"Ar,"
"Iya, sayang? Sabar ya, sebentar lagi Dokter datang."
Amelie menggelengkan kepala, dia terus mendusel di depan dada bidang Jarden. Menolak di kompres meski tubuhnya begitu panas saat di sentuh, Amelie juga menolak memanggil Dokter tapi Jarden tetap kekeuh menghubungi Dokter pribadinya untuk datang ke kediaman.
"Enggak mau Dokter, mau peluk aja."
"Iya sini, aku peluk ya." Jarden dengan telaten memeluk wanitanya, mengusap punggungnya juga sesekali memijat keningnya saat Amelie mengeluh pusing.
Bahkan, rencana Jarden untuk menggertak Alina Figura kembali tertunda sebab wanitanya yang jatuh sakit. Jarden mana bisa meninggalkan wanitanya hanya demi balas dendam pada wanita tak bermoral satu itu, dia tentu akan selalu memprioritaskan wanitanya seperti saat ini.
Tak lama kemudian, seorang Dokter wanita datang ke dalam kamar utama kediaman. Jarden sebenarnya memiliki Dokter pribadi laki-laki tapi karena yang sakit wanitanya, dia tak sudi Amelie di sentuh pria lain meski dia seorang Dokter. Jadilah, Jarden meminta istri dari Dokter pribadinya yang datang menangani kondisi Amelie.
"Jarden,"
Pria itu mendengus, "Yang sopan padaku, Erin."
"Untuk apa sopan pada bocah yang nakal?"
"Ck!" Jarden menatap tajam Dokter Erin yang tak acuh padanya, lebih tertarik menatap ke arah wanita dalam pelukan Jarden. "Apa kau lihat-lihat wanitaku?!"
"Galak sekali, aku hanya penasaran, bocah nakal. Apa dia wanita kedua yang meluluhkan bongkahan es di hatimu?"
Pelukan yang semula erat kini melonggar, Jarden dapat merasakan hal itu, dia pun mengeratkan pelukannya. "Jaga bicaramu, Erin. Jangan katakan hal yang tidak ada kebenarannya,"
"Upsi, aku salah bicara? Maafkan aku bocah dan wanita cantik di dalam pelukanmu, siapa namanya?"
"Jangan banyak bicara aku bilang! Cepat periksa saja kondisi wanitaku lalu enyah!"
Dokter Erin mendengus, dia pun mendekat, menarik rambut belakang Jarden dengan kesal. "Kau menyingkir kalau ingin aku bergegas cepat memeriksa kondisi wanitamu ini!"
Jarden berdiri sembari mengusap belakang kepalanya, "Bisakah tidak perlu menjambak rambutku?!"
"Tidak bisa, sudah sangat lama aku tidak pernah menjambak rambutmu. Sudahlah, diam! Aku ingin fokus pada tugasku sebagai penyelamat,"
"Cih! Penyelamat katanya," Jarden mencibir, tapi dia tetap diam memantau Dokter Erin yang tengah memeriksa kondisi Amelie.
"Jangan terlalu banyak pikiran ya, terlalu banyak pikiran bisa memicu stres dan akhirnya demam seperti ini. Saya akan meresepkan obat penurun demamnya," Dokter Erin beralih menatap Jarden. "Nanti tebus obatnya ke apotek!" Bagian bicara dengan Jarden, tidak ada lembut-lembutnya, membuat pria itu mendengus dingin.
"Ya!"
Dokter Erin kembali menatap ke arah Amelie, "Dia pria baik meski menyebalkan. Tetap disisinya ya, karena dia juga pria yang setia. Buktinya sangat setia sampai sulit move on,"
"Erin! Sekali lagi kau bicara sembarangan, aku cabut izin praktekmu!"
"Hobi sekali mengancam," Dokter Erin tersenyum ke arah Amelie, dia sangat ramah pada Amelie tapi menyebalkan bagi Jarden. "Cepat sembuh ya, setelah sembuh, nanti kita jalan bareng ke mal. Jangan ajak Jarden, dia merepotkan."
"Erin!!"
"Iya! Iya! Hobi sekali berteriak," Dokter Erin akhirnya benar-benar pergi setelah Amelie mengucapkan terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelahiran Kembali Amelie Elysia (Hiatus)
FantasíaAmelie Elysia pikir, hidupnya akan indah seperti alur novel. Tapi kenyataannya berbanding terbalik, dia terombang-ambing dengan segala badai masalah yang akhirnya .... Membawa dia kembali ke masa lalu sebelum perubahan utama dalam hidupnya terjadi...