana?."
"Di tempat lain dirumah sakit ini."
Jisoo duduk diatas kursi roda yang ibunya dorong dan setelah mereka memasuki sebuah lorong lain entah kenapa suasananya terasa sangat berbeda ditambah suhu disana terasa lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya.