"Jarden!"
"Saya butuh waktu sendiri, Gisele."
Gisele pantang menyerah, dia berdiri di samping Jarden. "Aku tidak apa-apa kalau kamu tidak mencintaiku sekarang, tapi tolong jangan seperti ini. Acara sudah di mulai, Jarden. Ayo ke sana, kita harus menyapa para tamu yang sudah datang."
Tanpa menatap Gisele, Jarden angkat bicara. "Saya tidak bisa menikahi kamu, karena pada akhirnya, saya hanya akan melukai kamu. Kamu kenal saya, Gisele. Saya tidak bisa memaksakan diri saya sendiri,"
Meremas jemarinya dengan kuat, Gisele mencoba tersenyum. "Aku yakin, cinta bisa hadir seiring berjalannya waktu. Kamu juga pria baik, Jarden. Semua orang tahu bagaimana baiknya kamu,"
"Hanya cover yang kalian tahu tentang saya,"
"Iya, tidak apa-apa. Nanti aku akan tahu isi di dalam cover tersebut setelah kita menikah,"
"Jangan menyesalinya, Gisele. Saya tak akan pernah membuka hati untukmu, ini pilihan kamu, kamu harus siap menanggung konsekuensinya."
Gisele mengeraskan rahang, melihat Jarden dengan wajah datar berbalik badan lalu pergi meninggalkannya sendirian tanpa rasa bersalah. "Lihat saja, Jarden! Akan aku buat kamu bertekuk lutut padaku, kamu tidak akan bisa lepas dariku! Hanya sekarang, hanya sekarang kamu bisa menentang pernikahan ini, tidak dengan nanti."
Sementara itu di dalam gedung acara, Amelie berbincang dengan sesama profesi sekretaris sembari memegang segelas anggur. Mereka tampak sangat akrab, kebetulan sering meluangkan waktu sebentar untuk kumpul entah di jam makan siang atau di jam makan malam. Ikatan pertemanan mereka sudah erat, lebih erat dari pertemanan Amelie dengan Alina si pengkhianat.
"Elysia, kau sangat dekat dengan pimpinan Alpha Gray, aku pikir kalian menjalin hubungan khusus tapi ternyata tidak ya?"
"Melihat acara ini, sudah pasti Elysia dan pimpinan Alpha Gray tidak memiliki hubungan apa pun."
"Sayang sekali, El. Kamu sangat cantik, begitu pantas bersanding dengan pimpinan Alpha Gray, kalian juga sering pergi bersama, sangat di sayangkan tidak kalian yang menjadi Tuan rumah acara ini."
Amelie yang mendengar segala lontar dari teman-teman seprofesinya hanya terkekeh pelan, dia meminum anggurnya dengan anggun sebelum menjawab. "Aku dan pimpinan Alpha Gray dekat karena urusan pekerjaan sedangkan pimpinan Alpha Gray dengan Nona Beer dekat karena urusan perasaan. Jelas kami sangat berbeda dan tak bisa di samakan,"
"Aduh, El. Kalau aku jadi kamu, sudah aku kejar secara ugal-ugalan pimpinan Alpha Gray! Dia tampan, masih muda, terkenal greenflag pula karena tak pernah terlibat skandal dengan perempuan mana pun. Masa menikahnya sama perempuan bermasalah? Red flag pula! Kasihan sekali pimpinan tampan satu itu,"
Kali ini, Amelie tak bisa menahan tawanya. "Astaga! Kamu membuatku sakit perut terus tertawa,"
"Lagian! Kenapa juga kamu membiarkan pimpinan Alpha Gray menikah dengan wanita red flag plus plus itu?"
"Karena aku tidak memiliki hak melarang kehendak mereka, aku siapa di mata mereka?"
"Ih, kok kedengarannya sakit ya jadi kamu? Sini peluk,"
Amelie di peluk salah seorang sekretaris, dia hanya menurut saat punggungnya di puk-puk hingga sebuah ucapan, membuat pelukan keduanya terlepas. "Itu bukannya pimpinan Alpha Gray? Kok wajahnya menyeramkan sekali?"
Amelie memalingkan wajah menatap ke arah pandang teman-teman sekretarisnya, dia ikut mengerutkan kening. "Iya ya, wajahnya tak enak di pandang sekali. Kalau begitu, aku izin menemui pimpinan Alpha Gray dulu ya."
"Gih sana pergi! Semangat mencuri hati pimpinan! Sebelum ikrar pernikahan, masih aman buat di tikung!"
Amelie hanya geleng-geleng kepala, dia bergegas berjalan menghampiri Jarden. Sebelum tiba, Amelie memberhentikan seorang pelayan yang membawa nampan berisi banyak anggur merah. Dia mengambil satu gelas untuk dia berikan pada Jarden, "Saya ambil ya, terima kasih."
"Sekretaris Elysia tunggu!"
Amelie menatap pelayan tersebut, "Ada apa?"
"Maaf sebelumnya, maaf karena saya begitu lancang, apa minuman itu untuk pimpinan Alpha Gray?"
Tanpa membantah, Amelie menganggukkan kepala. "Benar, memang akan saya berikan pada pimpinan. Ada masalah?"
"Itu pesanan orang lain, sekretaris Elysia. Lebih baik berikan yang ini untuk pimpinan,"
"Baik, terima kasih." Tanpa curiga Amelie menukar gelas yang sudah di ambilnya dengan gelas yang di arahkan, dia pun berjalan cepat sebab melihat pria itu hendak masuk ke dalam lift, dia semakin mempercepat langkah.
Tidak terlambat, dia masuk sebelum pintu lift tertutup sembari menyodorkan segelas anggur ke hadapan Jarden. "Saya perlu mencicipinya lebih dulu, Tuan? Untuk memastikan keamanannya?"
Jarden tak mengindahkan, dia mengambil gelas yang Amelie berikan lalu meminumnya dalam sekali tenggak untuk menghilangkan dahaga yang membuatnya sejak tadi tak bersuasana hati baik. Amelie juga hanya diam, berdiri tegak di samping Jarden yang juga sama diam. Dia tak akan memulai bicara jika tak dimulai lebih dulu.
"Saya tidak bisa menikahinya, Amelie."
Amelie menoleh, "Ya, Tuan? Anda tidak bisa menikahi Nona Beer?"
Tanpa ragu, Jarden mengangguk kan kepalanya. "Saya tidak terbiasa menyakiti hati perempuan, malah tidak pernah, saya takut menyakitinya jika terpaksa menikahinya."
"Anda bisa menolak adanya pernikahan ini, Tuan."
"Sudah, Amelie. Ibu saya tidak mendengarkan ucapan saya, tetap pada pendiriannya untuk menikahkan saya dengan Gisele."
"Ibu Anda seorang perempuan, harusnya bisa mengantisipasi rasa sakit hati seorang perempuan jika terpaksa dinikahi dengan anaknya yang tak mencintai perempuan tersebut."
"Tapi Ibu saya percaya jika cinta akan hadir karena terbiasa, dia percaya jika saya bisa mencintai Gisele setelah kami lama bersama."
"Kalau begitu, coba saja ikut mempercayai ucapan Ibu Anda. Jalani dulu, mungkin setelah terbiasa, Anda akan mencintai Nona Beer."
Lift akan terbuka, Amelie langsung buka suara lagi. "Max, kunci pintu lift. Jangan biarkan siapa pun masuk, pastikan oksigen yang ada cukup."
'Perintah di laksanakan.'
Amelie kembali menatap Jarden yang ternyata tengah menatapnya begitu dalam, Amelie sejenak tertegun melihatnya. "Ada apa, Tuan?"
"Di minuman saya ada afrodisiak jenis bubuk," dia bicara dengan tenang dan tatapan yang tetap begitu dalam memandang Amelie.
Amelie yang mendengarnya terkejut bukan main, "Ya Tuan? Anda serius?!" Wajah Amelie langsung panik, dia tahu apa fungsi afrodisiak dan sekarang, pimpinan Alpha Gray meminumnya?!
"Sebentar! Saya akan bicara pada Max untuk membuka pintu sekarang," Amelie sudah membuka mulut namun urung ketika Jarden mendorong pelan bahunya hingga membentur dinding lift.
Amelie kembali terdiam, "T-Tuan?"
"Amelie, saya benar-benar tidak bisa menikahinya."
Tatapan dalam itu semakin di percik oleh gairah yang membuncah, perasaan Amelie tak nyaman, padahal dia sudah siap akan apa yang terjadi antara dirinya dengan sang pimpinan nanti tapi bukan sekarang juga!!
"T-Tuan, Anda─"
"Amelie, maukah kamu mengandung anak saya?"
Deg.
***
JEDER!! WKWK, Jarden sat set banget yaa!
SPAM KOMENT UNTUK SELANJUTNYA YUKK!!
Penasaran kan? Pasti donggg😝
Bye seng!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelahiran Kembali Amelie Elysia (Hiatus)
FantasiAmelie Elysia pikir, hidupnya akan indah seperti alur novel. Tapi kenyataannya berbanding terbalik, dia terombang-ambing dengan segala badai masalah yang akhirnya .... Membawa dia kembali ke masa lalu sebelum perubahan utama dalam hidupnya terjadi...