25 - Resepsi Pernikahan

2.1K 142 6
                                    

"Uwah! Terima kasih suami!"

"Sama-sama, sayang."

Amelie duduk di pinggir ranjang, sibuk menikmati es krim coklat ditangannya dan Jarden sibuk memandangi wajah cantiknya, memuji betapa sempurna Amelie dimatanya. Amelie yang di tatap begitu intens, tentu saja mendongak dengan malu-malu padahal sebelumnya tidak ada malu atau jaim sama sekali terhadap Jarden.

"Kenapa terus lihat aku? Aku cantik ya?"

"Hm, sangat cantik."

Amelie tersipu malu, dia memukul pelan lengan Jarden. "Kok setelah menikah semakin jago gombal?"

"Khusus untuk membahagiakanmu,"

"Ih aku malu!!"

Amelie melingkari tangannya di pinggang Jarden dengan satu tangan, dia mendongak. "Apa kita akan pergi bulan madu?"

Menundukkan kepala, tangan besar Jarden bergerak mengusap begitu lembut belakang kepala wanita tercintanya. "Sesuai keinginanmu, sayang. Mau bulan madu ke mana, hm?"

"Bagaimana jika Italia?"

Jarden terdiam sejenak, dia mengingat ucapan Jayden saat bertemu tadi. Jayden mengatakan, dia akan pergi ke Italia dalam beberapa hari untuk urusan bisnisnya di lingkungan kriminalitas. "Yang lain, sayang?"

"Aku maunya Italia!"

"Baik, kita ke Italia ya. Kita pergi liburan ke sana,"

Amelie mengangguk antusias, dia melepas pelukannya pada pinggang Jarden, kembali sibuk menikmati es krim di tangannya.

Sementara itu, di sebuah kamar yang sungguh luas. Hera lagi-lagi pasrah di bawah kendali tubuh besar Jayden, pria tampan yang membawanya ke dalam sangkar emas, menahannya selama bertahun-tahun tanpa memiliki kesempatan untuk kabur. Dia merasakan bagaimana kehangatan yang untuk kedua kalinya, menyembur ke dalam dirinya.

Dia menggigit bibir bawah, saat Jayden menarik dirinya dari penyatuan, memundurkan tubuh untuk berhadapan langsung dengan perutnya. "Berapa usianya, Hera?"

Sejenak, Hera memalingkan wajahnya. "Delapan Minggu,"

"Kau sudah tahu selama itu?"

"Tidak, aku baru tahu belum lama ini."

Jayden menghela napasnya berat, dia mengecup sekali lagi perut Hera sebelum berpindah ke sisi samping sang wanita. Dia membawa Hera berbaring miring berhadapan dengan dirinya, "Berhenti bekerja ya? Setidaknya, sampai anakku lahir."

"Anak kita," Hera meralat ucapan Jayden, membuat pria itu tersenyum kecil sembari mengangguk.

"Iya, maksudku, anak kita. Bisakah? Aku hanya terlalu takut, sesuatu terjadi pada kalian karena resiko pekerjaanmu yang terlalu besar. Lagi pula, nafkah dariku selalu cukup kan?"

Bicara tentang uang yang Jayden berikan, Hera tidak pernah menggunakannya sepeserpun. Dia enggan, lebih memilih menggunakan uangnya sendiri. "Ya, aku akan ambil cuti sampai melahirkan."

Jayden tersenyum, mengecup lembut kening Hera. "Terima kasih,"

Dia mengangguk kecil, merasa luluh dengan sikap manis Jayden namun terkadang, merasa muak dengan egonya yang tinggi melebihi ketinggian langit. "Bisakah kamu luangkan waktu sebelum ke Italia untuk bertemu dengan Nyx?"

"Aku akan menemuinya," Jayden menyelipkan anak rambut Hera ke belakang telinga. "Kalian baik-baik saja selama ini?"

"Kami selalu baik-baik saja,"

"Maafkan aku,"

"Sadar kesalahanmu terlalu banyak pada kami?" Hera menatap sinis pada Jayden yang menghela napasnya dengan berat.

Kelahiran Kembali Amelie Elysia (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang