20

776 99 13
                                    

Btw udah banyak yg sadar gk klo pose Harris yg ini thu reverse pose dari Arion? 😳

Btw udah banyak yg sadar gk klo pose Harris yg ini thu reverse pose dari Arion? 😳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuma mau bilang itu aja sih pembukaannya. Oke lanjut halu ~
.

.

.

.

.

Ehh? Well Mmm... Teman?" Ucap Harris melepaskan pelukan sambutan itu, tersenyum sembari tertawa garing setelah sepersekian detik ia berfikir tentang hubungan Arion dan dirinya.

Jadi selama ini cuma teman? Ris? Mendengar ocehan Harris kepada sang mama samar. Membuat Arion kembali tersenyum kecut.

Pria berambut dark violet itu kembali ke mobilnya dan hanya bisa tersenyum memberikan lambaian tangan melalui jendela mobil. Rasanya kurang tepat jika ia mampir lama di rumah Harris saat malam.

.

.

.

.

.

.

Otak Arion masih terngiang-ngiang kata "teman" Yg diucapkan oleh Harris. Well gk ada yg salah dari itu, cuma rasanya dari semua act of service yg ia berikan berupa love language dirinya tetap terlihat sebagai teman dimata Harris.

Kenyataan itu cukup kembali menyadarkan Arion lembut nan sakit. Bahwa yaa kenyataan yg agaknya masih butuh proses untuk dia berpindah pangkat dari hanya seorang teman.

Menghela nafas ringan, menepuk kedua pipinya Arion berusaha memfokuskan diri dengan job yg akan ia hadapi.

Yups cafe solace, salah satu project pertama vtuber di Indonesia yg menyajikan konsep cafe dengan para member solace. Bisa jadi ini yg pertama di Indonesia, however sudah biasa ada di luar negeri. Khususnya Jepang, bisa dikatakan Arion cukup addicted dengan negara satu itu.

Tung!

Suara notifikasi muncul ke layar komputer gaming yg sedari tadi ia tatap memunculkan lembaran halaman kosong.

Meneguk sedikit minuman yg ada di sebelah kanan dirinya, menghela nafas sepersekian detik untuk kedua kalinya.

Berusaha mengalihkan perhatian ke project yg ada dihadapannya, membuat ia mampu kabur dari realita pahit label teman yg melekat didirinya. Label yg ingin sesegera mungkin ia ganti dengan label as a lover?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Suara berisik membangunkan Arion dari mimpi kacaunya malam itu. Tangan besar miliknya meraba ke arah nakas, badannya tengkurap hingga wajah Arion kini menempel ke arah bantal.

Spontan ia mengerjapkan mata menatap layar ponsel yg memunculkan panggilan. Tepat pukul 4 dini hari, siapa coba yg telp pagi buta gini?

Gerutuan Arion tak berlangsung lama, menerima panggilan itu dengan suka rela mengorbankan waktu tidur miliknya.

Suara pelan namun bergetar terdengar jelas dari sebrang sana, mulanya Arion mengira hanya orang iseng yg menelepon dirinya pagi hari.

"Rion... A .. Arion... " Hanya nama dirinya yg disebutkan oleh sosok itu, suara khas yg sudah sangat ia kenal.

Seperti ada bohlam lampu yg pecah, otak pria berambut dark violet itu auto aktif 100%. Ia mencerna apa yg mungkin terjadi.

"Tunggu di situ" Ucapnya sekilas. Nada suara bariton miliknya sangat terdengar jelas saat pagi hari. Tidak sampai 10 menit ia sudah meninggalkan kamar tidurnya yg ia claim sebagai tempat paling cozy.

.

.

.

.

.

.

.

.

BRAK!

Suara pintu berdeham berbarengan dengan langkah kakinya memasuki area privasi seseorang.

Seseorang yg sangat ia kenal tak ia temui dalam ruangan itu, kok dia bisa masuk? Kan pintu dikunci?

Kalo orang bilang laut kan ku sebrangi, gunung kan ku daki, demi dia sang pujaan hati. Well klo papih auto gaya maling dia kerahkan demi orang kesayangan satu ini.

"Ris? "

Tidak ada jawaban dari sosok yg sekarang hanya terisak dan fokus menggenggam ponsel dengan layar yg masih menyala. Mata dengan iris golden itu pasti sudah basah karena air mata.

Nafasnya menderu saat pria berambut dark violet itu memberikan dekapan padanya. Ia usap dengan pelan ujung kepala cowo yg udah terhitung dewasa itu. Aroma maskulin terendus oleh Harris yg anehnya mampu membuat ia lebih tenang.

Ini mama kemana? Kok bisa Harris sendirian dirumah?

Helaan nafas membumbung sekilas dari bibir Arion. Masih setia menenangkan sosok yg ada di hadapannya. Tubuh itu terasa bergetar, ntah berapa lama cowo berambut merah ini harus menahan rasa takutnya.

Nuansa gelap masih setia menyelimuti mereka, hanya sedikit cahaya pucat dari layar HP Harris yg menunjukkan sisa 3% baterainya.

Ntah itu kocak atau kedudulan yg hakiki, arion menepuk jidatnya saat sadar ia melesat kesini tanpa membawa ponsel miliknya yg ia lempar ke kasur saat mengenakan jaket.

Tangan kiri sang lawan bicara kini mencengkram erat jaket yg ia kenakan, masih mengigil seperti orang yg sedang berada di area puncak. Nafasnya kembali menderu dibarengi dengan isakan pelan. Harris terdengar seperti orang hiperventilasi.

Mengeratkan dekapan miliknya ke arah cowo yg notabene lebih tinggi 2cm dari dirinya itu. Yups Harris tingginya 182cm sedangkan Arion hanya 180cm. Kini sosok cowo yg terkenal periang dengan bumbu sus miliknya itu masih meringkuk dalam dekapan Arion.

"Arion... Arion...." Nada suaranya hanya rendah hingga seperti anak kecil yg merengek minta permen lolipop.

"Hmm? " Sahutan sekilas dari Arion cukup membuat Harris merasa bahwa dirinya tidak sendiri.

Selang beberapa menit matahari masih belum memunculkan batang hidungnya. Sedikit beringsut ke arah kiri memposisikan dirinya lebih nyaman di kasur cowo yg biasa memanggilnya gamemate.

"Jangan pergi" Suara khas Harris memenuhi indera pendengaran Arion cukup ambigu

"Gak" Masih setia menemani Harris dan memberikan tepukan pelan dibahu, layaknya sosok ibu yg sedang menenangkan buah hatinya.

"Mmm. Arion.. I think.. I'm in love with you... Sorry" Semakin melemah didalam kalimat yg ia ucapkan tapi mampu membuat sambaran petir di pagi hari ke arah Arion.

.

.

.

.

.

.

To be continue ~

Wkwk singkat dulu yaw updatenya 😆
Yak intinya itu... Yaa.. Itu ... Ytta
Tulung votenya yaw, maciiewww 😘

HTS with Papih - {Fanfic} ~ RionCaine (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang