"JAYDEN BERHENTI IKUT CAMPUR!"
"Tutup mulutmu jalang!"
Jayden melangkah maju, dia membungkuk dengan tangan bertumpu pada sandaran kursi, di mana di atas kursi, Adriana tengah duduk. "Berhenti ikut campur masalah Adikku, kau bukan siapa-siapa dalam hidup kami."
"Jika bukan aku, kalian tidak akan tumbuh sampai dewasa seperti ini!"
"Tidak, kau hanya bisa memerintah pelayan untuk mengurus kami. Tak ada keterlibatan kau pada tumbuh kembang kami, sekali lagi aku tekankan, jangan ikut campur atau hidupmu akan hancur di tanganku!"
Adriana menatap Jayden dengan tatapan meledek, "Menghancurkan aku? Mimpimu terlalu indah, Jayden."
"Mimpi? Yakin hanya mimpi?"
Jayden tiba-tiba mengeluarkan pistol dari belakang celananya, pria itu menodongkan pistol tepat ke kening Adriana. "Sekali kau buka suara, peluru ini akan menjadi saksi berakhirnya hidupmu."
Adriana membatu, tak berani bergerak jika tak ingin mati konyol di tangan Jayden. "Anggukan kepala jika kau setuju untuk berhenti ikut campur,"
Dengan kaku, Adriana menganggukkan kepalanya. Jayden pun menarik pistolnya, menaruh kembali ke tempat semula. Dia juga kembali berdiri tegak, "Aku membiarkanmu ikut campur hanya sampai di sini. Nikmati saja hidupmu dengan damai, jangan sekali-kali mengganggu hidup Adikku! Kau dengar jalang?"
"D-dengar,"
"Bagus, anak buahku akan membuatmu dideportasi dari negara ini. Karena bukti kau bukan warga asli negara ini sudah aku miliki,"
Mata Adriana memelotot kaget mendengarnya, "Jangan macam-macam Jayden!!"
"Dan aku akan memastikan, kau tidak pernah bisa kembali ke negara ini dengan cara apa pun."
Tanpa pamit, Jayden pergi meninggalkan Adriana yang ini menghancurkan isi di atas meja. Dia berteriak keras, "ARGH! Jayden sialan! Awas kau anak bajingan!" Napasnya memburu, dia membenci Jayden yang selalu berhasil membuatnya tak berkutik dengan segala ancaman pria itu.
Di dalam mobil yang melaju, Jayden mengeluarkan sebatang rokok, dia menurunkan kaca jendela, membakar puntung dengan tatapan menghunus keluar sana. "Hubungi Hera,"
Sang tangan kanan menoleh, mengangguk dengan lugas tak lupa segera menghubungi seseorang yang Tuannya perintah. "Nyonya Hera, Tuan menginginkan Anda."
Di seberang sana, seorang wanita cantik dengan pakaian penuh darah tampak tengah mencuci tangannya di wastafel. Dia melirik ponselnya di atas meja yang menyala, memperlihatkan siapa penelepon. Dengan wajah malas-malasan, tanpa mengeringkan tangan, Hera menerima panggilan tersebut.
"Apa?" Jawabnya tak santai.
"Nyonya Hera, Tuan menginginkan Anda."
Bibirnya bergerak mencibir, dia duduk di kursi meja makan dengan memperhatikan seseorang yang tengah sibuk menguleni sebuah adonan. "Katakan pada Tuanmu, aku cuti jadi jalangnya. Karena sebentar lagi aku akan benar-benar resign menjadi jalangnya, suruh dia cari jalang yang baru."
"Aku tunggu di kamarku, Hera."
Mendengar suara siapa itu, Hera kembali mencibir. "Aku resign menjadi pelacurmu, Tuan muda pertama Grayson yang terhormat."
"Kau bukan pelacurku, aku tunggu sekarang."
"Sorry, aku sibuk. Cari pelacur lain saja,"
"Kau rela ada perempuan lain menempati ranjang kita?"
"Fuck you, Jayden!"
"Hm, aku tunggu ya. Hati-hati di perjalanan,"
"Double fuck you!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelahiran Kembali Amelie Elysia (Hiatus)
FantasyAmelie Elysia pikir, hidupnya akan indah seperti alur novel. Tapi kenyataannya berbanding terbalik, dia terombang-ambing dengan segala badai masalah yang akhirnya .... Membawa dia kembali ke masa lalu sebelum perubahan utama dalam hidupnya terjadi...