Chapter 19: Awal yang baru

64 47 41
                                    

Pagi ini adalah pagi yang berbeda untuk Gyra dan Zigar, karena biasanya saat mereka turun ke lantai bawah mereka akan di sambut oleh kehangatan kasih sayang Bunda, namun kali ini tidak. Saat mereka turun ke bawah, mereka di sambut oleh kesibukan Ayahnya. Karena sekarang Bunda sudah tidak ada, Ayah mencoba hal baru, yaitu menjalankan tugas yang biasanya di kerjakan oleh Bunda.

"Eh anak-anak, kalian udah pada siap-siap?", Ujar Ayah yang sedang sibuk masak.

"Emm, Ayah lagi masak?", Tanya Gyra.

"Eh iya ini" , Ujar Ayah.

"Emangnya Ayah bisa?", Tanya Zigar dengan nada meremehkan.

"Kalian meremehkan Ayah?", Ujar Ayah.

"Lasa...", Suara wanita tua memanggil Ayah dua anak itu dengan panggilan 'Lasa'.

"Eh ibu", Ujar Ayah.

"Sini nak biar ibu saja yang masak, kamu siap-siap gihh kerja", Ujar Ibu.

"Engga papa bu biar aku saja yang mengurus ini, untuk beberapa hari ini aku ngga berangkat kerja dulu", Ujar Ayah.

"Jangan gitu nak, kerja itu kewajiban untuk kamu sebagai seorang Ayah, sekarang siap-siap ya?!", Bujuk Ibu dan langsung mengambil alih kegiatan Ayah.

"I-iya udah bu, aku siap-siap dulu", Ujar Ayah.

"Kalian makan ya? Itu udah Ayah siap in, kalau mau bawa bekal itu juga udah Ayah siap in", Lanjut Ayah dan pergi dari dapur.

Lalu, Zigar dan Gyra pun memutuskan untuk membawa bekal saja dan berpamitan kepada sang nenek.

"Nek, kita berangkat yaaa" Ujar Gyra.

"Iya, hati-hati ya kalian", Jawab sang nenek dan mereka berdua pun langsung berangkat.

Gyra dan Zigar sekarang sudah jarang sekali mengobrol, yang biasanya mereka akan bertengkar dan bercanda sekarang mereka hanya saling diam.

Tak terasa mereka sudah sampai di sekolah, mereka pun turun dari mobil.

"Dek kalau udah pulang kamu chat abang ya", Ucap Zigar yang tumben bilang  'aku-kamu'

"Iya Bang", Ucap Gyra dan mulai berjalan menuju ke kelasnya.

Sesampainya Gyra di kelas, Ia tak berkumpul dengan teman-temannya seperti biasanya, Gyra hanya langsung duduk dan membaca buku.

Teman-teman yang melihat hal yang berbeda dari Gyra pun langsung menghampirinya.

"Gyraaaa", Sapa Miyen.

"Iyaa", Jawab Gyra.

"Lo, masih sedih Gyr?", Tanya Qisya dengan hati-hati.

"Eh engga kok", Ucap Gyra dengan senyumnya.

"Gyr, kamu yang semangat ya! Kita masih ada di sini nemenin kamuu", Ujar Miyen sambil memberikan semangat.

"Makasih ya kalian", Ujar Gyra dengan nada terharu.

"Aku beruntung punya teman dan sahabat seperti kalian ini", Lanjutnya.

"Kita juga beruntung kok punya sahabat se baik dan se tulus kamu", Ucap Miyen dan Qisya lalu berpelukan.

Tanpa mereka sadari guru sejarah masuk ke kelas mereka.

"Pagi-pagi udah ada drama mengaharukan aja nih", Ucap Pak Eko selaku guru sejarah.

"Eh bapak", Ujar mereka bertiga dan langsung berlari menuju ke tempat duduk mereka.

Pelajaran pun di mulai dengan khidmat sampai waktu istirahat pun datang.

"Baiklah anak-anak nanti kita lanjut setelah istirahat, sekarang kalian istirahat dulu sana", Ujar Guru tersebut lalu meninggalkan kelas

Para siswa pun mulai keluar untuk menuju ke kantin sekolah.

"Akhirnya tinggal satu jam lagi buat pelajaran ini", Ujar Miyen.

"Ke kantin yukk, sumpah sih pelajaran sejarah bikin ngantuk banget sampe gue bener-bener laper", Sambung Miyen.

"Kuyy lahh", Ujar Qisya.

Kecuali Gyra, Ia langsung mengeluarkan kotak makannya ke meja.

"Gyr, yuk ke kantin", Ajak Miyen.

"Emm, engga deh kalian aja. Aku bawa bekal", Ujar Gyra.

"O-oh, ya udah. Kita ke kantin dulu ya", Ujar Qisya, lalu menggeret Miyen keluar sebelum Miyen memaksa Gyra.

"Ck, apa-apa in si lo tarik-tarik gue segala", Ujar Miyen dengan kesal.

"Nanti lo malah maksa Gyra kalau ngga gue seret", Jawab Qisya.

"Engga lah, gue juga tau kali kalau suasana hati sedang ngga baik", Ujar Miyen.

"Huftt, kita harus bisa bikin Gyra senyum lagi Yen", Ujar Qisya.

"Betul, gue setuju", Ujar Miyen.

"Tapi kaya gimana ya?", Ujar Qisya sambil berpikir.

"Udah lah kita makan dulu", Ujar Miyen ketika mereka sampai di depan kantin. Lalu mereka memesan makanan dan langsung menyantapnya lalu kembali ke kelas.

Sesampainya di kelas mereka melihat Gyra yang hanya murung dan sesekali menghembuskan nafasnya.

"Bun, Gyra kangen", Ujar Gyra lirih.

"Gyr", panggil Qisya dengan lembut.

"Eh, kalian udah balik", Ujar Gyra sambil menutupi kesedihannya.

Qisya hanya mengangguk, sedangkan Miyen....

"Gyr, gue pengin latihan bulu tangkis sama lo sumpah", Ujar Miyen dengan semangat.

"Lahh, kenapa sama gue?", Tanya Gyra.

"Nih ya, setelah gue ke rumah lo. Gue bener-bener ngga nyangka, di balik ke tantruman lo di sekolahan ternyata lo bocah pinter woyyy", Ujar Miyen.

"Apaan sih biasa aja", Ujar Gyra sambil bergaya.

"Idih ceritanya lagi sombong lo ya", Ujar Qisya.

"Jangan iri, iri itu ngga baik", Ujar Gyra.

"Dih, ya udah deh gue ngga jadi minta latihan sama lo. Males gue", Ujar Miyen sambil berpura-pura ngambek.

"Hahahaha, iya ngga deh gue bercanda doang kali", Ujar Gyra dengan tawanya.

"Nah gitu dong Gyr, ketawa. Kan kita jadi seneng liatnya, iya ngga Yen?", Ujar Qisya dengan senyumannya.

"Betul bangettt",  Ujar Miyen.

"Hehe, Iya. Makasih ya kalian udah ngehibur gue", Ujar Gyra.

Lalu, mereka pun lanjut mengobrol karena guru sedang rapat dan mereka  tidak di berikan tugas.

Saat mereka sedang tertawa dan bercanda, ada seseorang yang sedang menatap Gyra dengan senyuman tipis khasnya.

"Akhirnya lo senyum lagi Gyr", Ujar Orang itu. Tebak-tebakan aja ya ini siapa orangnya.

Bersambung......

memory in my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang