Chapter 16: jalan jalan part 2(petaka)

98 79 64
                                    

Setelah selesai menyantap nasi goreng mereka, Ayah pun mengeluarkan dompet dan secarik uang berwarna merah.

"Yah, Bunda aja yang bayar", Ujar Bunda.

"Loh Bun tumben, ada apa nihh" , Ujar Ayah.

Tidak seperti biasanya, Bunda selalu menyuruh Ayah untuk membayar tapi ini malah Bunda yang pengin membayar.

"Ngga kok Yah, Bunda cuma pengin sekali-kali bayar in makan", Ujar Bunda sambil mengambil uang di dompetnya.

"Ini ya pak, kembaliannya buat bapak aja", Ujar Bunda sembari membayar.

"Loh Bu kembaliannya banyak ini", Ujar Bapak itu dengan rasa tidak enak.

"Ngga papa Pak ambil saja", Ujar Bunda.

"Makasih ya Bu, Makasih banget, semoga rezeki keluarga Ibu di lancarkan Allah", Ujar Bapak penjual nasi goreng.

"Aamiin, Saya pergi dulu ya Pak mau lanjutin perjalanan, mari Pak", Ujar Bunda.

"Mari mari",Ujar Bapak itu.

Bunda, Ayah, Zigar dan Gyra pun memasuki mobil, lalu mulai melanjutkan perjalanan mereka. Ayah melihat ke arah Bunda yang duduk di sampingnya itu dan merasa seperti ada yang beda dari istrinya.

"Huftt, mikir apa sih aku", Ujar Ayah dalam hati.

"Bun, kamu kenapa? Dari tadi diem aja, kamu sakit hmm?", Tanya Ayah.

"Engga Yah, cuma cape", Jawab Bunda.

"Yah maaf in Bunda ya kalau selama ini Bunda ngga bisa jadi istri yang baik buat kamu", Lanjut Bunda.

Ayah merasa terkejut mendengar penuturan istrinya itu, karena Ayah tak pernah merasa kalau istrinya pernah berbuat salah.

"Apa sih Bun, kamu ini istri yang Masyaallah banget sampai bisa ngurus anak yang lucu kaya mereka berdua", Ujar Ayah.

"Justru Ayah yang minta maaf ngga bisa bantu kamu ngurus anak, ngurus rumah, ngga ada waktu buat kamu dan lain-lain. Ayah malah sibuk terus di kantor", Lanjut Ayah.

"Ngga Yah, itu kan kewajiban Ayah. Jadi, Bunda ngga masalah  yang penting Ayah sehat aja Bunda seneng", Ujar Bunda.

"Ekhem, emangnya sopan ya kalau bermesraan di deket anak kecil?", Ujar Zigar tiba-tiba.

"Iri ye bang?", Ujar Ayah.

"Gyra nih yang iri", Ujar Zigar dengan kekehannya.

"Apa sih orang lagi diem juga", Ujar Gyra sambil mencubit abang astralnya itu.

"Ah kalian ini", Ujar Bunda.

Mobil yang di Kendarai oleh ayah berhenti sebentar karena isyarat rambu lalu lintas. Saat sedang menunggu pergantian isyarat lampu rambu lalu lintas, Bunda melihat ada tukang buah di seberang jalan.

"Yah Bunda turun dulu ya? Mau beli buah di seberang", Ujar Bunda.

"Loh Bun kan buah di rumah juga masih banyak kenapa beli lagi?", Tanya Ayah.

"Buat oleh-oleh Ibu", Ujar Bunda.

"Oh ya udah hati-hati ya, Ayah tunggu di depan sana di toko roti, sekitar 200 meter mau beli roti, ngga papa kan?", Ujar Ayah.

"Iya ngga papa", Ujar Bunda.

"Bun Gyra ikutt", Ujar Gyra.

"Kamu ikut Ayah sama Abang aja ya", Ujar Bunda lalu keluar dari mobil.

"Ih Bunda mah padahalkan Gyra pengin ikut juga", Ujar Gyra.

"Udah ikut Ayah aja nanti Ayah beli in roti kesukaan kamu gimana?", Ujar Ayah.

"Boleh dehh", Ujar Gyra.

Lampu rambu lalu lintas  sudah berganti hijau menandakan perjalanan di lanjut kembali  Ayah pun melajukan mobilnya hingga ke depan parkiran toko roti.

"Ayo masuk", Ujar Ayah setelah memparkirkan mobilnya.

Sedangkan Bunda sibuk memilih buah yang akan di beli.

"Bu saya beli anggur hijaunya seperempat sama mangganya seperempat juga", Ujar Bunda ke pedagang buah itu.

"Oh ya bu saya timbang dulu ya", Ujar pedagang itu.

"Ini Bu", Lanjut pedagang itu sembari memberikan buah yang Bunda beli.

"Oh ya makasih, ini jadi berapa ya Bu?", Ujar Bunda.

"90 ribu Bu", Jawab pedagang itu.

"Ini Bu uangnya", Ujar Bunda.

"Iya Bu makasih ya", Ujar pedagang itu.

"Iya sama-sama, mari Bu", Ujar Bunda.

Lalu, Bunda pergi dari tempat buah itu dan pergi ke samping jalan untuk menyebrang dan menyusul keluarganya. Bunda menunggu isyarat rambu lalu lintas berwarna merah di samping zebracross. Lampu rambu lalu lintas pun sudah berwarna merah, Bunda pun mulai menyebrang.

BRUMMMM

Sebuah mobil bermuatan tinggi melaju dengan cepat.

"ASTAGFIRULLAH",

Ayah dan kedua anaknya sedang menunggu Bunda tapi tak kunjung-kunjung datang. Ayah melihat 2 unit mobil polisi melaju dengan cepat ke sebuah tempat yang ramai.

"Yah di sana ada apa ya? Kok rame banget", Ujar Gyra.

"Ngga tau, Ayah coba ke sana dulu ya mau sekalian cari Bunda", Ujar Ayah.

"Gar Ayah titip Gyra ya", Lanjutnya.

"Iya Yah siap, Ayah hati-hati", Ujar Ayah dan berlari menuju keramaian itu.

Sesampainya Ayah di keramaian itu, betapa terkejutnya Ia melihat seorang wanita berlumur darah dengan kondisi yang sangat-sangat tragis.

"LINAAAAAA!!!!", Teriak Ayah saat melihat wanita itu adalah istrinya.

"LINA, BANGUN INI SUAMIMU CEPAT BANGUN KAU, KAU TAK APA APA KAN?!! LINAAAA", Ujar Ayah dengan histeris.

Gyra dan Zigar yang mendengar teriakan Ayah dari kejauhan pun langsung berlari secepatnya ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Sesampainya mereka di sana...

"BUNDAAA!!!!", Teriak Zigar dan Gyra bersamaan.

Suara ambulans pun datang, Ayah segera membopong istrinya itu masuk ke ambulance, tak mempedulikan kemeja putihnya berlumur darah.

"Kau, kau harus kuat sayang", Ujar Ayah dengan lirih dan meneteskan air matanya.

memory in my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang