29 - Pembalasan Untuk Gisele

1.8K 164 7
                                    

"Aunty?"

Amelie menoleh ke arah belakang, melihat Nyx yang berjalan mendekati dirinya. Bergegas dia usap air mata yang menganak sungai, tersenyum ke arah Nyx. "Iya, Nak? Kenapa Nyx belum tidur? Di mana Mommy dan Daddy?"

"Daddy selalu memanipulasi Mommy setiap datang, aku tak suka Daddy."

Amelie terkekeh, "Nyx bisa bahasa negara ini?"

"Tentu saja! Aku sering mendengar semua orang bicara dengan bahasa sama, hanya saja, aku sedikit malas berbahasa sama."

"Gemasnya, sini, sayang."

Nyx mendekat, dia ikut duduk di samping Amelie yang sudah lebih dulu duduk di kursi panjang taman belakang kediaman. "Aunty habis menangis?"

"Tidak, mata Aunty sedikit perih terkena angin saja, sayang."

"Jangan berbohong padaku, aku tahu Aunty habis menangis kan? Menangis tentangku?"

"Hm? Kenapa harus tentangmu?"

Nyx menggeleng kecil, "Tidak apa-apa. Lupakan saja, Aunty."

Amelie tersenyum, "Boleh Aunty cerita? Ada sedikit cerita fantasi yang indah dan pantas di kenang,"

"Boleh Aunty, silakan. Aku akan mendengarkan dengan baik,"

Amelie tersenyum ke arahnya, "Dulu, di kehidupan yang tidak terduga, ada seorang Ibu yang melahirkan dan membesarkan anak laki-lakinya seorang diri. Dia mencoba berdiri di kakinya sendiri untuk masa depan cerah anaknya, tapi kejadian tak terduga mengubah segalanya. Dia tiba-tiba terbangun dalam lintas waktu yang berbeda, apa Nyx paham cerita Aunty?"

"Ibu, peluk aku!"

Amelie membatu.

"Y-ya?"

"Please, peluk aku, Bu!"

Tangis Nyx pecah, tangis Amelie pun ikut pecah. Dia membawa Nyx ke dalam pelukannya, keduanya menangis dengan melampiaskan perasaan masing-masing. "Apa ini mimpi, Tuhan?"

"No! Bukan mimpi! Ini benar-benar aku, Ibu! Ibu aku merindukan Ibu!"

Amelie berpikir semua ini mimpi yang sangat berkesan, dia tak ingin bangun dari mimpi sekali pun memiliki Jarden di dunia nyata. Karena bagi seorang Ibu seperti dirinya yang sudah merasakan perjuangan melahirkan lalu rasa sakit itu lenyap seketika melihat tangis darah dagingnya, tentu saja Amelie akan lebih memilih bersama anaknya dari pada suaminya jika memang harus memilih antara dunia mimpi atau dunia fana.

"Sayang, jangan bercanda."

Nyx menggeleng cepat, dia mendongakkan kepala. Mengulurkan tangan mengusap air mata di pipi sang Ibu, "Dulu aku melihat Ibu menangis sendirian. Aku meminta pada Tuhan agar Ibu tidak lagi menangis dan menemukan kebahagiaan yang seharusnya, lalu tiba-tiba, aku ada disini. Aku jadi anaknya Paman Jayden dan Bibi Hera, Bu!"

"Aku terus mencoba mencari Ibu, tapi sulit karena keterbatasan usiaku. Ibu, tolong percaya padaku,"

Amelie semakin menangis sesenggukan, dia memeluk anaknya kian erat. "Terima kasih, Tuhan. Terima kasih tetap menghadirkan putraku sekali pun dalam status kami yang keliru," Amelie meninggalkan kecupan penuh sayang di puncak kepala Nyx. Dia bahkan lupa rasa syok karena rem blong tadi, perasaannya kini lebih membuncah karena kehadiran Nyx.

"Ibu sayang Nyx,"

"Nyx juga sangat menyayangi Ibu!"

***

"Aku yang akan membereskannya,"

"Biar aku, Jay."

Jayden menggeleng, dia menyentuh bahu Adiknya. "Fokus pada istrimu, tadi aku melihat istrimu menangis sambil memeluk Nyx, aku takut dia masih trauma karena kejadian tadi."

Ya, tadi niatnya, Jayden ingin mencari sang anak sesuai perintah Hera karena sudah malam dan Nyx harus segera istirahat. Kata pelayan, putranya itu pergi menuju taman belakang. Dia pun ke sana, melihat Nyx dan Amelie saling berpelukan dengan Amelie yang terus menangis. Tanpa mendengar mereka membahas apa, Jayden menebak jika Amelie masih trauma dengan kejadian rem blong.

Dan Jarden langsung khawatir mendengar jika istrinya masih trauma sampai menangis dengan memeluk Nyx, "Kalau begitu, urus dia sampai ke akarnya! Aku tidak akan memaafkanmu jika dia masih bisa hidup dalam damai!"

Memutar bola matanya malas, Jayden memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Aku bukan orang bodoh, Jarden. Menyiksa adalah keahlianku, tapi yang pasti, akan aku buat dia mati karena kemauannya sendiri."

Melihat seringai licik Jayden, Jarden ikut terkekeh, dia paham isi kepala Kakaknya saat ini. "Bagus! Kalau begitu, biarkan Nyx bersamaku dan istriku dulu. Mendengar ceritamu jika istriku menangis sambil memeluk Nyx, aku yakin mereka sudah sangat dekat walau baru bertemu."

Tanpa beban, Jayden menganggukkan kepalanya. "Terserah kalian saja, asal jangan bercinta di belakang putraku yang tertidur!"

Bugh!

Tak peduli pelipis Jayden dibalut hansaplast, Jarden kembali memukul kepalanya. "Aku ini jenius! Mana mungkin bercinta di samping anak kecil, pemikiran macam apa itu?! Apa kau pernah melakukannya?"

Bugh!

Gantian Jayden yang memukul kepala Adiknya dengan jengkel, "Kau gila?! Mana mungkin aku melakukan pemikiran kotormu itu?! Jelas aku main aman,"

"Tcih! Kau main aman karena tahu, sekalinya main pasti kasur sampai roboh!"

Jayden tak tahan ingin menendang bokong Adiknya, "Sialan! Apa kau pernah diam-diam menyaksikan aku bercinta dengan wanitaku?!"

"Najis! Tahu kau memiliki wanita di sisimu saja baru sekarang, mana mungkin aku tahu dari lama tentang kalian?! Dan apa tadi? Menyaksikan? Menggelikan!"

"Lagian! Sok tahu kasur roboh!"

Jarden mendelik ke arah Jayden, dia pun pergi meninggalkan Jayden yang menggeleng pelan. Adiknya, meski sudah memiliki istri, masih saja menyebalkan tingkat akut. Ingin rasanya Jayden menarik mata yang senang mendelik itu, tapi tak tega jika harus menyakiti Adiknya.

Sementara itu, di sisi lain.

Gisele beringsut mundur, dia menatap sekelilingnya yang gelap gulita. Seingatnya, Gisele tengah menonton reka ulang di mana mobil Amelie pergi meninggalkan pusat perbelanjaan. Tapi tiba-tiba, sesuatu membekap mulut dan hidungnya, membuatnya kehilangan kesadaran lalu terbangun di tempat yang begitu temaram hanya dengan cahaya bulan yang menyelinap di celah jendela atas sana.

"Aku di mana? MAMA! PAPA!"

Tak ada jawaban, Gisele semakin ketakutan. Dia menekuk kakinya, memeluk kedua lututnya dengan tubuh perlahan gemetar. "Tolong aku! Aku takut! Ku mohon, siapa pun tolong aku."

Dari kamera tersembunyi, Jayden terkekeh melihat bagaimana tawanannya ketakutan.

"Ini baru permulaan kau sudah ketakutan, Gisele Beer. Bagaimana jika permainan sudah aku mulai? Apa kau akan buang air kecil di celana? Itu menjijikkan juga akan menghancurkan nama baikmu sebagai putri keluarga Beer."

"Ck! Mengingat Ayahmu, aku sedikit merasa bersalah tapi mengingat kelakuanmu yang ingin membuat Adik iparku celaka, rasa bersalah itu perlahan-lahan terkikis. So, Gisele, nikmati balasan dariku yang tentu saja bukan kematian sebagai akhir."

Dia menutup layar laptopnya, melihat pintu ruang kerjanya di kediaman Jarden terbuka.

"Ada apa, Hera?"

"Nyx tidur dengan Amelie dan Jarden, kau memberi mereka izin tidur bersama?"

Tanpa beban, Jayden menganggukkan kepalanya. "Iya, kenapa?"

"Kenapa kamu tanya? Apa kamu lupa? Jarden dan Amelie itu pengantin baru! Masa harus ada Nyx di tengah mereka?"

"Biarkan saja, bagaimana jika kita juga ikut melakukan malam pertama? Aku ingin menengok anak kita,"

"Jayden!"

***

Nexttt???

Kelahiran Kembali Amelie Elysia (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang